Bab 4 Air Mata Ibu

Sesampainya di depan rumahku, aku langsung membangunkan bang Zamy yang tertidur pulas di mobil setelah memakai sweater unguku.

"Bang bangun, kita sudah sampai." Aku menarik-narik sweater yang dipakai bang Zamy. Kemudian dia menggeliat dan seketika membuka mata perlahan.

"Lho? Kok bukan di klinik?" Dia membuka mata lebih lebar lagi. Sepintas dia melihat jam tangannya.

"Terus baju abang bagaimana? Nanti ke klinik bagaimana?" Kakakku ini kembali bertanya. Sedikit mengigau, dia lupa kalau sebelum tidur dia sudah setuju pulang ke rumahku.

"Haduuuhhh..., bang Zamy ini bagaimana sih bang? Bukankah di rumah ini juga ada kamarmu? Bukankah di lemari kamarmu juga lengkap pakaiannya abang. Ayo-ayo turun.!" Aku sedikit menarik lengan bang Zamy.

"Ah sudahlah, tolong parkir ke garasi dalam ya." Dia memerintah kepada Irwan. Heran, mengapa kedua mahkluk ini tidak ada basa basinya. Bukankah seharusnya pertemuan pertama harus lebih banyak saling membuka diri biar akrab. Entahlah.

"Siap bang!" Irwan menjawab sambil kembali membawa mobil menuju garasi di dekat teras samping rumahku. Setelah selesai parkir, Irwan langsung memberikan kunci mobil kepadaku. Kemudian dia pamit karena sudah ada temannya berseragam polisi menunggunya di atas motor di luar pagar rumah.

"Eh Irwan beneran gak mampir dulu, Ayo masuk saja sebentar, biar kubuatkan kopi susu hangat sambil berkenalan dengan bang Zamy." Aku bicara bukan sekedar basa-basi. Namun Irwan benar-benar menolak, dia ingin pulang.

"Lain kali saja dok, baru dapat informasi, saya kebagian piket mendampingi tim penyemprotan disinfektan di wilayah Taman Sari, mohon pamit...." Begitu katanya sambil menangkuplan kedua telapak tangan di depan dada.

"Baiklah kalau begitu, terima kasih atas waktumu Irwan...." Aku masih berdiri di teras depan. Mataku mengiringi kepergiannya hingga hilang dalam pandangan. Kemudian aku memutar badan mau masuk ke dalam rumah. Namun begitu kaget melihat ibu sudah ada di belakangku. Berkacak pinggang tangan kiri berdiri persis di tengah pintu. sementara tangan kanannya sudah memegang koperku. Entah kapan dan bagaimana koperku sudah ada di sana.

"Ibuuuu...., kapan ibu datang? Mana mobil ibu kok tidak ada." Aku baru saja akan mencium dan memeluknya. Tiba-tiba....

"Husttt husttt husttt.... cuci tangan dulu pakai sabun, lalu mandi, ibu sudah buatkan sambel goreng cumi asin petai cabe ijo kesukaanmu." Ibu mengusirku dengan menyibak-nyibakkan belakang telapak tangannya.

"Aayiiikkk, ada menu favoriteku...." Aku bergumam menuju kamar. Tak terpikirkan sama sekali kalau ibu sudah sampai di rumah tanpa memberi tahu. Biasanya ayah ibu datangnya sore hari.

Saat melewati ruang keluarga, aku yang berjalan sambil bersenandung ria bertambah kaget melihat ada bang Fathur dan bang Rahman di sana. Kok? Mengapa mereka pada berkumpul di sini? Bukankah di grup whatapp bang Fathur bilang tidak akan pulang ke Bangka? Aneh, pikirku.

"Ehhh kok pada hadir ni abang-abangku yang kece. Selamat datang abang Fathur sang penjagaku yang tampan. Alooowww..., abang Rahman, penjagaku yang sok romantis, bagaimana dengan gadis yang kau incar kemarin? Sudah taklukkah dia? Atau sudah dicampakkannya?" Aku bicara dan kembali ingin memeluk mereka, namun lagi-lagi mendapatkan pengusiran berupa lambaian punggung tangan.

"Cepat mandi sana! Tidak ada salam dan peluk kalau belum steril. Masa dokter jorok begitu...." Bang Fathur mengocehku. Dia melirik bang Rahman, lalu keduanya tos sambil cekikikan.

"Hadeeehhh , lagi-lagi masa dokter begitu, masa dokter begitu. Dokter juga manusia tau!" Aku menjulurkan lidah ke arah mereka sambil berjalan menuju kamarku.

"Kena usir juga nona cantik?" Tiba-tiba bang Zamy keluar dari kamarnya dengan rambut basah. Dia sudah berganti pakaiam, tidak lagi dengan atasan sweater ungu dan sarung sholatku.

"Huh!" Aku berlalu masuk kamar. Dari belakang pintu kudengar mereka kompak menertawakanku. Dan tiba-tiba kubuka lagi pintuku sambil melongok dari dalam.

"Ibuuuuu....!!!"

"Iya mandi sana gih!" Terdengar suara ibu menjawab dari ruang makan. Suara dentingan piring dan sendok beradu mengiringi.

"Ayah mana? Mana ayahnya? Kok mobilnya gak ada?"

"Sudah mandi sana! Idih gadis ibu ya ampuuunnn.... Mandi saja dulu, nanti tanya-tanyanya."

"Iya adek mandi. Tapi ayah mana?"

"Ayah kalian sebentar lagi pulang. Dia ada acara di kantor wilayah...." Ibu kembali menjawab.

"Okeeee....!" Aku menutup pintu dan bersiap mandi. Sementara ketiga kakakku sudah saling menggoda saat bertemu.

.

*15 menit kemudian

Tiba-tiba ibu masuk ke kamarku yang tidak terkunci.

"Sudah mandinya sayang?"

Dia merentangkan kedua belah tangannya ke arahku. Sudah menjadi kebiasaan sejak usiaku mulai mampu mengingat, begitulah ibu memperlakukanku. Memelukku erat dan membisikkan 'lop yu sayang ibu....' Perlakuannya berlanjut bahkan hingga aku sudah dewasa, di usiaku yang sudah 28 tahun lebih ini, masih saja beliau memelukku seperti anak kecil. Kehangatan dan kelembutan sentuhannya begitu kurindukan. Bahagia rasanya. Aku full bersama ayah dan ibu hingga tamat SMA, karena aku menamatkan SMA di SMANSA Muntok, Sejak kuliah di Universitas Padjajaran kami hanya bertemu pada momen-momen spesial saja seperti lebaran, libur semester, syukuran pernikahan bang Fathur atau saat mereka kebetulan dinas luar ke kota tempatku kuliah. Dan setelah bekerja kamipun tidak berada di kota yang sama. Ayah, ibu dan bang Rahman tinggal di Mentok. Bang Rahman mengelola sebuah restoran sea food. Sebuah restoran mewah yang menjadi tempat favorite orang-orang kantor pemda merayakan beberapa acara, seperti traktiran ulang tahun. Membawa makan nara sumber kegiatan yang berasal dari luar wilayah.

Ayah dan ibu masih aktif bekerja. Ayah di perbankan, sedangkan ibuku ASN. Bang Fathur menetap di Jogja dan sudah menjadi dosen tetap di sana, sedangkan aku dan bang Zamy tinggal di Pangkalpinang. Sekitar 3 jam perjalanan naik mobil pribadi dari kota Muntok, tempat ayah dan ibuku berdomisili.

"Adek kaget ya, kok abang-abangnya pada hadir di sini?" Ibu melepas pelukannya seraya bicara.

"Iya bu, kalau kasih kejutan, ini bukan tanggal kelahiranku." Aku menimpali sambil duduk di pinggir sofaku yang empuk. Ibu menatapku dalam. Dia mengambil alih sisir yang kupegang. Lalu seperti memperlakukan anak kecilnya dulu, dia mulai menyisir rambutku. Naura! Dokter Naura Ghe Divanka. Seorang dokter spesialis anak yang begitu disayang dan dimanja.

"Ada hutang ibu yang belum lunas kepada kalian sayang...." Tiba-tiba ibu menghentikan menyisir rambutku. Dia malah memegang kedua bahuku.

"Maksud ibu? Ibu punya hutang? Berapa bu? Kepada siapa? Kenapa ibu tidak bilang dari dulu? Berkali-kali ibu menolak kartu ATM tabunganku. Kenapa ibu baru...."

"Tidak sayang. Bukan hutang uang. Tetapi...." Ibu menghentikan bicaranya. Matanya lekat menatap mataku. Perlahan kristal bening itu mengumpul, satu dua butir mulai berjatuhan. Aku memeluknya.

"Ada apa bu? Apa yang terjadi?" Aku semakin penasaran.

"Ah sudahlah nanti saja kita lanjutkan. Kamu pasti lapar. Ayo sayang ajak abang-abangmu, kita bersiap makan. Sepertinya ayahmu sudah pulang. Ibu mendengar suara mobilnya." Ibu berdiri lalu keluar kamar meninggalkan aku yang semakin bingung. Hutang apa? Aku menguncir rambutku, lalu beranjak menyusul ibu ke ruang makan. Sesampainya di sana hanya kudapati yuk Mairoh di ruang makan sedang menata hidangan. Kuintip melalui tirai, rupanya ibu sudah bersama ayah di teras depan. Mereka bicara serius sekali. Entahlah, apa yang sedang mereka bicarakan. Namun kulihat perlahan ayah menepuk-nepuk pundak ibu dengan lembut. Sepertinya ibu menangis, entahlah, aku selalu tidak tahan melihat air mata ibu. Kelemahanku, melihat ibu yang menyayangiku menangis.

Terpopuler

Comments

Dhy_Ayu

Dhy_Ayu

Menarik...

2020-07-03

3

Chika Riki

Chika Riki

next..

2020-06-28

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Grup Whatapp Keluarga
2 Bab 2 Kecelakaan
3 Bab 3 Sweater Ungu
4 Bab 4 Air Mata Ibu
5 Bab 5 Omelan
6 Bab 6 Rahasia Besar
7 Bab 7 Kisahku
8 Bab 8 Tetap Tugas
9 Bab 9 Pulang
10 Bab 10 Permohonan Irwan
11 Bab 11 eN A U eR A
12 Bab 12 Diamku
13 Bab 13 Bayi Penyayang Itu
14 Bab 14 Tante Sofie
15 Bab 15 Direktur Pingsan
16 Bab 16 Mencari Miranti
17 Bab 17 Kebenaran
18 Bab 18 Rasa
19 Bab 19 Mata Itu
20 Bab 20 Kilas Malam
21 Bab 21 Pulang
22 Bab 22 Ketegasan
23 Bab 23 Malam Menyeramkan
24 Bab 24 Protektif
25 Bab 25 Sepakat
26 Bab 26 Melawan Guna-Guna
27 Bab 27 Membawa Tante Mira
28 Bab 28 Kameramen Misterius
29 Bab 29 Aku dan Gaun Pengantin
30 Bab 30 Cinta Yang Salah
31 Bab 31 Sah
32 Bab 32 Gangguan Sore
33 Bab 33 Tidak Ada Sore Pengantin
34 Bab 34 Gangguan Kedua
35 Bab 35 Kenangan Terindah
36 Bab 36 Sahur Romantis
37 Bab 37 Titik Kelam Nindya
38 Bab 38 Mencari Takjil
39 Bab 39 Duduklah di Kursi Milikmu Sendiri
40 Bab 40 Oh Mama
41 Bab 41 Impian Papa
42 Bab 42 Fakta Baru Papa
43 Bab 43 Emas Antam
44 Bab 44 Berbuka Di Rumah Ibu
45 Bab 45 Kandas Bersama Maya
46 Bab 46 Mama Melewati Batas
47 Bab 47 USG
48 Bab 48 Terbongkarnya Sosok Rio Sebenarnya
49 Bab 49 Akhir Salah Asuhan
50 Bab 50 Lelaki Asing
51 Bab 51 Dirga
52 Bab 52 Anak Baik
53 Bab 53 Terbawa Suasana
54 Bab 54 Pendekatan Dirga
55 Bab 55 Ke Rumah Papa
56 Bab 56 Reuni Menjengkelkan
57 Bab 57 Pertemuan
58 Bab 58 Kesalahan
59 Bab 59 Perkenalan
60 Bab 60 Positif Covid-19 ?
61 Bab 61 Lensa dan Cinta
62 Bab 62 Perlahan Terkuak
63 Bab 63 Tentang Semua
64 Bab 64 Pendekatan Bang Fathur
65 Bab 65 Pengakuan Shelly
66 Bab 66 Karma
67 Bab 67 Penculikan Kedua
68 Bab 68 Akhir Petualangan Irwan
69 Bab 69 Lamaran Dadakan
70 Bab 70 Memetik apa yang ditanam
71 Bab 71 Dokter Jo
72 Ban 72 Lamaran Bang Fathur
73 Bab 73 Hadiah Untuk Mertuaku
74 Bab 74 Sepenggal Kisah
75 Bab 75 Tamu Istimewah ibu
76 Bab 76 Perpisahan dan Pertemuan
77 Bab 77 Sisa Rahasia
78 Bab 78 Penyelesaian
79 Bab 79 Afni
80 Bab 80 Hampir Khilaf
81 Bab 81 Diam
82 Bab 82 Hadiah Ulang Tahun
83 Bab 83 Sedikit Cemburu
84 Bab 84 Selamat dari Maut
85 Bab 85 Sakit Tak Berdarah
86 Bab 86 Sudahi
87 Bab 87 Khawatir
88 Bab 88 Berjumpa Calon Mertua Lagi
89 Bab 89 Romantisme Bang Fathur
90 Bab 90 Owh Bang Fathur
91 Bab 91 Ilmiah dan Yang Tak Kasat Mata
92 Bab 92 Melawan Guna-guna (2)
93 Bab 93 Pernikahan Bang Fathur
94 Bab 94 Malam Pertama Pasangan Baru
95 Bab 95 Pemulung Mencurigakan
96 Bab 96 Kedatangan Ibu
97 Bab 97 Sempurna (Tidak)
98 Bab 98 Terasing Sendirian
99 Bab 99 Tangisan di Malam Pekat
100 Bab 100 Happy Ending
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1 Grup Whatapp Keluarga
2
Bab 2 Kecelakaan
3
Bab 3 Sweater Ungu
4
Bab 4 Air Mata Ibu
5
Bab 5 Omelan
6
Bab 6 Rahasia Besar
7
Bab 7 Kisahku
8
Bab 8 Tetap Tugas
9
Bab 9 Pulang
10
Bab 10 Permohonan Irwan
11
Bab 11 eN A U eR A
12
Bab 12 Diamku
13
Bab 13 Bayi Penyayang Itu
14
Bab 14 Tante Sofie
15
Bab 15 Direktur Pingsan
16
Bab 16 Mencari Miranti
17
Bab 17 Kebenaran
18
Bab 18 Rasa
19
Bab 19 Mata Itu
20
Bab 20 Kilas Malam
21
Bab 21 Pulang
22
Bab 22 Ketegasan
23
Bab 23 Malam Menyeramkan
24
Bab 24 Protektif
25
Bab 25 Sepakat
26
Bab 26 Melawan Guna-Guna
27
Bab 27 Membawa Tante Mira
28
Bab 28 Kameramen Misterius
29
Bab 29 Aku dan Gaun Pengantin
30
Bab 30 Cinta Yang Salah
31
Bab 31 Sah
32
Bab 32 Gangguan Sore
33
Bab 33 Tidak Ada Sore Pengantin
34
Bab 34 Gangguan Kedua
35
Bab 35 Kenangan Terindah
36
Bab 36 Sahur Romantis
37
Bab 37 Titik Kelam Nindya
38
Bab 38 Mencari Takjil
39
Bab 39 Duduklah di Kursi Milikmu Sendiri
40
Bab 40 Oh Mama
41
Bab 41 Impian Papa
42
Bab 42 Fakta Baru Papa
43
Bab 43 Emas Antam
44
Bab 44 Berbuka Di Rumah Ibu
45
Bab 45 Kandas Bersama Maya
46
Bab 46 Mama Melewati Batas
47
Bab 47 USG
48
Bab 48 Terbongkarnya Sosok Rio Sebenarnya
49
Bab 49 Akhir Salah Asuhan
50
Bab 50 Lelaki Asing
51
Bab 51 Dirga
52
Bab 52 Anak Baik
53
Bab 53 Terbawa Suasana
54
Bab 54 Pendekatan Dirga
55
Bab 55 Ke Rumah Papa
56
Bab 56 Reuni Menjengkelkan
57
Bab 57 Pertemuan
58
Bab 58 Kesalahan
59
Bab 59 Perkenalan
60
Bab 60 Positif Covid-19 ?
61
Bab 61 Lensa dan Cinta
62
Bab 62 Perlahan Terkuak
63
Bab 63 Tentang Semua
64
Bab 64 Pendekatan Bang Fathur
65
Bab 65 Pengakuan Shelly
66
Bab 66 Karma
67
Bab 67 Penculikan Kedua
68
Bab 68 Akhir Petualangan Irwan
69
Bab 69 Lamaran Dadakan
70
Bab 70 Memetik apa yang ditanam
71
Bab 71 Dokter Jo
72
Ban 72 Lamaran Bang Fathur
73
Bab 73 Hadiah Untuk Mertuaku
74
Bab 74 Sepenggal Kisah
75
Bab 75 Tamu Istimewah ibu
76
Bab 76 Perpisahan dan Pertemuan
77
Bab 77 Sisa Rahasia
78
Bab 78 Penyelesaian
79
Bab 79 Afni
80
Bab 80 Hampir Khilaf
81
Bab 81 Diam
82
Bab 82 Hadiah Ulang Tahun
83
Bab 83 Sedikit Cemburu
84
Bab 84 Selamat dari Maut
85
Bab 85 Sakit Tak Berdarah
86
Bab 86 Sudahi
87
Bab 87 Khawatir
88
Bab 88 Berjumpa Calon Mertua Lagi
89
Bab 89 Romantisme Bang Fathur
90
Bab 90 Owh Bang Fathur
91
Bab 91 Ilmiah dan Yang Tak Kasat Mata
92
Bab 92 Melawan Guna-guna (2)
93
Bab 93 Pernikahan Bang Fathur
94
Bab 94 Malam Pertama Pasangan Baru
95
Bab 95 Pemulung Mencurigakan
96
Bab 96 Kedatangan Ibu
97
Bab 97 Sempurna (Tidak)
98
Bab 98 Terasing Sendirian
99
Bab 99 Tangisan di Malam Pekat
100
Bab 100 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!