Akhir-akhir ini Mama nya Amira tanpa sengaja selalu melihat Amira di antar seorang pria memakai seragam yang sama dengan Amira. Mama mencoba mendekati Amira dan bertanya. Awal nya Amira takut untuk jujur, tapi nama nya insting seorang ibu itu tidak bisa di bohongi. Amira akhir nya jujur dan menceritakan soal hubungan nya dengan Genta. Tapi Amira takut kalau Mama nya akan mengadukan hal itu pada Papa nya tapi ternyata Mama menyembunyikan hal itu dari Papa.
"Mama tidak akan melarang kamu untuk pacaran, karena Mama juga pernah muda. Memang sudah saat nya kamu menikmati masa muda kamu berteman, bergaul dengan siapapun termasuk lawan jenis. Mama tidak akan memberiahu Papa, tapi Mama minta sama kamu, jangan melebihi batas pacaran. Berpacaran lah yang sehat. Jangan sampai sekolah kamu terganggu. Jaga diri kamu, jaga kehormatan kamu sebagai seorang wanita. Jangan melakukan ha-hal yang belum boleh kalian lakukan, jika kamu tidak ingin menyesal di kemudian hari. Kamu mengerti kan maksud mama" Jelas Mama pada Amira.
"Iyaa Ma.. " Mendengar itu Amira semakin merasa bersalah. Bagaimana tidak, apa yang di katakan Mama semua nya sudah dia lakukan dan saat ini dia sudah melewati batas pacaran, bahkan sampai dia hamil.
Amira begitu sedih kala mengingat kata-kata Mama tadi, dia sudah tidak tau lagi harus berbuat apa. Semua sudah dia lakukan tapi janin dalam kandungan nya itu begitu kuat, seperti tidak mau keluar dari rahim nya.
Amira berjalan menuju kamar nya dan mengunci pintu kamar nya dari dalam. Lagi-lagi Amira menangis, dia terduduk di lantai dengan memegangi perut nya.
Sekuat tenaga Amira berusaha berdiri menuju tempat tidur nya. Tapi tiba-tiba pandangan nya menjadi gelap dan sesaat kemudian diri nya sudah tidak sadar.
Sudah hampir jam 9 malam, Amira belum juga turun untuk makan malam. Mama Riana pun mencoba melihat ke kamar.
Di kunci.
Tumben Amira mengunci pintu nya. Perasaan nya mulai tidak enak. Mama Riana berkali-kali mengetuk pintu kamar Amira, tapi tidak ada jawaban. Mama Riana semakin panik. Pasti terjadi sesuatu sama putri nya.
Mama Riana segera memanggil suami nya.
"Pa.. Amira Pa!!" Ucap Mama Riana panik.
"Amira kenapa?"
"Amira mengunci pintu kamar nya. Mama sudah mengetuk pintu kamar nya berkali-kali tapi tidak ada sahutan" Jelas Riana.
Papa Wijaya pun langsung berdiri dari tempat duduk, Kemudian bergegas ke kamar Amira. Wajah nya menegang saat beberapa kali mencoba membuka pintu itu tapi tidak bisa.
"Ambil kunci cadangan Ma!!" Titah Papa Wijaya saat berkali-kali membuka pintu kamar itu tapi tidak bisa.
Riana pun segera pergi dan kembali dengan membawa kunci cadangan yang di maksud suami nya.
"Ini Pa.. "
Wijaya memasukkan kunci itu dan memutar nya.
"Tidak bisa !!"
Amira ternyata masih menggantung kunci dari dalam.
"Sial" Umpat Wijaya.
"Terus gimana Pa, Mama takut terjadi sesuatu dengan Amira". Mama Riana mulai terisak.
Papa Wijaya tambah panik melihat istri nya menangis seperti itu.
" Jangan nangis Ma, Papa jadi tidak bisa berpikir melihat Mama menangis seperti ini". Ucap Wijaya berharap Istri nya berhenti menangis.
"Amira!!! Kamu dengar Papa nak?? Buka pintu nya Amira!" Sekali lagi Wijaya mencoba memanggil Amira, kali ini suara nya semakin keras. Berharap Amira bisa mendengar nya.
Tapi hasil nya sama saja tidak ada jawaban. Bahkan saat Wijaya mencoba menempelkan telinga nya di pintu, sama sekali tidak ada suara apa pun.
Apa yang terjadi padamu, nak?
Tak tahan lagi, akhir nya Wijaya mencoba mendobrak pintu tersebut.
"Minggir Ma, Papa akan mendobrak pintu ini". Titah Wijaya sudah mengambil posisi.
Hanya dengan satu kali tubrukan pintu itu terbuka.
" Amiraaaa !!! "
Pemandangan yang sudah pasti menusuk hati semua orang tua di dunia. Melihat anak nya tergeletak di lantai tak sadarkan diri seperti kondisi Amira saat itu.
"Amiraaa !!!" Pekik Riana histeris saat pintu kamar terbuka.
"Amira.. Kamu kenapa sayang? Amira.. Bangun, sadar sayang.. " Riana menepuk nepuk pipi putri nya itu.
"Pa, ini gimana Pa?" Riana panik.
"Kita pindah kan dulu ke tempat tidur Ma. " Ucap Papa Wijaya.
Mama Riana bergeser memberi ruang untuk suami nya kemudian Papa Wijaya menggendong Amira dan meletakan nya di tempat tidur.
Papa Wijaya sebenar nya penasaran apa yang terjadi dengan putri nya itu. Tapi sudah lah, biar istri nya yang menanyakan hal itu. Amira pasti lebih terbuka dengan sang Mama dari pada diri nya.
"Kamu kenapa sayang? Wajah kamu pucat sekali. Perasaan Mama nggak enak. Apa yang terjadi sebenar nya?" Gumam Riana sambil membenarkan rambut Amira.
Setengah jam berlalu, Riana masih setia menunggu Amira di kamar nya. Terlihat Amira mengerjap. Kemudian membuka mata nya.
Sembab.
Itu pertama kali di tangkap dari sorot mata Riana.
Ada apa ini?? Amira pasti habis menangis. Tapi ada apa?
"Amira, kamu sudah bangun sayang? Ini minum dulu. Mama sudah buat kan teh untuk kamu. Masih hangat." Ucap Riana membantu Amira duduk dan menyerahkan secangkir teh untuk putri nya itu.
Dengan sedikit gemetar Amira meraih gelas itu kemudian meminum nya. Amira tidak berani menatap Mama nya. Mama pasti bertanya tanya kenapa dia seperti itu.
Tapi sikap nya itu malah membuat Mama Riana semakin curiga.
"Kamu kenapa bisa pingsan nak??" Tanya Riana pada Amira
"Emmm.. Itu.. Tadi.. Tiba-tiba kepala Amira pusing Ma." Amira beralasan.
"Lalu kenapa mata mu sembab? Kamu abis nangis?" Tanya Mama Riana lagi.
glek..
Amira menelan liur nya. Ayo Amira jangan sampai Mama curiga.
"Emmm... Itu tadi kepala Amira sakit sekali terus Amira nggak tahan lagi sampai menangis". Amira kembali berbohong berharap Mama nya percaya.
"Jangan bohong sama Mama Amira!!! Perasaan Mama nggak enak." Ucap Riana menatap tajam anak nya.
"Amira nggak bohong Ma." Amira bersikeras meyakinkan Mama nya sembari mengalihkan pandangan nya.
Maafin Amira Ma..
Batin Amira.
Mama Riana pun pasrah. Percuma, Amira tidak akan bicara jujur. Nanti saja dia akan membicarakan hal ini lagi dengan Amira.
"Yah sudah kalau kamu nggak mau cerita sama mama, kamu habiskan teh nya. Makan malam nya sudah Mama taru di meja. Makan lalu istirahat." Titah Riana pada putri nya.
"Iyaa Ma.. "
Riana pun berjalan keluar dari kamar Amira.
"Huufftt... Untung saja Mama nggak curiga."
Amira pun segera mengambil makanan nya dan memakan nya. Setelah makan Amira pun berbaring di tempat tidur nya berdiam diri dan melamun memikir kejadian tadi, sampai akhir nya dia benar-benar tertidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 145 Episodes
Comments