Love Day!
Cinta seperti sebuah undian yang akan kau menangkan secara tak terduga.
Menyusuri koridor, orang-orang mulai memalingkan wajah mereka padaku, para pria tampak menutupi dirinya dengan buku dan beberapa wanita saling bersembunyi diantara rok teman mereka.
"Jangan sembunyi di sana?"
Seharusnya itu tidak boleh dilakukan.
Aku serius.
Seperti inilah keseharian biasa yang kualami di sekolah ini, karena aku memiliki mata menakutkan orang-orang mulai menjauhiku dan entah sejak kapan orang-orang mulai menjuluki sebagai preman sekolah walaupun aku belum pernah berkelahi dengan siapapun.
Apa-apaan coba?
Memangnya seseorang dinilai dari penampilannya saja.
"Hey Arta, tunggu sebentar?" seseorang memanggilku dari belakang, dia adalah wali kelasku bernama Ibu Sania, walau tubuhnya kecil ia memiliki hati yang besar dan satu-satunya guru yang tidak merasa takut padaku.
"Ada apa Bu?"
Dia malah mencubitku.
"Tolong hentikan itu."
"Ada apanya? Kamu belum memberikan tugasmu, mana tugas kelompokmu?"
"Yah... soal itu ibu tahu bahwa diriku ini ditakuti semua murid lain, dan saat ibu menyuruhku untuk bergabung dengan kelompok, itu artinya aku dibebaskan dalam tugas."
Dia malah mencubitku kembali.
"Aw... Sakit."
"Kamu ini bisa-bisanya membuat alasan seperti itu, paling tidak cari satu teman atau pacar agar kau bisa bersikap baik terhadap orang lain dengan begitu orang-orang bisa merubah pandangan mereka padamu."
"Ibu meminta hal sulit," saat aku mengatakan itu dia malah tersenyum lembut.
Rambut hitam yang diikat bergaya ponytail miliknya berayun tertiup angin.
"Aku yakin suatu hari akan ada seseorang yang mau menerimamu tanpa memikirkan gosip yang beredar."
"Hal itu jelas mustahil," balasku selagi berjalan pergi, hanya baru beberapa langkah Ibu Sania kembali berkata.
"Ngomong-ngomong kamu masih harus mengumpulkan pekerjaan rumahmu besok, walaupun sendirian."
Aku hanya mendesah pelan tanpa melihat ekspresi yang ditunjukkannya sekarang, lebih cepat sampai ke kelas adalah hal yang terbaik.
Aku duduk di kursi belakang kelas yang berdekatan dengan jendela, karena semua orang takut padaku bangku di sebelahku masih kosong.
Sejujurnya walau orang-orang berusaha menghindariku aku tidak keberatan, mungkin karena sudah terbiasa hal itu tidak pernah membuatku terganggu.
Memang benar ada sebagian dari diriku yang merasa kesepian namun sebagian lagi membuatku nyaman, jika begini aku yakin bisa lulus dari SMA tanpa membuat masalah.
Setelah pelajaran kelas berlangsung sebentar, tiba-tiba seorang siswa yang belum pernah kulihat muncul begitu saja di depan kelas, dia memiliki rambut pirang sepinggul serta memiliki aura seperti seorang Idol umumnya.
Rambut pirang itu bukanlah rambut yang sengaja dicat melainkan pirang yang benar-benar muncul karena alami.
Sudah jelas dia mungkin dari Eropa atau semacamnya.
Dia lalu memperkenalkan dirinya.
"Namaku Natalie, aku baru pindah dari luar kota aku harap kalian bisa menjadi temanku," atas pernyataannya yang imut semua orang terlihat gembira, tentu para laki-laki yang menjadi mayoritas utama.
Bagi sekolah swasta yang tidak besar seperti di sini, memiliki murid asing adalah suatu yang langka.
Untuk sesaat aku merasa Natalie melirik ke arahku, mungkin dia juga takut padaku jadi aku mengalihkan pandangan ke bangku di sampingku.
Maaf kursi, karena diriku kau mungkin akan kosong selamanya.
Ketika aku bergumam demikian sosok gadis yang sebelumnya ada di depan kelas tiba-tiba muncul di depanku, aku cukup terkejut dengan itu, akan tetapi aku bisa menahannya agar tidak mengeluarkan suara aneh.
"Aku memutuskan untuk duduk di sini, aku harap kita bisa berteman baik," katanya demikian.
Semua siswa mulau berteriak "Heh" kemudian diam-diam memberikan protes pada guru.
Mereka seharusnya tidak berlebihan seperti itu, aku terluka di sini.
Gadis bernama Natalie duduk seolah tidak terlalu memikirkannya dan sesekali melirik ke arahku.
Saat aku balik melihatnya dia langsung mengalihkan pandangannya dan itu terjadi sampai pulang sekolah.
Ketika semua orang telah keluar kelas, aku masih disibukkan dengan orang aneh yang duduk di sampingku, aku bertanya padanya.
"Kau tidak pulang?"
"Aku pikir akan sedikit lebih lama di sini."
"Kalau begitu aku pergi duluan."
"Tunggu sebentar, namamu.. Aku belum tahu namamu?"
"Namaku Arta, aku pikir sebaiknya kau menjauhiku seperti yang lainnya.. Aku takut kau akan dapat masalah."
Dia malah menatapku dengan mata berbinar.
"Ternyata kau orang yang baik, padahal kita baru saling kenal tapi kau malah memperhatikanku," katanya selagi menyatukan kedua tangannya malu-malu.
"Me-memangnya siapa yang mengkhawatirkanmu, aku hanya memperingatimu."
Dia menatapku jahil.
Sepertinya ada yang aneh dengan gadis ini, dia tidak mungkin berniat menusukku saat aku lengah kan.
"Aku pergi."
"Kita pulang bareng."
"Pulang sendiri sana, aku harus ke perpustakaan sekarang."
"Kalau begitu aku ikut."
Aku hendak berjalan ke arah pintu, akan tetapi Natalie segera menghalanginya dengan badannya serta tangan yang dia bentangkan sangat lebar.
"Ikut..."
"Aku tidak ingin bertanggung jawab dengan apa yang dikatakan orang-orang ketika kau bersamaku."
"Itu tidak masalah."
Dia mungkin hanya sedikit penasaran denganku, nantinya saat dia bosan dia akan meninggalkanku begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Yaser Levi
apakah sampai bab akhir pov arta semua thor...???
2024-09-06
0
Mukmini Salasiyanti
Salken, Bg Isekai..
Aq sll ingin membaca karyamu..
sering intip, lht comment2 mayoritas readers memuji karyamu.. 😊
tp serius, aq bingung
mayoritas karyamu bergenre apa itu?
ACGN, fantasy orisinil, aq gk ngerti😭
So... krn desakan hati, kucoba pilih yg romantis komedi, like this maybe?
☺😁
Semangat sll, bg Isekai!!
eh, Isekai tu artinya apa sih?? 🤣🙏
2023-07-26
0
Vera Desi Mamahit
emang kenapa dgn mata nya si arta, thor.... 🤔🤔
2022-11-29
0