Key pikir ucapan wanita paruh baya itu tadi siang hanya omong kosong, ternyata benar. Wanita paruh baya itu benar-benar datang dengan suaminya, dan putranya siwajah datar itu. Apa yang harus key lakukan? Apalagi orangtuanya menerima keluarga pria dingin itu dengan baik, tidak mungkin key mengusirnya begitu saja.
"Jadi apa tujuan pak Roy datang kemari?" Papa key membuka suara, sembari tersenyum sebagai kesan sopan.
"Jadi tujuan kami kemari–" pak Roy ayah Al melirik kearah putranya, menepuk pundak Al dan tersenyum mendukungnya.
"Saya ingin melamar Gabriela, putri om dan Tante." Ucap Al tegas.
Sontak orangtua key melototkan matanya, menoleh kearah key yang duduk ditengah-tengah mereka. Apa tidak salah dengar? Yang mereka tau, key putri satu-satunya tidak memiliki kekasih. Bahkan selama ini, key selalu beralasan fokus dengan karir kalo di tanya tentang pernikahan.
Jadi ini apa? Key berbohong? Dasar anak nakal ini. Dengan cepat orangtua key mengubah mimik wajahnya, tersenyum lebar kearah Al dan kedua orangtuanya.
"Sudah lama kami menunggu lamaran, baru hari ini datangnya." Mereka semua tertawa, terkecuali key dan Al.
Apa-apaan, emang siapa yang mau menikah? Kenal saja tidak. Key mengepalkan kedua tangannya, menatap tajam kearah Al. Ingin rasanya meninju wajah datar itu saking kesalnya.
"Tapi semua keputusan ada ditangan key. Jadi gimana nak?"
Sontak key melototkan matanya, dengan jantung yang berdetak kencang. Key harus jawab apa? Mana mereka semua menatapnya dengan tatapan penuh harap. Key menghembuskan napasnya, dan tersenyum kaku kearah mereka semua.
"Key pikirin dulu. Permisi, saya kekamar dulu." Key beranjak dari duduknya, melangkah kearah kamar. Sebenarnya tidak tega menolak, tapi ini semua menyangkut hidupnya, kebahagiaannya, dan masa depannya. Tidak mungkin key langsung menerima lamarannya, padahal dia saja tidak kenal mereka siapa.
Sontak orangtua Al menunduk kecewa, terutama bunda Al. Dewi sangat berharap key jadi menantunya, apalagi sifatnya yang sopan membuat Dewi sangat menginginkan key menjadi menantunya.
Papa key memutar kepalanya, mengintruksi Al mengikuti key. Bagaimana pun juga, papa key menghargai kedatangan mereka walau terlihat mendadak. Dengan cepat Al beranjak, melangkah lebar mengikuti key menaiki tangga menuju kamarnya. Untung kamarnya tidak dikunci, jadi Al bisa masuk.
"Ngapain Lo?"
Al tersentak mendengar ucapan key, kenapa gadis ini mendadak ganas. Tadi siang terlihat sopan. Dengan santainya Al melangkah, duduk ditepi ranjang key, menyelusuri kamar gadis itu dengan maniknya.
"Keluar!"
Key berdiri tepat dihadapan Al, menatapnya bagaikan musuh. Key benci dengan pria yang satu ini, apalagi wajah datarnya.
"Maaf." Al menatap manik key, dan menghembuskan napasnya kasar.
"Gue gak perlu kata maaf Lo, sekarang keluar dari kamar gue!"
"Bantu gue."
"Gue gak bisa, cari yang lain. Diluar sana masih banyak wanita lain."
"Bunda cuman mau Lo."
Sontak key bungkam, menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong. Bunda? Key sensitif dengan kata itu. Apalagi pernikahan ini permintaan dari bunda Al, dan tadi siang Dewi mengatakan penyakit jantung. Key tidak tega.
Key menghembuskan napasnya kasar, perlahan duduk ditepi ranjang tepat disamping Al. Key harus apa? Disatu sisi kebahagiaannya, tapi disatu sisi ada bunda Al yang menginginkan permintaan yang sulit. Dan key takut penyakit jantung bunda Al kambuh, apalagi sampai berakibat fatal. Cukup hanya key kehilangan seseorang karena penyakit jantung, tidak dengan bunda Al.
"Nama Lo siapa?" Tanya key kearah Al, yang sedari tadi diam mematung.
"Alterio Mahendra."
"Pekerjaan?"
"CEO."
"Umur?"
"28."
"Status?"
"Lajang."
"Lo belum punya calon? Atau pacar gitu? Gebetan mungkin? Atau mantan istri?"
Al hanya mengelengkan kepalanya, menoleh kearah key yang sedari tadi menatapnya.
"Masa iya Lo gak punya gebetan, atau pacar. Punya uang banyak, tapi gak punya istri. Mana umur Lo udah lumayan matang, udah bisa lah menjalin sebuah hubungan." Jelas key, sembari beranjak melangkah kearah kaca balkon yang masih terbuka.
Al hanya menghembuskan napasnya kasar, mengikuti langkah key dan berdiri tepat disamping gadis itu. Menatap langit malam, dengan melipat kedua tangannya.
"Gue gak bisa terima lamaran Lo. Gue gak kenal Lo siapa?"
Al hanya menganggukkan kepalanya, mengerti dengan ucapan key. Sebenarnya Al malas menjalin hubungan, apalagi terikat dengan pernikahan. Tapi balik lagi kebundanya, Al harus apa?
"Kenapa gak Lo cari wanita lain aja? Dikantor Lo banyak wanita cantik, tadi pagi gue lihat."
"Bunda cuman mau Lo!"
"Kenapa gue?"
Al hanya mengakat bahunya acuh, tanpa berniat membalas ucapannya.
"Ngomong gratis, tinggal jawab." Sergah key kesal. Lama-lama menyebalkan juga pria yang satu ini.
"Tanya aja sama bunda."
Key menatap tajam kearah Al, dengan napas yang memburu dan tangan yang terkepal. Dengan cepat key melayangkan pukulan ke lengan kekarnya, memukulnya dengan kesal. Baru pertama kali ini key bertemu dengan pria dingin seperti ini, untung wajahnya tampan.
"Keluar!" Tunjuk key kearah pintu.
Al hanya mengelengkan kepalanya, diam mematung menatap kearahnya dengan wajah datarnya.
"Tujuan Lo apaan sih? Gue pusing mikirin kerjaan, ngantuk lagi." Ucap key pasrah. Bukannya lemah, tapi saat ini key lagi malas, pengen tidur.
"Bantu gue."
"Iya bantu apaan, mulai dari tadi gak jelas ngomongnya."
"Menikah dengan saya."
"Lo pikir nikah itu gampang? Umur gue masih 25, gue masih pengen nikmati hidup. Pekerjaan masih banyak, utang gue masih banyak sama papa. Gue masih pengen nikmati hidup sendiri."
"Sampai kapan?"
"Sampai gue bosan." Ucap key ketus.
Al menghembuskan napasnya kasar, sembari mengusap wajahnya gusar.
"Lo cari wanita lain."
"Gue gak bisa."
"Kenapa gak bisa? Uang Lo banyak, muka juga lumayanlah. Pasti banyak wanita yang mau sama Lo."
"Termasuk anda?"
Sekejap key bungkam. Gak lah key tidak menyukai pria ini, sifatnya saja lari dari tipenya. Kalo soal wajah memang, key akui Al menang banyak. Apalagi mata tajamnya, dan bibir tebalnya menarik perhatian key. Terutama tubuh kekarnya.
"Tolong gue." Lirih Al terdengar putus asa. Sebenarnya apa yang terjadi dengan pria ini? Inikan masalah gampang. Kenapa terlihat pasrah, dan khawatir? Key jadi kasihan.
"Umur gak ada yang tau, tapi gue takut kehilangan bunda. Gue takut penyakit jantung bunda kambuh, cuman ini yang bisa gue lakuin nyenangin bunda." Jelas Al panjang lebar. Bahkan key sempat tertekun, ternyata pria ini bisa juga bicara panjang lebar.
"Tapi masalahnya kenapa harus gue? Banyak wanita diluar sana."
"Bunda cuman mau Lo. Udah berapa kali gue bawa wanita kerumah, tapi bunda gak mau."
"Jadi gue harus ngapain?"
"Menikah dengan saya."
"Tapi gue–" Key menghembuskan napasnya kasar, menatap tajam kearah Al.
"Ada syaratnya, tapi besok aja. Temui gue kecafe '...' jam makan siang."
Al menghembuskan napasnya lega, menganggukan kepalanya menyetujui permintaan key.
"Keluar! Gue ngantuk."
"Terimakasih, selamat malam." Al menundukkan kepalanya, melangkah keluar dari kamar key. Tepat didepan pintu key menghentikan langkahnya, dan bersahutan dengan tawa.
"Besok-besok gak usah tengang, apalagi panggil anda saya. Santai aja, gue bukan rekan bisnis." Ucap Key, dan tertawa terbahak-bahak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Lin Halu
❤💪
2022-09-07
0
Nanda Khusuma
semangat thor
2022-08-16
0
Nurijah Nurijah
semangat😊
2022-03-27
1