Beberapa jam bukanlah waktu yang singkat untuk perjalanan.
"Mas kita istirahat dulu yuk kamu capek banget gitu? Apa mau aku yang gantiin nyetirnya Mas?" pintaku ketika melihat wajah Mas Syafron lelah.
"Tidak usah Sayang aku tidak apa-apa kok." jawabnya sambil terus mengemudikan mobil.
Aku terpaksa mengiyakannya karena mungkin dia ingin cepat sampai dan supaya tidak terlalu malam untuk sampai di pesantren itu. Kita terus melanjutkan perjalanan sampai pada suatu tikungan tajam ada sebuah mobil yang melaju dengan cepat dan sepertinya arahnya sudah tidak terarah.
"Mas awas Mas hati-hati...!!!!" teriakku panik ketika aku melihat sebuah mobil melaju dengan kencang.
"Aaaaaaaaaaa......!!!!!" Mas Syafron membanting setir ke kanan menghindari mobil yang sudah menabrak mobil kita. Mobil kita terlempar ke arah jurang yang sangat dalam.
************
"Bu kok belum ada kabar ya dari Kakak kalau sudah sampai di pesantren?" tanya Gufron kepada Ibu.
"Iya ya mungkin saja mereka lupa mengabari kalau mereka sudah sampai." jawab Ibu.
"Bu ini itu kayak pertama kalinya mereka pergi bersama ya? sepanjang perjalanan mereka menikah kayaknya memang Kakak itu terlalu cuek sama Kak Rindi. Bahkan Kak Syafron itu kayak lebih mentingin urusan perusahaan daripada Kak Rindi. Aku kasihan deh sama Kak Rindi Bu."
"Hust istighfar nak kamu tidak boleh bicara seprerti itu Gufron." ucap Ibu.
"Astafirghllah maafin Gufron ya Bu." sahut Gufron.
"Kringgggggg....." terdengar suara telepon rumah berdering. Bi Ratih sedang mengangkatnya. Kemudian Bi Ratih menuju ke ruang kita sedang berbicara.
"Maaf Ibu ada telepon dari Rumah Sakit." ucap Bi Ratih.
"Rumah Sakit? siapa yang sakit?" Ibu segera bergegas mengangkat teleponnya dengan panik.
"Selamat malam apa benar ini dengan keluarga Bapak Syafron?"
"Iya benar dengan siapa?"
"Maaf saat ini keluarga Bapak Syafron mengalami kecelakaan yang cukup parah dan sekarang sedang dirawat di Rumah Sakit Sejahtera. Kami menemukan kartu nama juga nomor telepon ini maka dari itu kami menghubunginya." ucap salah satu petugas RS yang membuat Ibu hampir saja jatuh pingsan.
"Innalillahi wainailaihi rojiun."
"Ada apa Bu?" aku mulai panik melihat Ibu yang lemas dan terurai air mata.
"Gufron Kakak kamu mengalami kecelakaan cepat kita kemas barang dan berangkat ke RS." akupun seketika lemas mendengar ucapan Ibuku. Akupun berlari cepat mengemasi barang yang akan kita bawa setelah itu Ayah menyiapkan mobil untuk berangkat kesana.
Seketika itupun kita langsung berangkat menuju RS. Panik dan tangis masih saja terurai di pipi Ibu. Air mataku juga menetes membayangkan apa yang terjadi dengan Kakakku. Aku takut hal buruk terjadi kepadanya. Tetapi aku berusaha untuk tegar agar bisa sedikit menenangkan Ibuku walaupun aku sendiri merasa sangat khawatir. Berjam-jam kita berada di tengah perjalanan dengan rasa kekhawatiran ini. RS yang kita tuju sangatlah jauh sekali. Sampai hampir sepertiga pagi kita sampai di RS itu. Kita langsung saja berlari mencari ke UGD.
"Suster dimana pasien kecelakaan atas nama Syafron?" tanyaku dengan nada panik.
"Maaf pasien berada di ruang ICU."
Tidak ada sepatah katapun yang terucap kita langsung berlari mencari ruang ICU. Dengan hujan tangis Ibu terus menelusuri lorong Rumah Sakit. Akupun juga berlari di belakangnya. Setelah itu kita sampai di tempat itu. Ruang kaca yang dipenuhi dengan alat bantu untuk bertahan hidup membuatku semakin teriris. Aku melihat Ibu bersimpuh di lantai dengan air matanya.
"Bu Istighfar kita serahkan semuanya kepada Allah." ucap Ayah membisikinya di telinganya.
Aku mencari Dokter yang sedang menangani Kakakku. Ada seorang Suster yang keluar dari kamar tersebut.
"Sus bagaimana kondisi pasien atas nama Syafron?" tanyaku kepadanya.
"Anda keluarganya? kami sedang menunggu keluarganya untuk persetujuan tanda tangan operasi. Mari ke ruangan saya untuk dijelaskan." kita segera mengikuti Suster itu untuk minta penjelasan.
"Dok ini keluarga Pasien Pak Syafron." ucap Suster tersebut. Dokternya segera menjelaskan ke kita masalah operasi yang harus segera dilakukan.
"Maaf untuk saudara Syafron mengalamai cidera yang cukup parah dan kita harus melakukan tindakan operasi lengan yang patah dan dia juga kehabisan banyak darah."
"Innalillahi lakukan apapun yang terbaik Dok saya mohon." ucap Ibu dan Ayah bersamaan.
"Tapi Dok bagaimana kondisi istri dari Kakak saya yaitu Rindi?" tanyaku kepadanya.
"Untuk Saudari Rindi kita masih belum bisa memberikan kepastian karena kondisinya saat ini masih dalam penanganan dan bisa dikatakan Rindi lebih parah daripada Syafron. Bahkan dia mengalami pendarahan di kepala sangat hebat. Mungkin dia mengalami benturan yang sangat keras."
"Ya Allah nak innalillahi..." tangisan Ibu pecah saat mendengar kabar dari Dokter tersebut.
"Bu kita harus mengabarkan hal ini kepada orang tua Rindi." ucapku.
Ibu mengiyakannya dan kemudian Ayah menelepon keluarganya. Aku sedikit mendengar tangisan di telepon dari suara Ibunya Rindi. Entahlah apa yang mereka rasakan saat ini selain kehancuran mendengar kabar ini, anak semata wayangnya kini terbaring lemah. Perasaan hancur, gelisah, juga khawatir yang sudah melebihi batas ini membuat kita semua tak henti-hentinya berdoa memohon kepada yang maha kuasa atas mukjizat yang Dia berikan.
*************
Sampai pagi ini Kak Syafron masih berada di ruang ICU. Kabarnya hari ini dia akan dipindahkan ke ruang operasi. Aku melihat beberapa perawat membawanya ke ruang operasi.
"Kak Kakak kamu kuat InsyaAllah kamu akan baik-baik saja." bisikku di telinganya.
Dia memasuki ruang operasi kitapun masih menunggu di depan sini dengan perasaan gelisah. Hari sudah siang aku mengajak orang tuaku untuk pergi sholat berjamaah dan berdoa untuk mereka. Setelah sholat aku melihat orang tua Rindi datang dengan berlari. Aku menghampirinya dengan berusaha menenangkannya. Aku mengajaknya ke ruangan ICU tempat dimana Rindi masih terbaring dengan alat bantu.
"Gufron apa yang terjadi dengan anakku dia anak kami satu-satunya." tangisan Ibu dan Ayahnya membuatku tak kuasa menahan air mataku yang juga terbendung.
"InsyaAllah semua pasti akan baik-baik saja." ucapku sambil menenangkannya.
Bagaimana tidak hancur hati orang tua melihat anak semata wayangnya terbaring dengan menggunakan alat bantu untuk bertahan hidup. Sementara akupun berlari menuju ruang operasi Kakakku. Alhamdulillah operasi berjalan dengan lancar. Setelah beberapa jam dia dipindahkan ke kamar.
"Ibu Ayah dimana Rindi?" tanya Kak Syafron setelah sadar.
Ibu, Ayah juga akupun saling bertatap muka. Rasa tidak tega jika aku mengatakan hal yang sebenarnya terjadi.
"Gufronn dimana Rindi?" tanya Kak Syafron sambil mengangkat kepalanya seolah-olah dia akan turun dari tempat tidurnya.
"Kak kak sabar kamu jangan turun badanmu masih lemah. Kak Rindi masih ada di ruang ICU Kak." jawabku pelan.
"Apa? dia baik-baik saja kan?" dia histeris.
Tangisannya pecah saat dia tau istrinya berada di ruang ICU dan masih belum sadarkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments