Gazza menepikan mobilnya ditepi jalan sambil menghela napas pelan. Ia begitu nekat mengunjungi kota ini lagi,kota dimana banyak kenangan indah bersama Almira. Gadis itu berhasil merebut hatinya.
"fyuuh,Al kenapa kau cepat pergi?" lirihnya sambil mengusap wajahnya kasar. Gazza keluar dari mobil sambil menghirup udara segar.
"kak Gazza!!" panggil seseorang membuat dirinya cukup terkejut melihat Elisa berhasil menyusulnya. tetapi,Gazza tampak tidak suka dengan kedatangannya.
"kak!" panggilnya lagi,ia melangkah semakin dekat dengan Gazza.
"jaga jarak!" sarkasnya membuat Elisa terdiam ditempat. Ngilu kembali ia rasakan melihat sorotan tajam yang ditunjukkan Gazza. Tetapi,dirinya tidak selemah itu,ia harus meminta maaf karena telah membuat kakaknya pergi.
"maaf,aku tidak sengaja waktu itu." lirihnya pelan, berharap laki-laki didepannya ini mau memaafkannya.
Gazza enggan menjawab,ia lebih mengacuhkan Elisa yang masih tertunduk diam.
"sudahlah tidak ada gunanya kau minta maaf." ketus Gazza langsung berjalan membuka pintu. Elisa yang pantang menyerah langsung menahan pintu membuat jarak mereka dekat.
Gazza langsung menjauh dari Elisa,ia menatap tajam kearah Elisa. "apa maumu?!" tanya Gazza.
"aku minta maaf." ucapnya lagi,ia tidak peduli lagi dengan harga dirinya yang sudah jatuh. Yang penting ia dapat dimaafkan oleh mantan pacar kakaknya.
Aku sudah banyak membuat orang kehilangan kak Al,termasuk Gazza. Harusnya aku tidak mendorong kakak,dan semua ini tidak akan terjadi. gumam Elisa pelan. Elisa menghapus airmatanya dan bersikukuh meminta maaf pada Gazza.
"apa kau tuli? kau minta maaf pun sampai kiamat nggak akan pernah aku maafkan. Harusnya kau minta maaf pada Al bukan denganku." ucap Gazza dingin,lalu ia masuk kedalam mobil cepat dan melajukan mobilnya lagi meninggalkan Elisa sendiri.
Elisa terduduk sambil menangis kencang,sudah banyak luka ternganga dihatinya. Apalagi mendengar orang yang ia sukai malah membenci dirinya.
"kau begitu bodoh Elisa." ucap seseorang membuat Elisa menoleh sinis kearah orang itu.
"ngapain kau disini?!"
"kau ini sangat galak sekali dengan calon tunanganmu,Elisa." ucapnya dengan bangga lalu menyamakan tingginya dengan Elisa yang terduduk. Ergin dapat melihat wajah sembab gadis didepannya ini.
"cih,sampai kapanpun aku tidak akan menganggap mu sebagai tunanganmu Ergin!" ketus Elisa lagi. Ia pun menyeka air matanya pelan dan berdiri sambil mengibas bajunya.
"trus kau akan trus mengejar pria yang jelas-jelas mencampakkanku seperti ini?" ucapnya sambil memegang bahu Elisa. Elisa langsung menepis kuat tangan lancang Ergin.
"itu bukan urusanmu,sialan!" ucapnya dingin lalu ia melambaikan tangan untuk memberhentikan taksi yang baru saja melintas dan langsung masuk kedalam taksi tersebut.
"jalan pak." ucapnya pada sang supir. Sedangkan Ergin hanya membiarkan Elisa pergi sambil tersenyum miring, "hmm kita lihat saja nanti."
***
"penampilanmu berantakan sekali bang!" seru adik dari pria tampan itu,yang tak lain adalah Dasha. Dasha sangat heran melihat abangnya begitu kacau pulang kerumah.
"jangan berdebat denganku dulu Dasha,aku sedang lelah." ucapnya pelan lalu masuk kedalam kamarnya.
"bang, sahabat mu itu kenapa? ada masalah?" tanya Dasha dengan penasaran tinggi. Sedangkan orang yang disamping Dasha,suaminya hanya mengedik bahu tidak mengacuhkan pertanyaan istrinya.
"hei bang Zayyan!!" teriak Dasha lagi memanggil suaminya.
"biarkan saja dia,kita tidak boleh ikut campur sha." ucap Zayyan lalu menuruni anak tangga. Dasha sedikit kecewa lalu ia mendapat pesan dari sahabatnya.
Dasha tersenyum kecil,lalu ia berlari menghampiri suaminya.
"hei kau jangan lari-lari bodoh!!" sarkas Zayyan melihat kelakuan Dasha yang ceroboh menuruni anak tangga cepat-cepat.
"ish kau nih bang. Coba sesekali nggak ketus gitu ngomongnya,biar enak didengar." gerutu Dasha lagi.
"haiis jangan banyak membantah."
"ish,eh iyaa gara-gara berdebat denganmu aku jadi lupa mau bilang apa tadi." ucap Dasha,ia pun melirik ponselnya dan seketika ingat apa yang ingin ia sampaikan.
"bang,aku boleh nggak nginap dirumah Elisa?" tanya Dasha berharap menatap suaminya.
Zayyan tampak keberatan dengan permintaan Dasha,apalagi pria itu sudah mulai terbiasa tidur sambil memeluk Dasha layaknya bantal guling.
"kenapa tiba-tiba?" tanya Zayyan menyelidik.
"aku tidak tau,tapi sepertinya Elisa ada masalah. Jarang sekali dia memintaku untuk menginap dirumahnya. Boleh yaa?? please sayang." ucap Dasha memohon pada suaminya.
Dengan keberatan hati,akhirnya Zayyan memperbolehkan Dasha tidur dirumah Elisa. Dasha bersorak ria lalu mencium pipi suaminya.
"makasih sayang." pekiknya senang,lalu bergegas ke kamarnya untuk bersiap-siap. Zayyan menggeleng-geleng melihat kelakuan istrinya,namun ia teringat dengan pria yang menganggu istrinya itu,ralat lebih tepatnya menganggu kehidupan Elisa,sahabatnya Dasha. Zayyan akhirnya mengetahui semua fakta dibalik usut Masalah ini,bahkan masalah Gazza pun ada sangkut pautnya dengan ini semua.
"kau terlalu banyak masalah bro,tidak kusangka kau menyimpan luka separah itu." ucapnya pelan memandang kosong kedepan.
***
Elisa berjalan lesu masuk kedalam rumahnya. Elisa langsung masuk kedalam kamar dan menghempaskan badannya ke kasur empuk itu.
"fyuuh melelahkan. Aku sangat lelah." lirihnya sambil meletakkan lengannya diatas mata. Seketika air matanya kembali mengalir mengingat satu demi kata yang terucap oleh pria itu.
"hiks...hiks rasanya sakiit." lirihnya mulai menangis tersedu-sedu,ia pun membenamkan kepalanya dengan bantal agar suara tangisannya tidak terdengar oleh kedua orang tuanya diluar.
Triing.
Elisa mengabaikan suara notifikasi ponselnya,ia masih larut dalam perasaannya saat ini. Namun sedetik kemudian ia langsung terjingkat. Mengingat sang sahabat akan datang dan menginap dirumahnya malam ini.
"hiks...a..duh aku hampir lupa." ucapnya sambil sesenggukan,ia pun langsung membalas pesan Dasha yang sedang didalam perjalanan.
Elisa tidak ingin menunjukkan kesedihannya dengan Dasha,ia pun segera berlari ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Memang kota tempat kelahirannya dengan kota ia tinggal sekarang tidak terlalu jauh hanya memakan waktu sekitar satu jam saja.
Elisa memakai make up agar sembab wajahnya tidak terlihat nanti oleh Dasha. Dengan segera ia membersihkan pakaiannya yang berserakan di lantai dan meletakkan barang-barang dengan rapi. Tepat Elisa selesai membersihkan semua itu,Dasha datang.
Elisa berlari didepan pantulan cermin seraya tersenyum tipis seolah-olah baik-baik saja. "good,tersenyum Elisa." serunya lalu berlari menemui Dasha.
"hei Sha!!" panggil Elisa saat melihat Dasha tengah berbincang dengan Mama Teresa diambang pintu.
"hei El!" sapa Dasha tersenyum kearah Elisa.
"nah itu dia Sha,kalau gitu Tante ke dapur dulu yaa." pamit Mama Teresa menatap Dasha.
"okee Tante, terimakasih." ucap Dasha sopan,lalu ia berjalan kearah Elisa.
"yok keatas." ajak Elisa menarik tangan Dasha.
"wow,udah lama aku nggak ke kamarmu El." ucap Dasha sambil merebahkan dirinya diatas kasur.
"tulah,kita sibuk tugaaaas ajaa. Pagi,siang,malam disuguhkan tugas trus." gerutu Elisa membuat Dasha terkekeh pelan.
"itu sih kau,bukan aku. Aku dah lama ngerjainnya diawal dah. Jadi aku bisa santai sekarang." ledek Dasha membuat Elisa memberengut kesal.
"sahabat nggak ada akhlak." kesalnya sambil melempar boneka kearah Dasha.
"hahaha nggak kena." ledek Dasha lagi menangkap boneka yang dilempar Elisa tadi,lalu ia mengubah posisinya duduk menyilang dan menatap Elisa lurus.
"El,kau tau?" ucap Dasha pelan. Elisa menaikkan alisnya penasaran yang akan diucapkan Dasha.
"apa?" tanya Elisa mendekat kearah Dasha.
"bang Gazza."
Elisa menyerngit bingung, "kak Gazza kenapa?"
"bang Gazza..."
•
•
•
~ Please Forgive Me~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
FUZEIN
Ok....
2023-05-12
0