Murid lainnya sudah mulai terbiasa dengan sikap aneh Zain. Tapi bagiku, semua itu malah mulai mengarah ke pengertian yang berbeda.
"Kampret, kenapa cuek begitu padaku sih? Padahal daritadi aku caper kesana-sini," pekik Zain bertekuk lutut di depan meja mengejutkanku yang menunduk melamun.
"Justru kamu yang buat aku jadi begini. Bukan salahku juga, Aku sendiri belum pernah sedekat ini dengan orang lain, apalagi cowok. Jadi wajar jika aku mencoba menghindarimu bukan?" batinku gugup saat mengingat ciuman pertama Zain.
Zain bangkit berjalan pergi mengejar binatang kumbang yang terbang melintasi kepalanya.
"Tapi dia sendiri kayaknya gak terlalu perduli dengan hal itu," lanjutku menutup kedua telinga terus membayangkan hal mengerikan.
"Ma-maaf...." lirih seorang gadis berdiri di belakangku.
Pikiranku yang kacau serta menutup kedua telinga membayangkan hal yang terus menghantui, menghiraukan suara tersebut.
"Apa maksudnya semua ini? Kalau begitu berarti, akulah yang telah menyukai Zain, begitu?" panikku sedikit menganga.
Hal tersebut akan terus menjadi masalah yang harus kuhadapi.
Bel sekolah berbunyi dan pelajaran telah usai. Dibawah rintihan hujan, Aku berjalan santai bersama Zain lengkap dengan sebuah payung.
"Zain."
"He'em?"
"Waktu itu kamu pernah bilang kalau kamu menyukaiku kan?"
"Ya, Aku menyukaimu kok, Anita."
"Suka sebagai lawan jenis?"
"Kalau kamu menganggapnya begitu, boleh saja."
"Apa maksudnya itu?" gumamku sedikit kesal.
"Oh iya, Apa kau suka memelihara ayam?" lanjut Zain mengalihkan bahasan.
"Suka aja kalau diizinkan untuk memasaknya."
Terus berjalan santai, tiba-tiba...
"A-anita......"
Karena terburu-buru, seorang gadis menabrak tong sampah jalanan dan terjatuh di belakangku lengkap dengan sampah berserakan ke seluruh tubuhnya.
GUDUBRAKKKKK
"Hm?" ucapku datar berbalik arah.
"Tolong ajari aku belajar!" rintih seorang gadis memohon cukup serius padaku.
Untuk beberapa saat kami berteduh di sebuah warung bakso tuk menghangatkan diri sembari menunggu hujan sedikit redah.
"Perkenalkan, namaku Alea umma. Apa kau mengenalku?" ujar Lea menatapku kemudian melirik Zain.
Meski terbata-bata, dirinya tetap melanjutkan pembicaraannya, "Kayaknya enggak ya? Tapi kita ini teman satu kelas loh."
Zain yang berada di sampingku, terdiam menatap serius Alea hingga membuat Alea sedikit gemetar ketakutan.
"Ngomong-ngomong, dari tadi tatapan Zain kearahku kenapa menyeramkan begitu, sambil mengawasi kumbang," lanjut Alea.
"Anggap saja gak ada, dia hanya takut kalau kumbangnya di ambil," balasku menikmati teh hangat.
"Ah permisi, boleh pesan mie ayam lagi lengkap dengan bakso daging sapinya?" ucapku pada pelayan yang berlalu lalang.
"Kalau begitu, Aku juga pesen bakso kosong lagi ya," sahut Alea.
"Kalian ini lapar apa doyan?" pekik Zain.
"Mengenai masalah yang tadi, kalau sampai gagal pas remedial nanti, Aku harus mengulanginya lagi di minggu depan. Tapi dihari itu aku ada janji penting kumpul dengan teman-temanku, jadi aku gak boleh gagal di remedial pertama. Makanya, Anita..." ujar Alea meminta bantuan dengan memejamkan mata.
Belum kelar Alea menjelaskan semuanya,
"Dengan senang hati aku menolaknya," balasku singkat tersenyum.
Alea menghela nafas, kemudian mengalihkan pandangan ke arah sisi kanan, "Aku sudah melakukannya belajar semaksimal mungkin, tapi..."
Alea mengambil semua kertas ujian miliknya di dalam tas dan mencampakkan semua kertas di atas meja.
"Semua percuma, soalnya aku bego stadium akhir!" pekik Alea menutup wajah membalikkan badan membelakangiku juga Zain.
"Wah iya, diisi lengkap sih, tapi jawabannya salah semua," ucapku melihat satu persatu lembar soal ujian miliknya.
"Tapi maaf, ini semua gak ada hubungannya denganku. Kalau kamu memang sadar sebego itu, tinggal ikut remedial saja sampai berhasil," lanjutku mengambil tas kemudian bangkit berdiri.
"Eh? Anu..."
"Aku permisi dulu."
"Tu-tunggu, tunggu sebentar Anita, aku mohon," lirih Alea.
"Oh, hujannya sudah redah," ucap Zain berjalan mengikutiku ketika berada di halaman luar warung tersebut.
"Lah ini makananya yang minta tambah udah jadi kok malah pada kabur?" ucap pedagang tersebut bingung.
"Sini pak!" sambut Alea mengambil hidangan.
Setelah Alea membayar semua makanan di meja kasir, berlari cepat mengejar dan terhenti di luar halaman, "Pokoknya aku gak bisa kalau harus remedial minggu depan!" ucapnya dengan mata berkaca-kaca.
Hueeeekkkkk (Alea muntah).
"Maaf, kayaknya aku kebanyakan makan tadi," lanjut Alea.
"Berarti tadi kamu terpaksa makan semua?" tanyaku singkat.
"Habisnya kalau aku makan sedikit, nanti cowok-cowok pasti akan mengejarku!" jelas Alea.
"Hem?" pekik Zain melirikku kemudian kembali menatap Alea.
"Kalian juga pasti sadar betapa cantiknya diriku ini. Makanya ada beberapa cowok yang mencoba PDKT denganku. Itulah sebabnya banyak cewek yang membenciku," lirih Alea menyentuh lembut kedua sisi pipi miliknya.
Ketika Alea lagi asik memuji diri, Aku dan Zain justru telah berjalan menjauh.
"Tu-tunggu sebentar!"
Alea terus membututi kami hingga akhirnya ia menyarankan duduk sebentar di bangku taman.
"Di sebelah situ masih kering," ujar Alea menuntunku duduk.
"Pertama-tama coba lihat ini," lanjut Alea mengeluarkan laptop miliknya.
"Janji penting yang kubuat tadi, sebuah janji kopdar sama seluruh anggota komunitas yang kuikuti. Aku memang belum kenal langsung sama mereka, tapi mereka adalah teman-teman pertamaku," jelas lembut Alea.
"Jadi itu alasanmu gak bisa ikut remedial minggu depan?"
"Iya," jawab Alea mengangguk.
Zain mengambil laptop Alea melihatnya cukup dekat.
"Tapi jawabanku tetap sama," ucapku bangkit berdiri hendak berjalan kembali.
"Sadis banget!" pekik Alea.
Alea menjatuhkan badan begitu lemah mendekap kedua sisi tangganku dari belakang.
"Ini akibatnya kalau kamu malas belajar, jangan libatkan aku!" jelasku tetap membalikkan badan membelakangi Alea.
"Ke-kejam!" rintih Alea merengek.
"Hei kamu," sahut Zain yang masih terduduk menatap laptop.
"Aku mau kok mengajarimu," lanjut Zain.
Alea berlari mendekati Zain, "Be-benarkah?" tanya Alea penuh semanggat.
"Ya, tenang saja, serahkan saja semua padaku. Tapi, sebagai balasannya, aku juga ikut kesana."
"Oke bisa diatur," teriak Alea melompat-lompat menggenggam tangan kiri Zain.
"Menurutmu, apa aku juga bisa berteman dengan mereka?" ujar Zain.
"Pasti bisa kok," sambut Alea.
"Cih apaan sih, kenapa aku yang jadi kesel begini!" gerutuku menatap Alea dan Zain yang sedang penuh semangat.
"Ah, tapi aku kasih tau duluan, jangan sampai jatuh cinta padaku ya, bisa runyam nantinya," lanjut Alea tersenyum masih menatap Zain.
"Ya, tenang saja. Itu gak bakal kejadian," balas Zain tertawa kecil.
Entah angin apa yang membawaku hingga akhirnya kami bertiga tiba di rumah Zain, terduduk di ruangan bejalar miliknya yang cukup lebar.
"Kalau begitu, kita mulai dari matematika," ujar Zain sangat narsis berlagak seorang guru berdiri di depan papan tulis serta memegang rol juga buku.
"Mohon bimbingannya, Pak!" sahut Alea memicingkan mata sangat bersemangat.
"Ya, dengan senang hati."
"Kenapa harus disini?" batinku menunduk.
"Perhatikan baik-baik, ya."
"Siap, Pak," ketus Alea membalikkan badan menatap serius papan tulis.
"Pakai rumus ini.....dan hasilnya....begini," jelas Zain menuliskan sebuah rumus di papan tulis.
Dengan nafas mendengus, Alea menjawab, "Emm....Maaf Pak, Aku masih gak ngerti."
"Sip, ingat baik-baik ya. Terus untuk pelajaran bahasa indonesia, inggris dan sejarah tinggal baca buku paketnya saja. Selesai," jelas Zain.
"Yah...masih mendingan sih daripada berduaan sama Zain," batinku terus menunduk mengabaikan mereka berdua menutup mata.
"Bego!"
Mendengar ucapan Zain yang sedikit keras, segera ku mendongakkan pandangan. Melihat Zain yang saat itu berdiri di samping Alea dan mengajarinya cukup serius, membuat penasaran dalam diriku bangkit menyimak cara Zain mengajar.
"Itu sih hasil x dalam kurung, malah jadi x," pekik Zain.
"Maaf...."
"Bukan begitu, darimana kau dapat hasil 5, bego?"
"Ma-af."
"Nih liat baik-baik..."
"He'em," Alea menatap Zain.
"Bukan aku yang dilihat!"
"Ma-ma-maaf."
"Yang ini pakai rumusnya begini...."
***
Sampai disini dulu kak, besok lanjut lagi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Dhina ♑
Tapi kalian pelit, tidak menghiraukan Alea. Kalian sok cuek
2022-12-28
0
Dhina ♑
Tapi Alea unik dan menarik juga
Kata-katanya suka nyeplos dan benar adanya
2022-12-28
0
Dhina ♑
Itu yang dangkal sungai nya
bukan udang nya
2022-12-28
0