Amira pun tersentak dari tidurnya. Dia segera meraih jam di atas nakas yang berada di sebelah kasurnya. Dia kaget ketika melihat jam menunjukkan pukul 07.00, ia mengambil handphone nya dan kaget ketika melihat 10 panggilan tak terjawab dari Genta. Amira bergegas mandi, Amira menyelesaikan acara mandinya lebih cepat dari biasanya, dia memakai seragam dan hanya mengikat asal rambutnya. Kemudian ia pun memakai sepatu. Penampilan seperti itu sudah sangat elok bagi Amira.
Tok.. Tok.. Tok..
Suara ketukan pintu yang kedua kalinya, Amira yang sudah siap dan bersemangat membuka pintunya.
"Amira, mama pikir kamu belum bangun, ayo cepat sarapan dulu!!" Perintah mama Amira kepada Amira.
"Aduh maa, kayaknya gak bisa deh Amira udah telat Amira harus segera berangkat, nanti Amira makan di sekolah ya ma" Jawab Amira sambil mengecup pipi mamanya dan segera pergi.
"Yah ampun Amira tidur jam berapa sih tu anak" Ucap mamanya sambil mengerutkan kening.
Taksi yang dinaiki Amira pun telah sampai di depan gerbang sekolah. Amira bergegas memasuki gerbang yang hampir mau di tutup pak satpam.
"Eeehh pak pak, tunggu aku belum telat kan" Ujar Amira pada pak satpam.
"Hampir neng, tinggal 1 menit lagi, yah uda masuk" Ucap pak satpam pada Amira.
"Makasih ya pak" Ucap Amira dan langsung masuk.
Amira memasuki ruang belajar, untung saja kelasnya belum di mulai, Amira langsung duduk di sebelah salsa.
"Mir, tumben telat, kenapa?" Tanya Salsa pada Amira.
"Aku semalam begadang abis bantu-bantu Ayah sama Ibuku di toko" Jawab Amira berbohong.
"Selamat pagi anak-anak" Sapa Guru kelas mereka.
"Pagi bu" Jawab murid-murid serentak.
Tak terasa jam belajar sudah hampir habis dan waktunya beristirahat, beberapa menit kemudian terdengar bunyi bel sekolah yang menandakan waktu istirahat telah tiba. Salsa teman sebangku mengajaknya menuju ke kantin sekolah.
"Mir, yuk ke kantin" Ajak Salsa pada Amira.
Amira pun mengangguk dan mengajak mery sahabatnya yang satu lagi untuk pergi ke kantin bersama. Mereka jalan bersama, sesampainya di kantin.
"Mir, kamu beli apa?" Tanya Salsa pada Amira.
"Hmmm beli apa ya.. Bingung nih"
"Beli gorengan aja yuk" Ajak mery pada Amira dan Salsa.
"Nggak mau ah penggorengan kan keras" Canda Amira pada Mery dan Salsa.
"Itu penggorengan bukan gorengan" Celetuk Salsa pada Amira.
"Hahahaha... " Mereka pun tertawa bersama.
Salsa dan Mery adalah sahabat baik Amira, meraka selalu bersama di sekolah maupun di luar sekolah. Ketika mereka sedang makan gorengan dan sedang asyik ngobrol, tiba-tiba Amira mendapat chat dari Genta.
"Kamu masih marah? Tadi pagi aku telpon mau jemput kamu tapi nggak di angkat" Ucap Genta pada Amira.
"Maaf yaa, aku ketiduran dan aku sama skali nggak dengar telpon dari kamu, tadi aja aku hampir telat" Ucap Amira pada Genta.
"Iyaa nggak apa-apa, ketemuan yuk aku tunggu di samping sekolah ya" Ajak Genta pada Amira.
Amira dan Genta memang backstreet, karena Amira nggak mau orang tuanya tau tentang hubungan mereka, makanya mereka selalu ketemu diam-diam bahkan kedua sahabat Amira pun tidak tau tentang hubungan mereka. Satu sekolah itu tau kalau Amira dan Genta tidak punya pacar, sesampainya di samping sekolah.
"Genta" Sapa Amira pada Genta.
"Heii Amira" Sambut Genta dengan senyum manisnya.
"Aku pikir kamu marah soal kejadian tadi malam" Ucap Genta pada Amira.
"Emmm... Gen, gak usa di bahas ya anggap aja semalam itu kita nggak ngapa-ngapain" Ucap Amira tidak mau mengingat kejadian itu lagi.
"Mir, maafin aku yaa" Ucap Genta lagi dengan rasa bersalah.
"Uda.. Kan aku bilang nggak usa di bahas" Jawab Amira.
"Mir, gimana kalau kita tunjukin ke orang-orang di sekolah ini kalau kita itu pacaran" Usul Genta pada Amira.
"Jangan dulu, nanti aja kalau kita uda lulus, kita kan tinggal beberapa bulan lagi di sekolah ini, nanti kalau uda lulus baru kita ngomong jujur ke orang tua kita masing-masing kalau kita pacaran" Tolak Amira sembari meberikan usul.
"Aku cuma nggak mau aja kalau cowok-cowok di sini pada ngira kalau kamu itu nggak punya pacar, nanti mereka seenaknya lagi deketin kamu" Ucap Genta khawatir.
"Nggak, kamu percaya aja sama aku, aku janji nggak akan macam-macam, tapi kamu janji juga yaa nggak akan ninggalin aku apapun terjadi" Ucap Amira lirih, Amira takut kalau suatu saat Genta meninggalkannya dengan keadaannya seperti ini.
"Nggak mungkin aku ninggalin kamu, kalau kita uda lulus sekolah terus kita uda capai cita-cita kita masing-masing, kita akan menikah" Ucap Genta meyakinkan Amira dan langsung memeluk Amira dengan penuh kehangatan. Amira begitu nyaman berada di pelukan Genta dan Amira pun percaya kalau Genta nggak akan ninggalin dia.
Waktu menunjukkan pukul 19.00 malam. Amira dan mama papanya sedang makan malam bersama di rumah mereka.
"Amira, tinggal beberapa bulan lagi kamu ujian, kamu sudah mempersiapkan diri untuk belajar kan?" Tanya Papa pada Amira.
"Iyaa Papa, Amira sudah belajar kok" Jawab Amira gugup mengingat kejadian malam itu bersama Genta. Setelah kejadian itu Amira begitu merasa bersalah kepada kedua orang tuanya apa lagi jika berhadapan langsung dengan mereka, ingatan Amira tentang kejadian itu selalu terbayang.
"Kamu harus sekolah yang bener, biar kamu bisa mencapai cita-cita kamu untuk menjadi seorang dokter. Papa akan mendaftarkan kamu di universitas A di kota ini, itu universitas terbaik, walaupun biayanya mahal Papa akan tetap berusaha agar kamu bisa mencapai cita-cita kamu" Ucap Papa Amira begitu antusias.
"Tapi ingat, kamu jangan pacaran dulu biar kamu fokus ngejar cita-cita kamu" Ucap Papanya lagi mengingatkan.
Deegg, jantung Amira bergetar ketika mendengar larangan Papanya untuk tidak pacaran dulu. Papa Amira melarang Amira untuk pacaran tapi Amira sudah berpacaran bahkan sudah melewati begitu jauh batas pacaran. Amira semakin merasa bersalah dan takut bagaimana kalau kedua orang tua nya tau dengan keadaannya sekarang. Tapi Amira berusaha untuk yakin kalau tidak akan terjadi apa-apa pada dirinya, Amira yakin kalau dia tidak akan hamil. Selama dia tidak hamil maka tidak ada yang perlu ditakutkan orang tuanya pun nggak akan tau keadaannya sekarang.
Selesai makan Amira membantu mamanya membereskan piring sisa-sisa makan malam mereka tadi. Tapi saat Amira mau membantu mamanya melarang dan mengatakan kalau lebih baik Amira belajar saja tidak usa bantu-bantu pekerjaan dapur lagi.
"Pekerjaan dapur biar mama yang bereskan, kamu ke kamar aja belajar sebentar lagi kan ujian, kamu harus fokus sayang" Ucap mamanya yang juga begitu antusias
Melihat semangat orang tuanya membuat Amira lagi-lagi merasa bersalah rasanya Amira ingin menangis tapi Amira meyakinkan dirinya sendiri kalau tidak akan terjadi apa-apa padanya, ia yakin dia pasti bisa membuat kedua orang tuanya bangga. Ketakutan Amira sementara hilang.
Seketika Amira terpikir untuk memutuskan hubungannya dengan Genta agar dia tidak khilaf lagi dan mengulangi kesalahannya malam itu, tapi Amira mengurungkan niatnya itu, walau bagaimanapun dia sangat mencintai Genta, Genta adalah laki-laki pertama yang berpacaran dengannya. Apalagi melihat perilaku Genta yang begitu lembut membuat Amira semakin mencintainya. Amira juga berpikir bagaimana kalau nanti dia sudah tidak bersama Genta, siapa laki-laki yang mau menerima Amira apa adanya, Amira merasa dirinya sangat memalukan sehingga sangat tidak pantas kalau dia berpacaran apalagi sampai menikah dengan laki-laki lain. Amira malu kalau sampai Amira menikah dengan laki-laki lain dan laki-laki itu akan tau keadaan Amira pasti dia tidak mau menerima Amira. Akhirnya Amira memutuskan untuk tetap bersama Genta saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments