Bab 2 Kecelakaan

Tepat jam satu siang setelah satu jam lamanya di penerbangan, akhirnya pesawat yang kutumpangi mendarat di Bandara Depati Amir Pangkalpinang. Cuaca sudah mendung, langit sedikit gelap, sepertinya hari akan turun hujan. Aku bergegas menuruni tangga pesawat dengan tetap menjaga jarak dengan penumpang lainnya. Ada beberapa penumpang yang mengenaliku menyapa. Aku membalas mereka dengan senyum termanisku meski tertutupi masker.

Tak menunggu lama setelah selesai mengambil bagasi, aku menuju pintu keluar sehabis melewati pemeriksaan bagasi oleh petugas bandara. Seperti dugaanku, dari arah pintu keluar sudah terlihat sosok polisi ganteng yang usianya tujuh tahun lebih muda dariku. Dia datang lengkap dengan seragamnya. Mungkin dia izin, batinku. Dalam pesannya tadi Irwan bilang ingin menjemputku. Sebenarnya tadi sudah beberapa kali kutolak keinginannya menjemput, namun dia tak menyerah memberikan alasan kenapa harus menjemputku, cuaca buruklah, takut orang jahatlah, dan segudang alasan lainnya. Sehingga karena merasa percuma menolak permintaannya akupun membaca saja pesan itu tanpa membalasnya lagi. Dalam hati kecilku berbisik, seandainya aku ingin dijemput maka ada orang yang paling pantas kumintai tolong, bang Zamy, dia kakakku yang sangat menyayangiku sedari kecil. Aku insyaAllah selalu aman di dekatnya.

"Hai dokter cantik, apakah perjalananmu menyenangkan?" Pria itu langsung menyapaku sok akrab.

"Hemmm..., " Aku hanya menggumam dan sedikit mengangguk sambil memberikan kunci mobilku. Senyumku sedikit tertahan. Aku lelah dan ingin segera beristirahat di rumah. Namun sebelum istirahat, aku ingin membereskan kamarku yang agak berantakan.

Aku, Dokter Naura. Selain bekerja sebagai dokter ASN dan praktik di klinik Honey Bee, aku juga hobi menulis. Maka tak heran meja kerjaku sedikit berhamburan dengan beberapa perlengkapan menulis. Laptop bahkan ada dua buah di meja. Ditambah satu PC dengan printer di bawah meja, beberapa buah buku medis, novel dan agenda. Tisu, kertas, stabilo dan segala jenis pena juga ada di sana. Kupakai saat mencorat-coret membuat kerangka tulisan. Kemarin karena Direktur mendadak memberikan Surat Perintah Tugas, aku buru-buru berkemas dan tidak sempat membereskannya lagi. Sedangkan yuk Mairoh, pembantu rumahku yang berusia hampir sepantaranku, sudah kupesankan agar tidak mengutak-atik area itu, meja kerjaku.

"Hey Bee..., sungguh sangat istimewah membawa mobilmu. Halus lembut dan sangaaattt..., nyaman. Kau tau Bee? Ini pertama kalinya aku menyetir mobil mewah yang elegant." Irwan bicara sambil menyetir. Sesekali dia menoleh ke arahku yang menyibukkan diri bermain handphone.

"Apa sih kamu Wan, ngeyel banget dibilangin, namaku Naura, eN a u eR a, Naura bukan Honey Bee atau Bee bagimu, karena yang boleh memanggilku dengan nama Honey Bee atau Bee itu hanya lima orang, yaitu tiga orang saudaraku, ayah dan ibu. Tidak dengan orang asing!" Aku menatap Irwan sesaat. Bicaraku sangat serius. Aku sungguh tidak menyukai orang yang sok akrab keterlaluan. Irwan menatapku lagi sepintas.

Mungkin dia sadar bahwa dia bukan siapa-siapaku hingga saat ini.

Aku hanya merasa berhutang budi karena dia pernah menangkap langsung Andre, seorang mantanku yang pernah membuat keributan di klinik saat aku memutuskan hubungan dengannya. Waktu itu kebetulan Irwan ada di sana. Hanya itu. Soal rasa di hatiku untuk Irwan? Tidak ada sama sekali hingga saat ini.

"Iyaaa-iyaaa, maaf bu Dokter Naura yang cantik." Irwan mencoba mengalah, namun aku malah tidak menggubrisnya.

"Apa sebaiknya mulai saat ini aku memanggilmu Nancy saja kalau begitu. Kau tau apa artinya Nancy?" Irwan mencoba menetralkan emosiku.

"Apa?"

"Nauraku yang cantik dan seksi, Nency, pas banget," Irwan terkekeh sendiri.

"Nauraku? Apaan sih? Gak lucu tau." Aku menggumam kesal sambil memalingkan muka ke arah kaca jendela mobilku yang bermerk bintang paling terang di rasi bintang Hydra ini. Dan betapa kagetnya aku saat melihat ke spion, kulihat seseorang yang sangat aku kenal bahkan melebihi aku mengenal diriku sendiri, naik motor bersewa dengan warna khas hijaunya. Dia diboncengkan seorang ojol. Spontan aku menurunkan kaca, menoleh ke belakang dan mencoba memanggilnya. Namun keburu lampu merah di Semabung berganti hijau. Mobilku harus melaju atau suara klakson di belakang akan semakin ramai seperti malam pergantian tahun baru.

Aku masih celingukan mencari, sementara motor yang ditumpanginya telah hilang dari pandanganku.

"Siapa sih?" Irwan yang memerhatikanku dari tadi bertanya. Aku hanya mendesah panjang sambil kembali menutup kaca. Gerimis mulai berganti hujan.

"Sepertinya aku melihat seseorang yang sangat kukenal. Tapi rasanya tidak mungkin...."

"Siapa? Atau mungkin hanya mirip." Irwan memotong ucapanku.

"Iya mungkin saja hanya mirip, soalnya tidak mungkin dia naik motor berbayar begitu, apalagi dalam cuaca begini." Aku mencoba menjawab kegalauanku sendiri.

Irwan kemudian menambah volume musik, mencoba mengalihkan suasana sambil sesekali mengikuti alunan penyanyinya.

"Sementara teduhlah hatiku...." lagu Float berjudul Sementara sedang diputar. Irwan mengulang-ulang lagu itu. Aku hampir bosan mendengarnya walaupun memang syahdu mendengarkan lagu itu dikala hujan. Tapi kalau diputar berulang-ulang selama perjalanan pulang? Membosankan!

Aku kembali menunduk melihat pesan dari sekretarisku di klinik. Perawat itu mengatakan kalau hari ini pasien mendaftar melalui whatapp sudah lebih dari dua puluh orang. Kubalas pesan agar dia membatasi cukup dua puluh orang saja karena kondisiku yang masih lelah. Kubilang juga agar mulainya dimundurkan menjadi jam 7 malam. Dia membalas mengiyakan.

***

Langit semakin gelap, hujanpun semakin menjadi. Sesekali terdengar suara guntur yang menggelegar. Mobil terus melaju perlahan. Namun tiba-tiba di dekat Hotel Puncak Pangkalpinang, Irwan mendadak menghentikan laju mobil. Kulihat antrian kendaraan kembali padat merayap, bukan hanya karena lampu merah dengan jalanan sempit, tetapi rupanya di depan ada kecelakaan bermotor. Aku membuka kaca dan melongok ke depan. Kubiarkan kepalaku terkena air hujan. Dan aku sangat kaget melihat beberapa orang sedang menggotong tubuh seseorang yang kukenal menuju ke atas trotoar.

"Bang Zamy!"

Aku membuka pintu, langsung turun dan berlari menuju ke arah kakakku dibopong. Kulihat di kepala bang Zamy masih melekat helm ojol. Rupanya tadi aku tak salah melihat bang Zamy naik ojol di saat cuaca buruk. Untuk apa? Aku menjadi penasaran.

"Ayo-ayo tolong kasih tempat buat mengistirahatkan Bapak ini sebentar. Ini orang kecelakaan naik ojol." Seorang bapak yang ikut menggotong bang Zamy menyibak-nyibakkan tangan di trotoar. Para pemotor yang singgah berteduh pun perlahan menyingkirkan diri, manjauh untuk memberi ruang. Social Distancing yang digaungkan pemerintah belum berlaku di kotaku. Bagi sebagian orang, mati karena corona tak ada bedanya dengan mati karena kedinginan, maka berdempetanlah manusia, berteduh di bawah bangunan menghindari lebatnya hujan.

"Bukankah itu Dokter Zamy? Kok bisa naik ojol?" Seorang wanita keturunan Cina yang sedang hamil tua keluar dari dalam toko sepatu Franky. Dia bicara sambil mendekat dengan logat Cina Melayu.

"Iya benar. Ini dokter Zamy wo...! Ya Tuhan Doookkk..., kok bisa-bisanya naik ojol. Mobil dokter yang mahal itu kemana wo?" Si ibu hamil masih sempat nyerocos bicara sambil ikut duduk di dekat kakakku didudukkan.

"Heheee...." Bang Zamy mengangguk sambil terkekeh rendah. Dia hanya tersenyum meringis.

"Tadi abang ojolnya tidak sengaja melewati lubang di jalan yang tertutupi air menggenang. Makanya motor kehilangan keseimbangan di jalan yang licin. Tetapi tidak apa-apa kok, saya hanya luka sedikit di telapak tangan kiri." Bang Zamy memperlihatkan tangannya kepada orang-orang di sana, lalu perlahan membuka helm. Lalu baru nampak jelas wajah tampannya yang kuyup karena hujan.

"Bee?" Tiba-tiba Bang Zamy menatapku yang kebingungan dan tak mampu berkata-kata sepatah pun. Lama mematung kemudian aku duduk berhadapan dengannya.

"Kenapa bisa begini bang?" Aku mencium tangan kanannya. Pucat dan keriput karena kedinginan. Dia bahkan tidak mengenakan jaket. Bang Zamy bukannya langsung menjawab, dia malah menggosok-gosokkan tangan kirinya yang luka ke kepalaku.

"Hehe nanti abang ceritakan. Sekarang mana mobilmu?" Diapun melihat-lihat ke arah kerumunan mobil yang sudah berganti lampu merah dua kali. Akupun ikut mencari. Tak lama kemudian di kejauhan, dengan posisi mobil naik di setengah trotoar dekat lampu merah, kulihat Irwan melambaikan tangan.

"Ayo Bee, abang menumpang ikut mobilmu." Bang Zamy menarik tanganku setelah pamitan dan berterima kasih kepada beberapa orang yang masih bergerombol di trotoar. Tak lupa bang Zamy menyelipkan uang 300 ribu buat Kang Ojol yang malah menangis karena merasa bersalah. Dia menolak uang itu.

"Tidak pak, seharusnya aku yang kasih uang ke Bapak Dokter, bapak terluka karenaku." Begitu kata Kang Ojol yang mungkin sepantaran dengan Bang Zamy. Dia mencoba menolak uang pemberian itu.

"Sudahlah, namanya musibah kita kan tidak tau. Ini sedikit uang untuk sekedar membantu membawa motormu ke bengkel. Gantilah bemper depanmu yang pecah." Bang Zamy tetap menyelipkan uang itu ke saku jaket Kang Ojol.

"Terima kasih banyak Pak Dokter, maafkan aku." Kang Ojol menangis, sementara Bang Zamy tersenyum dan menggandengku menuju mobil. Setelah berada di dekat mobil, baik Bang Zamy maupun Irwan memasang muka sama-sama terkejut dan bingung. Aku? Pastinya, akulah yang paling bingung. Apakah mereka saling mengenal? Entahlah.

***Bersambung***

Terpopuler

Comments

Lailatul Hawa

Lailatul Hawa

saya tipikal orang yang menyukai estetika. maaf sombong dikit gpp yah kak otor 😁😁😁

dan pertama kali baca novel mu aku langsung suka. dengan gaya bahasa yang pas. aku suka jalan ceritanya, meski baru baca awalnya.

cuman satu aja sih, per paragraf diusahakan jangan panjang panjang yah kak. cukup 3-4 kalimat aja. biar yang baca ga ngos ngos-ngosan 😉😉😉

sayang sekali yah, novel ciamik kayak punyamu ini belum dilirik. bosen aja baca yang cerita similar di noveltoon. eh, ketemu kamu 🥰🥰🥰

semangat yah kak!! maaf panjang yah cuap cuapnya ☺️☺️☺️

2022-05-15

1

Yesica Dewi Mokoagow

Yesica Dewi Mokoagow

suka. semoga menyenangkan

2021-04-03

1

Yuyun Nova Lia

Yuyun Nova Lia

mampir untuk yg kedua kalinya

2020-11-22

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Grup Whatapp Keluarga
2 Bab 2 Kecelakaan
3 Bab 3 Sweater Ungu
4 Bab 4 Air Mata Ibu
5 Bab 5 Omelan
6 Bab 6 Rahasia Besar
7 Bab 7 Kisahku
8 Bab 8 Tetap Tugas
9 Bab 9 Pulang
10 Bab 10 Permohonan Irwan
11 Bab 11 eN A U eR A
12 Bab 12 Diamku
13 Bab 13 Bayi Penyayang Itu
14 Bab 14 Tante Sofie
15 Bab 15 Direktur Pingsan
16 Bab 16 Mencari Miranti
17 Bab 17 Kebenaran
18 Bab 18 Rasa
19 Bab 19 Mata Itu
20 Bab 20 Kilas Malam
21 Bab 21 Pulang
22 Bab 22 Ketegasan
23 Bab 23 Malam Menyeramkan
24 Bab 24 Protektif
25 Bab 25 Sepakat
26 Bab 26 Melawan Guna-Guna
27 Bab 27 Membawa Tante Mira
28 Bab 28 Kameramen Misterius
29 Bab 29 Aku dan Gaun Pengantin
30 Bab 30 Cinta Yang Salah
31 Bab 31 Sah
32 Bab 32 Gangguan Sore
33 Bab 33 Tidak Ada Sore Pengantin
34 Bab 34 Gangguan Kedua
35 Bab 35 Kenangan Terindah
36 Bab 36 Sahur Romantis
37 Bab 37 Titik Kelam Nindya
38 Bab 38 Mencari Takjil
39 Bab 39 Duduklah di Kursi Milikmu Sendiri
40 Bab 40 Oh Mama
41 Bab 41 Impian Papa
42 Bab 42 Fakta Baru Papa
43 Bab 43 Emas Antam
44 Bab 44 Berbuka Di Rumah Ibu
45 Bab 45 Kandas Bersama Maya
46 Bab 46 Mama Melewati Batas
47 Bab 47 USG
48 Bab 48 Terbongkarnya Sosok Rio Sebenarnya
49 Bab 49 Akhir Salah Asuhan
50 Bab 50 Lelaki Asing
51 Bab 51 Dirga
52 Bab 52 Anak Baik
53 Bab 53 Terbawa Suasana
54 Bab 54 Pendekatan Dirga
55 Bab 55 Ke Rumah Papa
56 Bab 56 Reuni Menjengkelkan
57 Bab 57 Pertemuan
58 Bab 58 Kesalahan
59 Bab 59 Perkenalan
60 Bab 60 Positif Covid-19 ?
61 Bab 61 Lensa dan Cinta
62 Bab 62 Perlahan Terkuak
63 Bab 63 Tentang Semua
64 Bab 64 Pendekatan Bang Fathur
65 Bab 65 Pengakuan Shelly
66 Bab 66 Karma
67 Bab 67 Penculikan Kedua
68 Bab 68 Akhir Petualangan Irwan
69 Bab 69 Lamaran Dadakan
70 Bab 70 Memetik apa yang ditanam
71 Bab 71 Dokter Jo
72 Ban 72 Lamaran Bang Fathur
73 Bab 73 Hadiah Untuk Mertuaku
74 Bab 74 Sepenggal Kisah
75 Bab 75 Tamu Istimewah ibu
76 Bab 76 Perpisahan dan Pertemuan
77 Bab 77 Sisa Rahasia
78 Bab 78 Penyelesaian
79 Bab 79 Afni
80 Bab 80 Hampir Khilaf
81 Bab 81 Diam
82 Bab 82 Hadiah Ulang Tahun
83 Bab 83 Sedikit Cemburu
84 Bab 84 Selamat dari Maut
85 Bab 85 Sakit Tak Berdarah
86 Bab 86 Sudahi
87 Bab 87 Khawatir
88 Bab 88 Berjumpa Calon Mertua Lagi
89 Bab 89 Romantisme Bang Fathur
90 Bab 90 Owh Bang Fathur
91 Bab 91 Ilmiah dan Yang Tak Kasat Mata
92 Bab 92 Melawan Guna-guna (2)
93 Bab 93 Pernikahan Bang Fathur
94 Bab 94 Malam Pertama Pasangan Baru
95 Bab 95 Pemulung Mencurigakan
96 Bab 96 Kedatangan Ibu
97 Bab 97 Sempurna (Tidak)
98 Bab 98 Terasing Sendirian
99 Bab 99 Tangisan di Malam Pekat
100 Bab 100 Happy Ending
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Bab 1 Grup Whatapp Keluarga
2
Bab 2 Kecelakaan
3
Bab 3 Sweater Ungu
4
Bab 4 Air Mata Ibu
5
Bab 5 Omelan
6
Bab 6 Rahasia Besar
7
Bab 7 Kisahku
8
Bab 8 Tetap Tugas
9
Bab 9 Pulang
10
Bab 10 Permohonan Irwan
11
Bab 11 eN A U eR A
12
Bab 12 Diamku
13
Bab 13 Bayi Penyayang Itu
14
Bab 14 Tante Sofie
15
Bab 15 Direktur Pingsan
16
Bab 16 Mencari Miranti
17
Bab 17 Kebenaran
18
Bab 18 Rasa
19
Bab 19 Mata Itu
20
Bab 20 Kilas Malam
21
Bab 21 Pulang
22
Bab 22 Ketegasan
23
Bab 23 Malam Menyeramkan
24
Bab 24 Protektif
25
Bab 25 Sepakat
26
Bab 26 Melawan Guna-Guna
27
Bab 27 Membawa Tante Mira
28
Bab 28 Kameramen Misterius
29
Bab 29 Aku dan Gaun Pengantin
30
Bab 30 Cinta Yang Salah
31
Bab 31 Sah
32
Bab 32 Gangguan Sore
33
Bab 33 Tidak Ada Sore Pengantin
34
Bab 34 Gangguan Kedua
35
Bab 35 Kenangan Terindah
36
Bab 36 Sahur Romantis
37
Bab 37 Titik Kelam Nindya
38
Bab 38 Mencari Takjil
39
Bab 39 Duduklah di Kursi Milikmu Sendiri
40
Bab 40 Oh Mama
41
Bab 41 Impian Papa
42
Bab 42 Fakta Baru Papa
43
Bab 43 Emas Antam
44
Bab 44 Berbuka Di Rumah Ibu
45
Bab 45 Kandas Bersama Maya
46
Bab 46 Mama Melewati Batas
47
Bab 47 USG
48
Bab 48 Terbongkarnya Sosok Rio Sebenarnya
49
Bab 49 Akhir Salah Asuhan
50
Bab 50 Lelaki Asing
51
Bab 51 Dirga
52
Bab 52 Anak Baik
53
Bab 53 Terbawa Suasana
54
Bab 54 Pendekatan Dirga
55
Bab 55 Ke Rumah Papa
56
Bab 56 Reuni Menjengkelkan
57
Bab 57 Pertemuan
58
Bab 58 Kesalahan
59
Bab 59 Perkenalan
60
Bab 60 Positif Covid-19 ?
61
Bab 61 Lensa dan Cinta
62
Bab 62 Perlahan Terkuak
63
Bab 63 Tentang Semua
64
Bab 64 Pendekatan Bang Fathur
65
Bab 65 Pengakuan Shelly
66
Bab 66 Karma
67
Bab 67 Penculikan Kedua
68
Bab 68 Akhir Petualangan Irwan
69
Bab 69 Lamaran Dadakan
70
Bab 70 Memetik apa yang ditanam
71
Bab 71 Dokter Jo
72
Ban 72 Lamaran Bang Fathur
73
Bab 73 Hadiah Untuk Mertuaku
74
Bab 74 Sepenggal Kisah
75
Bab 75 Tamu Istimewah ibu
76
Bab 76 Perpisahan dan Pertemuan
77
Bab 77 Sisa Rahasia
78
Bab 78 Penyelesaian
79
Bab 79 Afni
80
Bab 80 Hampir Khilaf
81
Bab 81 Diam
82
Bab 82 Hadiah Ulang Tahun
83
Bab 83 Sedikit Cemburu
84
Bab 84 Selamat dari Maut
85
Bab 85 Sakit Tak Berdarah
86
Bab 86 Sudahi
87
Bab 87 Khawatir
88
Bab 88 Berjumpa Calon Mertua Lagi
89
Bab 89 Romantisme Bang Fathur
90
Bab 90 Owh Bang Fathur
91
Bab 91 Ilmiah dan Yang Tak Kasat Mata
92
Bab 92 Melawan Guna-guna (2)
93
Bab 93 Pernikahan Bang Fathur
94
Bab 94 Malam Pertama Pasangan Baru
95
Bab 95 Pemulung Mencurigakan
96
Bab 96 Kedatangan Ibu
97
Bab 97 Sempurna (Tidak)
98
Bab 98 Terasing Sendirian
99
Bab 99 Tangisan di Malam Pekat
100
Bab 100 Happy Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!