Tepat jam satu siang setelah satu jam lamanya di penerbangan, akhirnya pesawat yang kutumpangi mendarat di Bandara Depati Amir Pangkalpinang. Cuaca sudah mendung, langit sedikit gelap, sepertinya hari akan turun hujan. Aku bergegas menuruni tangga pesawat dengan tetap menjaga jarak dengan penumpang lainnya. Ada beberapa penumpang yang mengenaliku menyapa. Aku membalas mereka dengan senyum termanisku meski tertutupi masker.
Tak menunggu lama setelah selesai mengambil bagasi, aku menuju pintu keluar sehabis melewati pemeriksaan bagasi oleh petugas bandara. Seperti dugaanku, dari arah pintu keluar sudah terlihat sosok polisi ganteng yang usianya tujuh tahun lebih muda dariku. Dia datang lengkap dengan seragamnya. Mungkin dia izin, batinku. Dalam pesannya tadi Irwan bilang ingin menjemputku. Sebenarnya tadi sudah beberapa kali kutolak keinginannya menjemput, namun dia tak menyerah memberikan alasan kenapa harus menjemputku, cuaca buruklah, takut orang jahatlah, dan segudang alasan lainnya. Sehingga karena merasa percuma menolak permintaannya akupun membaca saja pesan itu tanpa membalasnya lagi. Dalam hati kecilku berbisik, seandainya aku ingin dijemput maka ada orang yang paling pantas kumintai tolong, bang Zamy, dia kakakku yang sangat menyayangiku sedari kecil. Aku insyaAllah selalu aman di dekatnya.
"Hai dokter cantik, apakah perjalananmu menyenangkan?" Pria itu langsung menyapaku sok akrab.
"Hemmm..., " Aku hanya menggumam dan sedikit mengangguk sambil memberikan kunci mobilku. Senyumku sedikit tertahan. Aku lelah dan ingin segera beristirahat di rumah. Namun sebelum istirahat, aku ingin membereskan kamarku yang agak berantakan.
Aku, Dokter Naura. Selain bekerja sebagai dokter ASN dan praktik di klinik Honey Bee, aku juga hobi menulis. Maka tak heran meja kerjaku sedikit berhamburan dengan beberapa perlengkapan menulis. Laptop bahkan ada dua buah di meja. Ditambah satu PC dengan printer di bawah meja, beberapa buah buku medis, novel dan agenda. Tisu, kertas, stabilo dan segala jenis pena juga ada di sana. Kupakai saat mencorat-coret membuat kerangka tulisan. Kemarin karena Direktur mendadak memberikan Surat Perintah Tugas, aku buru-buru berkemas dan tidak sempat membereskannya lagi. Sedangkan yuk Mairoh, pembantu rumahku yang berusia hampir sepantaranku, sudah kupesankan agar tidak mengutak-atik area itu, meja kerjaku.
"Hey Bee..., sungguh sangat istimewah membawa mobilmu. Halus lembut dan sangaaattt..., nyaman. Kau tau Bee? Ini pertama kalinya aku menyetir mobil mewah yang elegant." Irwan bicara sambil menyetir. Sesekali dia menoleh ke arahku yang menyibukkan diri bermain handphone.
"Apa sih kamu Wan, ngeyel banget dibilangin, namaku Naura, eN a u eR a, Naura bukan Honey Bee atau Bee bagimu, karena yang boleh memanggilku dengan nama Honey Bee atau Bee itu hanya lima orang, yaitu tiga orang saudaraku, ayah dan ibu. Tidak dengan orang asing!" Aku menatap Irwan sesaat. Bicaraku sangat serius. Aku sungguh tidak menyukai orang yang sok akrab keterlaluan. Irwan menatapku lagi sepintas.
Mungkin dia sadar bahwa dia bukan siapa-siapaku hingga saat ini.
Aku hanya merasa berhutang budi karena dia pernah menangkap langsung Andre, seorang mantanku yang pernah membuat keributan di klinik saat aku memutuskan hubungan dengannya. Waktu itu kebetulan Irwan ada di sana. Hanya itu. Soal rasa di hatiku untuk Irwan? Tidak ada sama sekali hingga saat ini.
"Iyaaa-iyaaa, maaf bu Dokter Naura yang cantik." Irwan mencoba mengalah, namun aku malah tidak menggubrisnya.
"Apa sebaiknya mulai saat ini aku memanggilmu Nancy saja kalau begitu. Kau tau apa artinya Nancy?" Irwan mencoba menetralkan emosiku.
"Apa?"
"Nauraku yang cantik dan seksi, Nency, pas banget," Irwan terkekeh sendiri.
"Nauraku? Apaan sih? Gak lucu tau." Aku menggumam kesal sambil memalingkan muka ke arah kaca jendela mobilku yang bermerk bintang paling terang di rasi bintang Hydra ini. Dan betapa kagetnya aku saat melihat ke spion, kulihat seseorang yang sangat aku kenal bahkan melebihi aku mengenal diriku sendiri, naik motor bersewa dengan warna khas hijaunya. Dia diboncengkan seorang ojol. Spontan aku menurunkan kaca, menoleh ke belakang dan mencoba memanggilnya. Namun keburu lampu merah di Semabung berganti hijau. Mobilku harus melaju atau suara klakson di belakang akan semakin ramai seperti malam pergantian tahun baru.
Aku masih celingukan mencari, sementara motor yang ditumpanginya telah hilang dari pandanganku.
"Siapa sih?" Irwan yang memerhatikanku dari tadi bertanya. Aku hanya mendesah panjang sambil kembali menutup kaca. Gerimis mulai berganti hujan.
"Sepertinya aku melihat seseorang yang sangat kukenal. Tapi rasanya tidak mungkin...."
"Siapa? Atau mungkin hanya mirip." Irwan memotong ucapanku.
"Iya mungkin saja hanya mirip, soalnya tidak mungkin dia naik motor berbayar begitu, apalagi dalam cuaca begini." Aku mencoba menjawab kegalauanku sendiri.
Irwan kemudian menambah volume musik, mencoba mengalihkan suasana sambil sesekali mengikuti alunan penyanyinya.
"Sementara teduhlah hatiku...." lagu Float berjudul Sementara sedang diputar. Irwan mengulang-ulang lagu itu. Aku hampir bosan mendengarnya walaupun memang syahdu mendengarkan lagu itu dikala hujan. Tapi kalau diputar berulang-ulang selama perjalanan pulang? Membosankan!
Aku kembali menunduk melihat pesan dari sekretarisku di klinik. Perawat itu mengatakan kalau hari ini pasien mendaftar melalui whatapp sudah lebih dari dua puluh orang. Kubalas pesan agar dia membatasi cukup dua puluh orang saja karena kondisiku yang masih lelah. Kubilang juga agar mulainya dimundurkan menjadi jam 7 malam. Dia membalas mengiyakan.
***
Langit semakin gelap, hujanpun semakin menjadi. Sesekali terdengar suara guntur yang menggelegar. Mobil terus melaju perlahan. Namun tiba-tiba di dekat Hotel Puncak Pangkalpinang, Irwan mendadak menghentikan laju mobil. Kulihat antrian kendaraan kembali padat merayap, bukan hanya karena lampu merah dengan jalanan sempit, tetapi rupanya di depan ada kecelakaan bermotor. Aku membuka kaca dan melongok ke depan. Kubiarkan kepalaku terkena air hujan. Dan aku sangat kaget melihat beberapa orang sedang menggotong tubuh seseorang yang kukenal menuju ke atas trotoar.
"Bang Zamy!"
Aku membuka pintu, langsung turun dan berlari menuju ke arah kakakku dibopong. Kulihat di kepala bang Zamy masih melekat helm ojol. Rupanya tadi aku tak salah melihat bang Zamy naik ojol di saat cuaca buruk. Untuk apa? Aku menjadi penasaran.
"Ayo-ayo tolong kasih tempat buat mengistirahatkan Bapak ini sebentar. Ini orang kecelakaan naik ojol." Seorang bapak yang ikut menggotong bang Zamy menyibak-nyibakkan tangan di trotoar. Para pemotor yang singgah berteduh pun perlahan menyingkirkan diri, manjauh untuk memberi ruang. Social Distancing yang digaungkan pemerintah belum berlaku di kotaku. Bagi sebagian orang, mati karena corona tak ada bedanya dengan mati karena kedinginan, maka berdempetanlah manusia, berteduh di bawah bangunan menghindari lebatnya hujan.
"Bukankah itu Dokter Zamy? Kok bisa naik ojol?" Seorang wanita keturunan Cina yang sedang hamil tua keluar dari dalam toko sepatu Franky. Dia bicara sambil mendekat dengan logat Cina Melayu.
"Iya benar. Ini dokter Zamy wo...! Ya Tuhan Doookkk..., kok bisa-bisanya naik ojol. Mobil dokter yang mahal itu kemana wo?" Si ibu hamil masih sempat nyerocos bicara sambil ikut duduk di dekat kakakku didudukkan.
"Heheee...." Bang Zamy mengangguk sambil terkekeh rendah. Dia hanya tersenyum meringis.
"Tadi abang ojolnya tidak sengaja melewati lubang di jalan yang tertutupi air menggenang. Makanya motor kehilangan keseimbangan di jalan yang licin. Tetapi tidak apa-apa kok, saya hanya luka sedikit di telapak tangan kiri." Bang Zamy memperlihatkan tangannya kepada orang-orang di sana, lalu perlahan membuka helm. Lalu baru nampak jelas wajah tampannya yang kuyup karena hujan.
"Bee?" Tiba-tiba Bang Zamy menatapku yang kebingungan dan tak mampu berkata-kata sepatah pun. Lama mematung kemudian aku duduk berhadapan dengannya.
"Kenapa bisa begini bang?" Aku mencium tangan kanannya. Pucat dan keriput karena kedinginan. Dia bahkan tidak mengenakan jaket. Bang Zamy bukannya langsung menjawab, dia malah menggosok-gosokkan tangan kirinya yang luka ke kepalaku.
"Hehe nanti abang ceritakan. Sekarang mana mobilmu?" Diapun melihat-lihat ke arah kerumunan mobil yang sudah berganti lampu merah dua kali. Akupun ikut mencari. Tak lama kemudian di kejauhan, dengan posisi mobil naik di setengah trotoar dekat lampu merah, kulihat Irwan melambaikan tangan.
"Ayo Bee, abang menumpang ikut mobilmu." Bang Zamy menarik tanganku setelah pamitan dan berterima kasih kepada beberapa orang yang masih bergerombol di trotoar. Tak lupa bang Zamy menyelipkan uang 300 ribu buat Kang Ojol yang malah menangis karena merasa bersalah. Dia menolak uang itu.
"Tidak pak, seharusnya aku yang kasih uang ke Bapak Dokter, bapak terluka karenaku." Begitu kata Kang Ojol yang mungkin sepantaran dengan Bang Zamy. Dia mencoba menolak uang pemberian itu.
"Sudahlah, namanya musibah kita kan tidak tau. Ini sedikit uang untuk sekedar membantu membawa motormu ke bengkel. Gantilah bemper depanmu yang pecah." Bang Zamy tetap menyelipkan uang itu ke saku jaket Kang Ojol.
"Terima kasih banyak Pak Dokter, maafkan aku." Kang Ojol menangis, sementara Bang Zamy tersenyum dan menggandengku menuju mobil. Setelah berada di dekat mobil, baik Bang Zamy maupun Irwan memasang muka sama-sama terkejut dan bingung. Aku? Pastinya, akulah yang paling bingung. Apakah mereka saling mengenal? Entahlah.
***Bersambung***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Lailatul Hawa
saya tipikal orang yang menyukai estetika. maaf sombong dikit gpp yah kak otor 😁😁😁
dan pertama kali baca novel mu aku langsung suka. dengan gaya bahasa yang pas. aku suka jalan ceritanya, meski baru baca awalnya.
cuman satu aja sih, per paragraf diusahakan jangan panjang panjang yah kak. cukup 3-4 kalimat aja. biar yang baca ga ngos ngos-ngosan 😉😉😉
sayang sekali yah, novel ciamik kayak punyamu ini belum dilirik. bosen aja baca yang cerita similar di noveltoon. eh, ketemu kamu 🥰🥰🥰
semangat yah kak!! maaf panjang yah cuap cuapnya ☺️☺️☺️
2022-05-15
1
Yesica Dewi Mokoagow
suka. semoga menyenangkan
2021-04-03
1
Yuyun Nova Lia
mampir untuk yg kedua kalinya
2020-11-22
1