Di perpustakaan itu aku telah menumpuk lima buku di atas meja di dekatku, Seharusnya ini menjadi tugas kelompok dimana setiap orang membaca satu buku lalu merangkumnya ke dalam buku catatan, berhubung aku sendirian jadi semuanya menjadi tugasku.
"Kau rupanya ingin membaca novel selepas pulang."
"Bukan begitu, ini sebenarnya tugas kelompok."
Gadis di sampingku ini mencoba menahan tawa agar tidak keluar dari mulutnya.
"Aku tahu kelompok Arta semuanya tak terlihat."
Dia malah mengejekku.
"Maaf saja, aku ini penyendiri."
"Penyendiri kah?" katanya menatapku dengan jahil.
Aku penasaran kenapa matanya selalu berbinar saat dia tertarik akan sesuatu bahkan aku tidak tahu apa yang sebenarnya dia pikirkan sekarang, dia hanya mengikutiku kemari dan lalu sedikit menggodaku.
Natalie mengambil satu buku dariku.
"Biar aku bantu, aku siswa baru kurasa akan lebih baik jika kita bisa sekelompok dan saling membantu. Jujur aku sangat senang."
"Senang kenapa?" aku balik bertanya saat dia menutup mulutnya dengan sampul buku.
Perkataannya diselimuti rasa malu hingga pipinya merona.
"Dengan ini aku telah menjadi anggota kelompok pertamamu atau mungkin aku bisa menjadi teman pertamamu juga."
Untuk pertama kalinya jantungku berdegup kencang karena seseorang.
Keesokan harinya Ibu Sania menatapku dengan pandangan jahil dan berkata," Enaknya masa muda, sekelompok dengan murid pindahan yang cantik adalah sesuatu yang kutunggu-tunggu, benar kan Arta."
Aku hanya menjatuhkan bahuku lemas sebagai balasan, padahal jika sendirian aku juga tidak masalah.
Selama beberapa minggu aku selalu mengobrol satu sama lain dengan Natalie, dan tanpa kusadari aku menjadi semakin akrab dengannya.
Dalam perjalanan ke sekolah aku tanpa sengaja bertemu dengan Natalie di jalan yang sering aku lalui, dia sedang berjongkok di pinggir jalan tampak sibuk akan sesuatu hingga aku memutuskan untuk mendekatinya.
"Arta selamat pagi."
"Apa yang sedang kau lakukan?"
"Ah, aku bertemu dengannya... Bagaimana, bukannya dia imut."
Yang ditunjukkan Natalie padaku adalah seekor kucing oranye yang cukup gemuk. Aku segera mundur untuk menjaga jarak.
"Apa jangan-jangan Arta takut kucing?"
"Sebenarnya aku tidak memiliki hubungan baik dengan mereka, setiap mereka dekat denganku mereka akan mulai menggeram dan mencakar wajahku."
"Ah, mungkin karena wajahmu sangat jelek."
"Oi."
"Aku cuma bercanda."
Natalie meletakan kucing tersebut untuk membiarkannya pergi begitu saja lalu melanjutkan.
"Bagaimana kalau aku saja yang menjadi kucing, nyan..nyan," dengan pose imut dia melipat kedua tangannya di dekat wajah dan mengayunkan seperti kucing pada umumnya.
Damage-nya terlalu besar bagi penyendiri sepertiku.
"Ayo cepat elus kepalaku, kucing ini ingin dimanjakan."
"Mana mungkin aku bisa melakukannya," teriakku demikian.
"Lagi-lagi seperti itu, dasar pemalu."
"Harusnya kau yang malu."
Aku memutuskan berjalan lebih dulu dan Natalie berlari kecil untuk mensejajarkan langkahnya di sampingku.
"Sejak tugas itu selesai, kita tidak pernah ke perpustakaan lagi. Bagaimana kalau selepas pulang sekolah kita pergi ke sana?"
"Apa kau ingin meminjam buku?" aku balik bertanya.
"Tidak juga."
"Lalu kenapa kita ke sana?"
"Di sana cukup sepi aku pikir kita bisa menghabiskan waktu bersama untuk belajar, lihat ini."
Natalie mengulurkan kertas ulangannya padaku dan nilainya benar-benar merah. Dia sepertinya tidak terlalu pandai dalam pelajaran matematika.
"Aku sangat berterima kasih jika kau mau mengajariku, aku akan mentraktirmu apa saja sebagai ucapan terima kasih nanti.. Bagaimana?"
"Apa boleh buat, baiklah."
"Tidak sia-sia aku menjawab soalnya dengan salah."
"Natalie, apa kau mengatakan sesuatu?"
"Tidak, mungkin perasaanmu saja."
"Mungkin begitu, akhir-akhir ini aku mendengar bisikan ghaib."
"Memangnya kau ini punya indra keenam apa?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
aaaaaaa Bu Sania...
mahir jg ya menggoda Arta... 😀😃
2023-07-26
0
「Hikotoki」
jir ngakak
hmm, keren.
2022-01-03
1
Creeper-Chan
boleh bawa pulang gk kucingnya?
2021-11-28
0