Saat ini bukanlah hal yang mudah bagi orang tua dan suami dari Rindi. Suaminya yang masih terbaring lemah karena mengalami patah tulang. Sedangkan dia harus menerima kenyataan bahwa istri tercintanya masih dalam masa kritis. Demikian juga dengan kedua orang tua Rindi yang masih tak henti-hentinya menangis di depan ruang kaca itu. Beberapa hari masih saja belum ada perkembangan dari Rindi. Syafron yang sudah diperbolehkan untuk pulang juga masih belum sepenuhnya sembuh. Tangannya masih dalam proses penyembuhan.
"Kak kamu masih sakit biar aku saja yang menjaga istrimu. Kamu istirahatlah di apartemen." ucap Gufron adiknya.
"Aku tidak gila Fron mana mungkin aku membiarkan istriku berjuang untuk hidupnya sementara aku beristirahat disana!" jawab Syafron sambil berdiri di depan ruang kaca itu.
"Tapi lihatlah tubuhmu masih lemah." ucapnya lagi.
"Gufron benar nak sebaiknya kamu istirahat dulu biar Ibu sama Ayah yang menemani Rindi." ucap kedua orang tua Rindi.
Syafron tidak menjawab sepatah katapun tapi dia menggelengkan kepalanya. Ibu dan Ayah Rindi juga menyadari sikap Syafron yang mengkhawatirkan istrinya. Beberapa jam kemudian ada seorang Dokter memanggil keluarga Rindi. Kamipun langsung berdiri dan menanyakan tentang keadaan Rindi. Dokter menjelaskan tentang benturan hebat yang mengenai kepala Rindi. Bahkan Dokter itu tidak berani berkata bahwa Rindi akan selamat semuanya menunggu mukjizat dari Allah. Bahkan kemungkinan selamat dari kecelakaan itu hampir hanya 10%. Dan jika saja Rindi bisa selamat dari masa kritisnya kemungkinan besar dia tidak bisa mengingat apa yang telah terjadi kepada dirinya. Bisa dikatakan dia akan kehilangan ingatan yang pernah dia alami selama ini.
Berita ini sungguh membuat semua orang terpukul. Apalagi suaminya yang sangat mencintainya. Kedua orang tua Rindi merasa sudah tidak mempunyai harapan lagi dari putri semata wayangnya. Aku melihat Ibu Rindi jatuh tersungkur ke lantai dengan berderai air matanya. Sementara Ayahnya segera menenangkannya.
"Putri kita bagaimana Mas?" terdengar lirih suara Ibu yang masih saja menangis.
"Sebaiknya kamu jangan terus menerus menangis, kita berdoa saja kepada Allah supaya Allah bisa memberi keajaiban ini."
"Fron ini semua salah aku, aku yang telah hampir membunuh istriku sendiri." ucapan Kak Syafron seolah-olah dia menyalahkan dirinya sendiri dalam peristriwa ini.
"Sudahlah Kak jangan menyalahkan diri kamu sendiri. Ini semua takdir dari Allah."
*************
Beberapa hari kemudian.
Ada sebuah keajaiban yang masih berpihak kepada kita. Dokter mengatakan bahwa Rindi telah melewati masa kritisnya dan akan dipindahkan ke sebuah ruangan observasi. Alhamdulillah doa yang telah kita lakukan diijabah oleh Allah. Kulihat tubuh Rindi masih terbaring lemah. Kita semua berdiri disampingnya, sambil melihat Syafron memeluk tubuh istrinya dengan air mata. Entahlah apa yang sedang aku pikirkan saat ini melihat keadaan Rindi sekarang. Wajah Rindi hampir berbeda dengan aslinya akibat benturan keras yang menghantam kepala dan setengah wajahnya. Kulihat mereka masih saja menunggu Rindi tersadar.
"Tangan Rindi gerak Kak." ucapku menyadarkan Kak Syafron yang tidak melihatnya.
"Sayang Rindi kau mendengarku."
Masih saja tidak ada respon darinya, Kak Syafron masih saja memeluk tubuhnya dan mengenggam tangannya. Dokter menyarankan untuk tidak mengganggunya dikarenakan dia masih dalam masa penyembuhan. Kami harus menunggu dia benar-benar sadar dari masa komanya.
"Ehm ehm..." terdengar suara rintihan dari mulut Rindi. Dia mulai sadar dan menggerakkan tangannya lagi. Dokter segera memeriksanya. Alhamdullillah kali ini Rindi benar-benar telah sadar dari masa komanya. Dia telah membuka matanya dia melihat ke sekeliling ruangan dengan memperhatikan satu per satu dari orang di hadapannya. Pandangannya masih kosong bahkan dia seperti keheranan melihat kita semua berdiri disini.
"Kalian siapa?" pertanyaan itu membuat hati semua orang hancur lebur. Tidak bisa kubayangkan betapa sakitnya hati orang tua ketika anaknya tidak mengenali orang tuanya sendiri.
"Sayang kamu tidak apa-apa?" ucap Syafron.
Rindi menatap wajah Syafron dengan tatapan tanda tanya besar. Seolah dia tidak mengerti akan pertanyaan itu.
"Sayang? kamu manggil aku sayang?" tanya Rindi kaget. Seketika itu juga Syafron terasa disambar petir. Dia langsung meneteskan air matanya. Dia memegang tangan Rindi dan Rindi langsung menarik tangannya.
"Pergi kamu jangan berani menyentuhku." ucap Rindi dengan nada kasar.
Rindi gadis pemalu dan lembut selama masa hidupnya dia tidak pernah membentak suaminya. Tetapi sekarang dia berani berkata kasar kepada suaminya sendiri bahkan mengusirnya. Syafronpun tertunduk dan berdiri dengan tangisnya.
"Kak kamu ingat kan kata Dokter? Rindi telah kehilangan ingatannya."
"Rindi ini Ibu nak, kamu masih ingat kan?" ucap Ibu sambil mendekatinya.
"Ibu? kamu Ibu aku? lalu siapa aku?"
"Namamu Rindi nak dan dia adalah suamimu. Kalian mengalami kecelakaan beberapa hari yang lalu."
Penjelasan Ibu mungkin bisa membuat sedikit mengerti. Perlahan Rindi mulai tenang dengan belaian seorang Ibu. Setelah dia tertidur lagi kami membahas tentang kepulangannya.
"Mbak bagaimana kalau Rindi setelah pulang dari Rumah sakit biar pulang ke rumah kami dahulu?"
"Maaf mbak bukannya tidak boleh tetapi Rindi kan masih punya suami, apa tidak sebaiknya Rindi ikut bersama kami?"
"Iya Bu Rindi kan masih menjadi tanggung jawab suaminya."
Akhirnya beberapa hari setelah Rindi dinyatakan boleh pulang kamipun segera membawa Rindi ke rumah. Setelah sampai di rumah Rindi seperti orang benar-benar lupa akan segalanya. Bahkan suaminya juga tidak bisa dia ingat sama sekali. Kita benar-benar memulai kehidupan yang baru.
"Kak Kakak Rindi ingat gak sama aku?" tanya Gufron kepadaku.
Akupun menggelengkan kepalanya,
"Kak Rindi aku ini adalah ..."
"Apa kamu suamiku?" tanyaku.
"Aku ini adik Kak Syafron suami Kakak." jelas Gufron kepadaku.
Aku seperti hidup di alam yang berbeda semuanya serba tidak tahu. Susah untuk mengingat apa yang telah aku alami saat ini. Sampai pada akhirnya aku belajar dari Gufron yang tiap hari menemaniku di rumah. Syafron suamikupun masih harus menjalani pengobatan di luar negeri untuk mencari yang terbaik.
"Kak Rindi sudah makan?" tanya Gufron yang sangat perhatian kepadaku.
"Sudah."
"Kak selama suami Kakak masih ada di luar negeri Kakak jangan khawatir masih ada aku yang akan membantumu." ucap Guffron.
Dia adalah lelaki yang penuh dengan perhatian. Dia baik tapi sayang aku masih belum bisa mengingat apapun tentang kehidupanku. Orang tuaku sering mengunjungiku kesini bahkan ketika orang tuaku tau bahwa suamiku sedang menjalani pengobatan di luar negeri mereka membawaku pulang ke rumahnya demi menghindari fitnah.
Kini aku tinggal dengan kedua orang tuaku lagi. Tetapi tidak jarang Gufron menemuiku dengan mengirimkan sejumlah uang titipan dari Mas Syafron suamiku. Hari demi hari telah aku lalui bersama kedua orang tuaku. Entahlah mungkn ini hari yang kesekian lamanya. Aku mulai merindukan kehadiran Gufron yang telah lama tidak mengunjungiku.
"Bu boleh aku pergi sebentar hanya untuk menghirup udara segar?" tanyaku kepada Ibuku.
"Kamu mau kemana nak biar Ibu antar, ayo." ucap Ibu.
"Tidak Bu aku cuma ingin jalan-jalan sebentar." Kemudian Ibuku mengiyakannya. Aku pergi mengendarai taxi tetapi aku lupa kemana aku akan pergi aku lupa dimana alamat rumah suamiku. Sampai pada akhirnya aku berhenti di sebuah halte bus yang menurutku disana aku mempunyai kenangan. Sepertinya aku pernah ke tempat ini tetapi dengan siapa. Pertanyaan demi pertanyaan pun mulai muncul di pikiranku.
"Rindi? ehm maksudku Kak Rindi?" ada suara yang memanggilku di belakangku, aku menoleh ke arahnya.
"Gufron?"
"Kenapa Kak Rindi ada disini?"
"Entahlah aku ingin jalan-jalan saja. Kenapa kamu tidak pernah ke rumahku? Kenapa suamiku tidak pernah menghubungiku?" tanyaku kepadanya.
"Ehm Kak kita cari tempat duduk dulu ya." kita mencari tempat untuk berteduh.
"Kakak sudah ingat Kak Syafon?"
Aku menggelengkan kepalaku.
"Dia masih belum kembali Kak, dia masih melakukan pengobatan di luar negeri."
"Sampai kapan?" tanyaku.
"Entahlah Kak saya juga belum tau sampai kapan."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments