1 bulan kemudian...
Dalam beberapa hari belakangan ini, Amira merasa tidak enak badan, apapun yang di makannya pasti akan di muntahkan lagi, setiap pagi Amira selalu merasa mual dan muntah. Amira semakin khawatir dia mulai berpikir kalau apa yang dia takutkan selama ini akan terjadi. Akhirnya Amira memutuskan untuk menghubungi Genta, Amira menceritakan keadaannya itu pada Genta.
"Gen, akhir-akhir ini aku selalu ngerasa nggak enak badan, tiap pagi aku selalu mual dan muntah, semua yang aku makan pasti akan di muntahkan lagi, aku jadi nggak bisa makan. Gimana ini Gen? Aku takut" Ucap Amira lirih dengan segala ketakutannya.
"Mir, kamu tenang dulu gimana kalau sekarang kita ketemu aku akan beli tes pack kita tes aja langsung" Ucap Genta yang sebenarnya juga sangat khawatir.
"Yah udah kita ketemuan di mana?" Tanya Amira pada Genta.
"Kita ketemu di tempat biasa" Ucap Genta.
Amira dan Genta sampai di tempat mereka bertemu.
"Mir, ini tes nya kamu ke kamar mandi aja sekarang trus kamu tes, tapi kamu hati-hati ya jangan sampai ada orang liat" Ucap Genta mengingatkan.
"Iyaa, aku masuk dulu ya" Ucap Amira lalu langsung masuk ke dalam kamar mandi.
Amira sudah mencelupkan tespack ke dalam urine, sambil menunggu dengan harap-harap cemas, satu garis sudah tertera di tespack itu Amira legah dan berharap tidak ada garis lain lagi. Namun tiba-tiba semua tidak sesuai yang di harapkan garis ke dua di tespack itu menyusul naik di dekat garis pertama. Yaa, hasilnya positif, Amira begitu takut dan menangis sejadi-jadinya. Semua apa yang ia takutkan terjadi, kini orang tuanya pasti akan tau keadaannya, Cita-citanya hancur. Sementara di luar Genta menunggu Amira sangat lama, Genta semakin khawatir ketika mendengar suara tangisan Amira dari dalam kamar mandi. Genta mengetuk pintu berulang kali namun tak ada sahutan Genta semakin khawatir sehingga tanpa pikir panjang Genta mendobrak pintu itu dan Genta pun berhasil masuk.
"Amira, kamu kenapa? Gimana hasilnya?" Tanya Genta begitu khawatir, namun bukan khawatir melihat keadaan Amira yang frustasi terduduk lemas di lantai kamar mandi tapi khawatir dengan hasil tesnya.
Genta segera meraih tespack yang ada di tangan Amira. Ketika melihatnya Genta begitu kaget dan takut. Genta juga sangat takut dengan kedua orang tuanya apa lagi papanya yang sangat tempramen bukan itu yang paling Genta takutkan Genta masih ingin melanjutkan cita-citanya untuk menjadi pemain bola dia tidak ingin sampai ada yang menghalanginya. Genta pun masih ingin menikmati masa mudanya bersama tema-temannya Genta belum siap jika harus terikat denga pernikahan di tambah lagi jika dia harus mempunyai anak di usia muda.
"Amira, sudah kita cari jalan keluarnya, ayoo kita keluar dulu dari sini" Ajak Genta mencoba menenangkan Amira walau sebenarnya hatinya juga tidak tenang.
Genta membujuk Amira dan meraih tangannya lalu membawah Amira keluar, Genta menghapus air mata Amira lalu memeluknya.
"Kamu nggak usa takut aku sudah punya jalan keluarnya" Ucap Genta mencoba menangkan Amira.
Mendengar hal itu sontak membuat Amira kaget dan sedikit tenang.
"Apa jalan keluarnya?" Tanya Amira penasaran.
"Kita harus menggugurkan kandungan ini, kamu juga nggak mau kan kalau mengecewakan kedua orang tua kamu? Begitu juga dengan aku, Papaku seorang yang tempramen sedangkan mama aku sakit-sakitan" Ucap Genta mencari alasan. Mamanya memang sering sakit tapi tidak separah yang Genta jelaskan pada Amira.
"Tapi Gen, aku takut, kita sudah melakukan dosa masa' kita harus melakukan dosa lagi" Ucap Amira masih bingung sambil melepaskan pelukannya dari Genta.
"Amira, mama aku sakit-sakitan dia punya riwayat penyakit jantung, aku takut kalau sampa mama aku tau apa yang akan terjadi padanya?" Ucap Genta berbohong.
Amira mengerti keadaan Genta sehingga mencoba mengikuti saran dari Genta untuk menggugurkan kandungannya. Amira juga tidak mau kalau orang tuanya sampai tau, Amira mencoba memahami kata-kata Genta.
Sementara dari jauh terlihat safa dari dalam mobil melihat kebersamaan Amira dan Genta, ia memandang sinis ke arah mereka. Safa sangat mencintai Genta dari dulu, Safa dan Genta adalah teman dari SD. Safa mulai menyukai Genta sejak mereka duduk di bangku SMP, bahkan Safa juga pernah menyatakan cintanya pada Genta namun Genta menolaknya dengan halus. Kedua orang tua mereka sangat dekat sehingga memudahkan Safa untuk mendekati Genta karena Ibu Genta sangat menyukai Safa. Namun meski begitu Genta tetap tidak mau berpacaran dengan Safa, Genta hanya menganggap Safa sebagai teman. Selama ini Genta tidak pernah dekat dengan cewek manapun sehingga membuat Safa sedikit tenang, tapi sekarang Safa mulai tidak tenang melihat kedekatan Genta dengan wanita lain terlebih wanita itu adalah orang yang sangat Safa benci.
Safa menatap mereka dengan sinis terlihat raut kekesalan dan cemburu dari wajah Safa. Safa mulai khawatir kalau mereka pacaran sehingga berinisiatif untuk mencari tau hubungan mereka. Safa menghubungi sahabatnya Windy.
"Halloo ada apa fa?" Jawab Windy dari seberang telepon.
"Win, loe mau nggak bantu gw? Gw mau lie cari tau ada hubungan apa Genta dengan Amira." Printah Safa pada windy.
"Emangnya loe tau dari mana kalau mereka ada hubungan" Tanya Windy memastikan.
"Gw baru saja liat mereka berduaan di taman dekat sekolah trus mereka ngobrol kayak orang pacaran gitu, pegangan tangan lagi, gw cuma nggak mau aja kalau sampai Genta punya perempuan lain apa lagi perempuan itu Amira orang yang gw benci" Ucap Safa dengan kesal.
"What? Loe nggak salah liat? Perasaan mereka nggak punya pasangan deh trus di sekolah juga kayak orang asing gitu gimana bisa pacaran" Ucap Windy tidak yakin.
"Yah ampun win, jelas-jelas ini gw liat pake mata gw sendiri, mungkin aja mereka bacstreet kan di sekolah tapi di luar sekolah ketemuan diam-diam" Jawab Safa meyakinkan.
"Okee okee yah uda, kalau gitu gw bakal cari tau ada hubungan apa merek berdua" Ucap Windy meyakinkan.
"Yah udah cepat kasih gw informasinya ya" Ucap Safa dengan tegas.
"Iya iya sabar" Celetuk Windy sembari menutup telepon.
"Amira, liat aja nanti kalau sampe loe pacaran sama Genta, gw pastiin hubungan kalian nggak akan lama karena gw akan hancurin hubungan kalian" Safa pun tersenyum dan memandang ke segala arah. Safa sangat membenci Amira, karena Amira selalu unggul dari Safa dalam hal apapun, contohnya seperti di kelas Amira selalu menjadi juara 1 sedangkan Safa juara 2, begitupun dalam hal kecantikan Amira selalu terlihat lebih cantik dari Safa. Semua itu membuat Safa begitu iri pada Amira apalagi saat melihat kedekatan Amira dengan orang yang sangat dia cintai, dia bukan hanya iri melainkan sudah sangat membenci Amira.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments