Pagi ini aku bersiap-siap untuk pergi ke luar kota. Aku mempersiapkan barang yang akan aku bawa kesana. Rencananya memang kita akan menginap disana beberapa hari. Koper sudah aku siapkan beserta isinya. Entahlah rasanya ini kepergian yang akan membuatku sedikit gelisah. Aku teringat akan semua perkataan Ibu yang membuatku sedikit berhenti dari pengemasanku. Mungkin aku terlalu mempunyai keinginan yang menggebu-nggebu untuk mempunyai seorang anak. Ahggggg tapi aku berusaha melupakan keinginan itu. Toh aku saja baru satu tahun menikah mungkin ini masih seumur jagung. Dibandingkan dengan orang-orang diluar sana yang sudah beberapa tahun yang telah menikah berapa lamanya. Terkadang memang pikiran ini membuatku sedikit menghela nafas panjang dan lebih tenang.
Kuhilangkan semua pikiran buruk dan gelisahku saat ini.
"Rindi sudah siap semua?" Mas Syafron menghampiriku dengan memeriksa barang yang telah aku siapkan.
"InsyaAllah sudah Mas, mau kamu cek dulu Mas? barangkali ada yang belum aku bawa?"
"Tidak usah, kamu kan lebih teliti dariku." jawabnya dengan mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.
"Eh Mas boleh sebelum kita berangkat kita mampir dulu ke rumah Ibu untuk berpamitan?"
"Iya pasti Sayang."
Aku sedikit lega mendengar bahwa aku akan bertemu dengan Orang tuaku walaupun hanya sekedar berpamitan. Setelah itu aku keluar untuk menyiapkan makanan. Baik untuk sarapan juga untuk bekal yang sudah aku masak.
"Rindi kalian sudah siap untuk berangkat kesana?" tanya Ibu mertuaku.
" Iya Bu ini juga masih siap-siap."
"Ingat kalian kan akan berpergian jauh, jadi kalian harus hati-hati jangan lupa kalau capek kalian cari rest area di sekitar sana ya."
"Baik Bu, makasih ya doanya." ucapku sambil tersenyum.
"Pesantren itu memang masih sangat kumuh. Ayah sama Ibu juga sudah memerintahkan kepada orang-orang disana agar membersihkan tempat itu. Kalau masalah pengasuh disana sudah sangat tidak diragukan lagi. Mereka bisa dibilang lebih hebat dari yang berada di tengah kota." ucap Ibu Mertuaku.
Ini adalah pesantren kelima yang diasuh oleh kedua Mertuaku. Mereka mendirikan pesantren yang kebanyakan dihuni oleh anak yatim piatu. Sungguh mulia hati mereka bahkan rencananya mereka juga akan mendirikan sekolah gratis di sekitar desa dekat pesantren itu. Semoga segera terlaksanakan mimpi mereka.
"Bu aku sama Mas Syafron rencananya akan tinggal disana beberapa hari untuk melihat kegiatan disana agar benar-benar terpantau dengan baik." ucapku kemudian.
"MasyaAllah iya nak kamu jaga diri baik-baik disana ya."
Setelah semuanya selesai aku dan Mas Syafron segera berangkat. Tak lupa kita akan mampir dulu ke rumah orang tuaku. Rasanya rinduku dengan mereka sudah tidak terbendung lagi. Di tengah perjalanan aku melihat seorang pengemis di lampu merah dengan membawa seorang bayi. Rasanya teriris sekali hati ini melihat hal ini. Air mataku terbendung dan tidak lama kemudian telah membasahi pipiku. Aku segera mengusap air mataku dan berusaha untuk memalingkan pandangan mataku. Mas Syafron melirik ke arahku, aku menundukkan pandanganku menyembunyikan kesedihan yang telah menyelimutiku. Sesaat kemudian kita telah memasuki kota kelahiranku. Aku telah bersiap-siap untuk membawa oleh-oleh untuk mereka.
"Sudah sampai Sayang, ayo turun jangan lupa oleh-olehnya." ucap Mas Syafron.
"Iya Mas." aku segera turun dari mobil.
"Tok tok tok." kuketuk pintu rumah dengan lantang.
"Keras sekali sih Sayang nanti Ibu kaget lho." ucap Mas Syafron.
"Habisnya sudah gak tahan pengen ketemu sama mereka Mas." jawabku sambil tersenyum.
"Assalamualaikum Bu Yah." masih saja belum ada tanda-tanda yang membukakan pintu. Padahal aku sudah bilang kalau nanti aku akan mampir kesini. Tapi kelihatannya rumah ini sepi sekali.
"Ibu kemana ya kok kayaknya tidak ada orang?" tanya Mas Syafron.
"Iya ya Mas padahal aku tadi sempat telepon untuk mengabari kalau mau mampir."
"Yasudah kita tunggu saja sebentar mungkin Ibu lagi ada di belakang."
Aku mengiyakan dan duduk di kursi sambil menunggu beberapa saat. Kemudian beberapa menit terdengar ada suara dari dalam rumah.
"Waalaikumsalam." terdengar suara Ibu sedang membukakan pintu. Aku segera memeluknya dan mencium tangannya.
"Maaf ya sudah membuat kalian menunggu. Tadi Ibu sedang sholat nak."
"Iya Bu tidak apa-apa." jawab Mas Syafron.
"Ayo masuk,"
Aku dan Mas Syafron segera masuk Ibu dan Ayah ternyata sudah menyiapkan bekal untukku.
"Ibu sengaja membawakan bekal ini untuk kalian beberapa hari disana. Dibawa ya jangan sampai kalian kecapekan. Kalau kalian capek kalian berhenti dulu untuk cari tempat istirahat ya." pesan Ibu hampir sama dengan Ibu mertuaku.
"Bu boleh saya numpang sholat duha sebentar?" ucap Mas Syafron.
Ibu mempersilahkannya dan kini tinggal aku dengan Ibu saja disini.
"Rindi gimana kabar kamu disana baik-baik saja kan? gimana mertua kamu tidak jahat kan? mereka baik kan sama kamu?" tanya Ibu dengan nada bisik-bisik.
Aku tersenyum mendengar pertanyaan Ibuku.
"Alhamdulillah Ibu tenang saja justru mereka sangat baik sama aku Bu." jawabku.
Ibu tersenyum lega mendengar jawabanku.
"Pokoknya Ibu tidak usah khawatir aku disana sudah dianggap seperti anak sendiri. Mereka sangat menyayangiku dengan tulus. Tidak ada yang membuat aku terbebani disana Bu."
"Syukurlah nak Ibu sangat lega mendengarnya." aku memeluk tubuhnya yang sangat hangat.
Setelah kulihat Mas Syafron selesai sholat akupun berpamitan kepada mereka untuk segera berangkat. Aku mencium tangan Ayah dan Ibu dan segera meninggalkan mereka. Kepergianku kali ini rasanya sangat berat sekali. Kulirik Ibu yang tengah membendung air matanya. Akupun juga sama rasanya sangat berat sekali. Entahlah padahal kita hanya akan berpisah beberapa hari saja. Mungkin aku akan ke luar kota dan jarak yang cukup jauh yang membuat perasaanku seperti ini. Aku melambaikan tanganku di dalam mobil dan Ibu beserta Ayah juga melambaikan tangannya kepadaku. Air mataku menetes ke pipiku.
"Sayang kamu baik-baik saja kan? apa kita berangkatnya nanti saja?" tanya Mas Syafron.
"Enggak apa-apa Mas kita berangkat sekarang saja Mas tidak apa-apa." jawabku.
"Kamu masih kangen ya sama Ibu?"
Aku hanya menganggukkan kepalaku,
"Sabar ya nanti kalau kita sudah pulang kita akan ke rumah mereka lagi ya? kamu jangan sedih gitu dong senyum!"
"Iya Mas." ucapku lirih.
Kita melanjutkan perjalanan ke Pesantren. Perjalanan yang masih sangat jauh. Kita harus melewati beberapa kota untuk sampai di tempat ini.
"Mas kalau capek aku bisa kok gantiin kamu nyetrir?"
"Ah tidak usah kalau aku capek aku kan bisa lihat senyummu yang bisa buat aku fress lagi."
"Gombal." ucapku sambil tersenyum.
"Mas kita kayak honeymoon ya sekarang?"
"Iya ya masak honeymoonnya telat ya?" jawab Mas Syafron.
"Daripada tidak sama sekali." lontarku.
"Iya Sayang maafin aku ya yang terlalu sibuk dengan pekerjaanku jadinya gak ada waktu buat honeymoon."
"Enggak apa-apa Mas."
Mungkin memang benar Mas Syafron terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Tapi selama ini aku tidak pernah mempermasalahkannya. Aku sangat menyadari bahwa dia mempunyai tanggung jawab besar dalam memimpin perusahaan juga pesantren yang telah diwariskannya kepadanya. Belum lagi dia adalah anak sulung yang harus memegang tanggung jawab besar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments