Bab 3 Sweater Ungu

Sesampainya di mobilku, Bang Zamy langsung membuka sendiri sliding door yang sudah terbuka sesikit, dan duduk di kursi sebelah kanan sembari memejamkan mata. Kedua tangannya terjalin di atas kepala. Sementara kedua lututnya yang basah digoyang-goyangkan ke kiri dan ke kanan. Irwan menyuruhku duduk di depan karena tadi dia diacuhkan saat membukakan pintu buat Bang Zamy. Namun aku malah masuk dan duduk di kursi sebelah kiri, dekat Bang Zamy. Irwan menahan perasaan sambil menutup pintu. Seperti seorang sopir, dia menyetir dan duduk sendiri di depan. Bang Zamy mengeluarkan segala pernak-pernik di saku baju dan celananya. Handphone, dompet, headset, kaca mata, beberapa lembar kertas penting. Ia meletakkannya di dalam laci tengah mobilku. Aku mengambilnya dan mengelap satu persatu dengan tisu.

"Biarkan saja, nanti sampai di rumah abang bisa keringkan dek." Begitu kata Bang Zamy sambil tangannya kembali diletakkan di atas kepala. Kakinya masih bergoyang-goyang dengan mata sedikit terpejam melihat ke atas. Aku terus saja mengelap-ngelap barang-barang itu. Saat mengelap hp, beberapa kali kelihatan di layar orang menelpon. Salah satunya temanku. Tersimpan dengan nama, Maya teman Naura. Ah, Maya belum patah semangat rupanya, dia masih berusaha menggaet hati kakakku, aku membatin. Sementara bunyi pemberitahuan lainnya di hp tiada berhenti. Dokter ini memang super sibuk.

Setelah mobil berjalan dan aku selesai mengelap barang-barang Bang Zamy, perlahan kutarik koperku di kursi belakang dari tempatku duduk, kuletakkan di pangkuan lalu kukeluarkan gulungan handuk dan sweater rajut beserta kantong obat-obatan.

"Lepaskan bajumu Bang, kelamaan basah nanti OF." Aku bicara dengan bahasa medis sambil menepuk bahu kirinya. Bang Zamy menurunkan tangannya. Perlahan matapun membuka, dia menatapku sambil tersenyum.

"Nggak usahlah Bee, sebentar lagi juga sampai ke rumah. Oh ya tolong antar aku ke klinik saja." Begitu jawab Bang Zamy. Mendengar itu aku langsung cemberut.

"Tidak ada nanti-nanti, buka bajunya sekarang Bang Zamy. " Aku memaksa. Irwan melirik melalui spion depan melihat tingkah kami. Ada tatapan kurang senang di sana. Aku tidak peduli, toh dia bukan siapa-siapaku.

"Hadeeeh.... Bee... Bee...., maksa banget ya Allah ni anaaakkk..., hanya jatuh sedikit doang kok tadi, nggak bakalan OF juga kali...." Bang Zamy melepas baju dan singletnya sambil ngedumel. Aku memasukkan baju basah itu ke dalam kantong merah yang juga kuambil dari koper. Dokter ganteng ini, selalu kalah jika berargumen denganku, adiknya yang usil namun perhatian. Dokter Naura! Naura Ghe Divanka. Putri bungsu dari pasangan ayah Rey Fardan, Kepala Cabang bank plat merah di kota Muntok dengan ibuku Yuni Archania, ASN yang menjabat Kepala Dinas di salah satu OPD (Organisasi Perangkat Daerah) yang ada di Bangka Barat. Kusiram kepala Bang Zamy dengan air mineral yang ada di belakang jok mobilku. Melanjutkan kebiasaan ibu sejak kami kecil. Rambut yang basah karena hujan 'wajib' dicuci dengan air bersih agar tidak membawa penyakit. Selesai menyiram rambut dan badannya, aku mengelap badan bang Zamy dengan handuk. Baru saja aku membuka tutup minyak telon, Bang Zamy tiba-tiba merebutnya.

"Ah, sini biar abang balur sendiri badan dengan minyak telon." Aku tersenyum menatap ke arahnya. Teringat olehku, dulu sekali, dari balita sampai dia duduk di bangku SMA, dia selalu minta dioles minyak telon bagian belakang tubuhnya sehabis kena hujan.

"Ini pakai sweater." Kemudian aku memberikan gulungan sweater ungu kepada Bang Zamy. Kulihat sekali lagi Irwan menatap tak suka kepada kami. Tetapi aku tidak peduli, yang kupedulikan adalah kesehatan abangku.

"Apa? Abang kau suruh memakai sweater ini? Sweater ungu?" Bang Zamy protes.

"Biarlah Abang berbalut handuk ini saja, sebentar lagi sampai." Lanjutnya sambil memberikan sweaterku kembali.

"Apa salahnya memakai sweater ungu sih Bang? Toh kita di dalam mobil juga, nanti langsung turun di rumah. Apa masalahnya?" Aku memberikan kembali sweaterku kepada Bang Zamy.

"Malas ah, simpan saja...." katanya sambil membenarkan posisi handuk di pundaknya. Aku diam memegang baju yang diberikan Bang Zamy kembali.

Bang Zamy dan Irwan sama-sama melirikku. Aku acuh dan diam. Mobil masih melaju perlahan. Cuaca yang buruk membuat kami hampir satu jam setengah dalam perjalanan. Aku membuka tasku, kuambil handphone dan menjelajah alam maya. Tak ada lagi suara guntur, aku bisa bermain handphone ditengah derasnya hujan. Facebook. Aku tidak membukanya sejak kemarin.

"Bee..., Bee.... Lho kok diam?" Bang Zamy menggangguku bermain hp. Aku tetap acuh, tak memedulikan gangguannya.

"Haduuuhhh, sini mana sweaternya tadi, biar Abang pakai. Begitu saja jadi ngambek." Bang Zamy menarik kembali sweater di tanganku. Aku menoleh padanya lalu tersenyum puas penuh kemenangan.

"Atau carikan abang baju panjang saja dek." bang Zamy ragu kembali memakai sweater ungu milikku.

"Oke!" Ringkas saja jawabanku sambil kembali menarik koper ke pangkuan. Kuambil sebuah gamis berwarna ping dan kurentangkan ke atas.

"Ini Bang baju panjangku." Aku menatapnya sambil menahan senyum.

"Ahhhh.... sudahlah ini saja." dalam hitungan detik sweater itu sudah dikenakannya. Lalu kuberikan lagi sebuah sarung sholatku. Tanpa diperintah, dia memasangkan sarung sholatku kemudian melepaskan celana jeans dan underwarenya yang basah. Kembali kupungut dan kuletakkan di kantong tadi. Lalu aku menunduk memungut dan meremas beberapa koran yang basah karena tetesan pakaian bang Zamy. Koran yang sengaja kuletakkan saat naik bersama bang Zamy tadi. Kuletakkan koran itu di kantong lainnya untuk dibuang sesampainya di rumah nanti.

"Ke klinik apa Jalan Baru bang?" tiba-tiba Irwan bertanya. Maksudnya Bang Zamy mau diantar ke rumahku di Jalan Baru atau ke klinik tempat bang Zamy tinggal, di Jalan Bangka.

"Langsung ke Jalan Baru!"

"Ke Klinik saja."

Kami menjawab berbarengan.

"Hemzzz.... jadi...?" Irwan memastikan sambil melihat ke spion depan lagi.

"Ke Jalan Baru!"

"Ke Klinik!"

Lagi-lagi kami menjawab bersamaan. Bang Zamy pura-pura mau mencekikku. Dia kemudian berkata.

"Ikuti perintah tuan putri saja. Bahaya jika tidak dituruti kemauannya nanti ngambeknya bisa tujuh hari tujuh malam tujuh jam tujuh menit...."

"Tujuh detik!" Aku memotong ucapan bang Zamy yang menyindirku. Dia hanya tersenyum. Ah dia ganteng sekali.

"Oke!" Irwan tancap gas, mencari 'jalan tikus' menghindari lampu merah agar lebih cepat sampai. Kemudian aku kembali terkikik saat melihat pakaian abangku. Atasnya sweater ungu, bawahannya sarung sholatku. Aduh bang dokter..., bang dokter....

***

kletuk! Saat terkikik tiba-tiba aku merasakan ada yang memukul kepalaku dengan genggaman jari tengahnya.

"Awwhhh sakit baaanggg!" Aku menggerutu, sementara Bang Zamy tertawa lepas. Irwan hanya mencoba tersenyum menyesuaikan suasana. Namun dia sepertinya cemburu melihat keakraban kami. Keakraban kakak adik yang sudah terjalin 28 tahun lamanya.

*****bersambung***

Terpopuler

Comments

Mega Wati

Mega Wati

seru ni......penulisan ny ok enak di baca

2021-02-24

2

Uvie El Feyza

Uvie El Feyza

bagus crita nya

2021-01-17

1

ummu reyhan

ummu reyhan

Sepertinya seruuu.. lanjuut membaca

2020-08-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Grup Whatapp Keluarga
2 Bab 2 Kecelakaan
3 Bab 3 Sweater Ungu
4 Bab 4 Air Mata Ibu
5 Bab 5 Omelan
6 Bab 6 Rahasia Besar
7 Bab 7 Kisahku
8 Bab 8 Tetap Tugas
9 Bab 9 Pulang
10 Bab 10 Permohonan Irwan
11 Bab 11 eN A U eR A
12 Bab 12 Diamku
13 Bab 13 Bayi Penyayang Itu
14 Bab 14 Tante Sofie
15 Bab 15 Direktur Pingsan
16 Bab 16 Mencari Miranti
17 Bab 17 Kebenaran
18 Bab 18 Rasa
19 Bab 19 Mata Itu
20 Bab 20 Kilas Malam
21 Bab 21 Pulang
22 Bab 22 Ketegasan
23 Bab 23 Malam Menyeramkan
24 Bab 24 Protektif
25 Bab 25 Sepakat
26 Bab 26 Melawan Guna-Guna
27 Bab 27 Membawa Tante Mira
28 Bab 28 Kameramen Misterius
29 Bab 29 Aku dan Gaun Pengantin
30 Bab 30 Cinta Yang Salah
31 Bab 31 Sah
32 Bab 32 Gangguan Sore
33 Bab 33 Tidak Ada Sore Pengantin
34 Bab 34 Gangguan Kedua
35 Bab 35 Kenangan Terindah
36 Bab 36 Sahur Romantis
37 Bab 37 Titik Kelam Nindya
38 Bab 38 Mencari Takjil
39 Bab 39 Duduklah di Kursi Milikmu Sendiri
40 Bab 40 Oh Mama
41 Bab 41 Impian Papa
42 Bab 42 Fakta Baru Papa
43 Bab 43 Emas Antam
44 Bab 44 Berbuka Di Rumah Ibu
45 Bab 45 Kandas Bersama Maya
46 Bab 46 Mama Melewati Batas
47 Bab 47 USG
48 Bab 48 Terbongkarnya Sosok Rio Sebenarnya
49 Bab 49 Akhir Salah Asuhan
50 Bab 50 Lelaki Asing
51 Bab 51 Dirga
52 Bab 52 Anak Baik
53 Bab 53 Terbawa Suasana
54 Bab 54 Pendekatan Dirga
55 Bab 55 Ke Rumah Papa
56 Bab 56 Reuni Menjengkelkan
57 Bab 57 Pertemuan
58 Bab 58 Kesalahan
59 Bab 59 Perkenalan
60 Bab 60 Positif Covid-19 ?
61 Bab 61 Lensa dan Cinta
62 Bab 62 Perlahan Terkuak
63 Bab 63 Tentang Semua
64 Bab 64 Pendekatan Bang Fathur
65 Bab 65 Pengakuan Shelly
66 Bab 66 Karma
67 Bab 67 Penculikan Kedua
68 Bab 68 Akhir Petualangan Irwan
69 Bab 69 Lamaran Dadakan
70 Bab 70 Memetik apa yang ditanam
71 Bab 71 Dokter Jo
72 Ban 72 Lamaran Bang Fathur
73 Bab 73 Hadiah Untuk Mertuaku
74 Bab 74 Sepenggal Kisah
75 Bab 75 Tamu Istimewah ibu
76 Bab 76 Perpisahan dan Pertemuan
77 Bab 77 Sisa Rahasia
78 Bab 78 Penyelesaian
79 Bab 79 Afni
80 Bab 80 Hampir Khilaf
81 Bab 81 Diam
82 Bab 82 Hadiah Ulang Tahun
83 Bab 83 Sedikit Cemburu
84 Bab 84 Selamat dari Maut
85 Bab 85 Sakit Tak Berdarah
86 Bab 86 Sudahi
87 Bab 87 Khawatir
88 Bab 88 Berjumpa Calon Mertua Lagi
89 Bab 89 Romantisme Bang Fathur
90 Bab 90 Owh Bang Fathur
91 Bab 91 Ilmiah dan Yang Tak Kasat Mata
92 Bab 92 Melawan Guna-guna (2)
93 Bab 93 Pernikahan Bang Fathur
94 Bab 94 Malam Pertama Pasangan Baru
95 Bab 95 Pemulung Mencurigakan
96 Bab 96 Kedatangan Ibu
97 Bab 97 Sempurna (Tidak)
98 Bab 98 Terasing Sendirian
99 Bab 99 Tangisan di Malam Pekat
100 Bab 100 Happy Ending
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1 Grup Whatapp Keluarga
2
Bab 2 Kecelakaan
3
Bab 3 Sweater Ungu
4
Bab 4 Air Mata Ibu
5
Bab 5 Omelan
6
Bab 6 Rahasia Besar
7
Bab 7 Kisahku
8
Bab 8 Tetap Tugas
9
Bab 9 Pulang
10
Bab 10 Permohonan Irwan
11
Bab 11 eN A U eR A
12
Bab 12 Diamku
13
Bab 13 Bayi Penyayang Itu
14
Bab 14 Tante Sofie
15
Bab 15 Direktur Pingsan
16
Bab 16 Mencari Miranti
17
Bab 17 Kebenaran
18
Bab 18 Rasa
19
Bab 19 Mata Itu
20
Bab 20 Kilas Malam
21
Bab 21 Pulang
22
Bab 22 Ketegasan
23
Bab 23 Malam Menyeramkan
24
Bab 24 Protektif
25
Bab 25 Sepakat
26
Bab 26 Melawan Guna-Guna
27
Bab 27 Membawa Tante Mira
28
Bab 28 Kameramen Misterius
29
Bab 29 Aku dan Gaun Pengantin
30
Bab 30 Cinta Yang Salah
31
Bab 31 Sah
32
Bab 32 Gangguan Sore
33
Bab 33 Tidak Ada Sore Pengantin
34
Bab 34 Gangguan Kedua
35
Bab 35 Kenangan Terindah
36
Bab 36 Sahur Romantis
37
Bab 37 Titik Kelam Nindya
38
Bab 38 Mencari Takjil
39
Bab 39 Duduklah di Kursi Milikmu Sendiri
40
Bab 40 Oh Mama
41
Bab 41 Impian Papa
42
Bab 42 Fakta Baru Papa
43
Bab 43 Emas Antam
44
Bab 44 Berbuka Di Rumah Ibu
45
Bab 45 Kandas Bersama Maya
46
Bab 46 Mama Melewati Batas
47
Bab 47 USG
48
Bab 48 Terbongkarnya Sosok Rio Sebenarnya
49
Bab 49 Akhir Salah Asuhan
50
Bab 50 Lelaki Asing
51
Bab 51 Dirga
52
Bab 52 Anak Baik
53
Bab 53 Terbawa Suasana
54
Bab 54 Pendekatan Dirga
55
Bab 55 Ke Rumah Papa
56
Bab 56 Reuni Menjengkelkan
57
Bab 57 Pertemuan
58
Bab 58 Kesalahan
59
Bab 59 Perkenalan
60
Bab 60 Positif Covid-19 ?
61
Bab 61 Lensa dan Cinta
62
Bab 62 Perlahan Terkuak
63
Bab 63 Tentang Semua
64
Bab 64 Pendekatan Bang Fathur
65
Bab 65 Pengakuan Shelly
66
Bab 66 Karma
67
Bab 67 Penculikan Kedua
68
Bab 68 Akhir Petualangan Irwan
69
Bab 69 Lamaran Dadakan
70
Bab 70 Memetik apa yang ditanam
71
Bab 71 Dokter Jo
72
Ban 72 Lamaran Bang Fathur
73
Bab 73 Hadiah Untuk Mertuaku
74
Bab 74 Sepenggal Kisah
75
Bab 75 Tamu Istimewah ibu
76
Bab 76 Perpisahan dan Pertemuan
77
Bab 77 Sisa Rahasia
78
Bab 78 Penyelesaian
79
Bab 79 Afni
80
Bab 80 Hampir Khilaf
81
Bab 81 Diam
82
Bab 82 Hadiah Ulang Tahun
83
Bab 83 Sedikit Cemburu
84
Bab 84 Selamat dari Maut
85
Bab 85 Sakit Tak Berdarah
86
Bab 86 Sudahi
87
Bab 87 Khawatir
88
Bab 88 Berjumpa Calon Mertua Lagi
89
Bab 89 Romantisme Bang Fathur
90
Bab 90 Owh Bang Fathur
91
Bab 91 Ilmiah dan Yang Tak Kasat Mata
92
Bab 92 Melawan Guna-guna (2)
93
Bab 93 Pernikahan Bang Fathur
94
Bab 94 Malam Pertama Pasangan Baru
95
Bab 95 Pemulung Mencurigakan
96
Bab 96 Kedatangan Ibu
97
Bab 97 Sempurna (Tidak)
98
Bab 98 Terasing Sendirian
99
Bab 99 Tangisan di Malam Pekat
100
Bab 100 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!