5. SERANJANG

"Angkat Al." sergah key kearah suaminya.

Siempunya hanya mengelengkan kepalanya, menatap ngeri kearah ponselnya. Al tau apa yang akan bundanya katakan, dan itu harus dihindari.

"Angkat cepat, orang ngomongnya sama orangtua sendiri juga."

"Malas."

"Ck, jangan bandel. Angkat cepat!"

Dengan ragu Al meraih ponselnya, menatap horor layar ponsel dengan nama bunda yang tertera disana.

"Bilang sama bunda, gue lagi keluar, tidur kek, atau selingkuh terserah. Asal jangan kasih tau gue disini."

Al hanya menganggukkan kepalanya, perlahan menerima panggilan.

"Halo key."

"iya bund."

"Istri kamu mana Al?"

"Selingkuh bund."

Sontak key melototkan matanya, dengan mengepalkan kedua tangannya. Pria yang satu ini bikin kesal saja. kenapa jawabannya malah itu? Gak bisa diajak kerjasama.

"Al?"

"Benaran bund, dia sendiri yang bilang–"

Dengan cepat key meraih ponselnya, menatap tajam kearah suaminya yang tersenyum jahil kearahnya.

"Halo bund, ini key."

"Bukannya lagi selingkuh."

"Omongan set*n gak usah didengarin bund." ucap key kesal, sembari menatap tajam kearah Al.

Sontak Al dan bundanya disebrang telepon tertawa terbahak-bahak, bahkan key tertekun menatap Al yang tertawa lepas. 'Tampan' kata pertama yang terlintas dalam benaknya.

Beberapa minggu belakangan ini, key selalu bertemu dengan Al mengurus pernikahan mereka. Dan selama itu juga, Al hanya menatapnya tajam dengan wajah datarnya. Tapi detik ini, Key melihat pemandangan indah tepat dihadapannya.

Dan Al berkali-kali lipat lebih tampan. Apalagi maniknya hampir terpejam saat tersenyum dan tertawa lepas. Gummy smile.

"Emang putra bunda gak tampan key?"

"Biasa aja bund."

Sontak bunda Al kembali tertawa terbahak-bahak disebrang telepon, dan Al bungkam sekejap.

"Kasihan suami kamu key, jangan diejek terus."

"Gak papa bund, asal bunda senang."

Al terkesiap mendengar ucapan key, dan tersenyum tipis. Sepertinya Al tidak salah orang, key benar-benar wanita baik. Banyak wanita yang datang kerumah orangtuanya selama ini, tapi sayangnya hanya mencari muka saja dan menginginkan hartanya.

"Anak bunda bisa aja."

"Oh iya, bunda udah minum obat?"

"eh, bunda lupa key."

"Minum sekarang aja bund, mumpung bunda ingat."

"iya, bunda minum obatnya dulu. Tapi ada yang ingin bunda omongin."

Sontak key mengigit bibir bawahnya, dengan jantung yang berdetak kencang. Dan meramalkan doa didalam hati, semoga kalimat itu tidak diucapkan. Key benci kalimat itu.

"Key yang sabar yah sama Al. Putra bunda orangnya memang pendiam."

Key mengerutkan dahinya, beralih kearah Al yang duduk tepat disampingnya. Key lupa Al sekarang resmi menjadi suaminya, berarti key harus mencari tau semua tentang suaminya. Dan harus terbiasa dengan sifat dinginnya, apalagi tatapan tajamnya.

"Bunda percaya sama key,"

"Makasih bund."

"Oh iya, Honeymoon nya kemana? Bunda gak sabar gendong cucu."

Spontan Key tersendak dan terbatuk-batuk. Kalimat yang paling key benci, dan yang paling dihindari. Bahkan Al yang duduk disampingnya mengarahkan tatapannya kearah yang lain, dan beranjak dari tempatnya.

Lama-lama kupingnya panas, bahkan hampir meledak. Al panas dingin mendengar kalimat itu, ujung-ujungnya tersiksa sendiri.

"Key jangan lupa kewajiban istri, bunda hanya sekedar mengingatkan. Key istirahat yah, bunda minum obat dulu."

"iya bund."

Key menghembuskan napas kasar, menatap nanar kelayar ponselnya. Pusing juga lama-lama. Nyesel tapi sudah terlambat. Dia harus apa? apalagi ucapan Al tadi siang masih tergiang-giang dikepalanya 'gue pria normal' gimana kalo itu benar-benar terjadi. oh tidak bisa dibiarkan.

Dengan cepat key mengumpulkan skincarenya, beranjak dari tempatnya hendak melangkah kearah ranjang.

"Yah gue tidur dimana?" Key tersenyum kecut, menatap suaminya yang tidur telengkup diatas ranjang.

Dibangunin kasihan.Tapi key agak ragu tidur seranjang dengan Al, yang notabennya suami sahnya. Kalo dia diapa-apain gimana? Merinding sendiri jadinya.

key menghembuskan napasnya kasar, memejamkan matanya sebentar dan melangkah ragu kearah ranjang. Terpaksa key tidur seranjang dengan Al, tidak memungkin tidur di sofa yang sempit apalagi tubuhnya terasa remuk berdiri seharian.

Dengan hati-hati key naik keatas ranjang, takut mengangu tidur suaminya. Dengan perlahan menarik selimut, menutupi tubuh kecilnya dengan tubuh kekar suaminya.

"Lo jangan macam-macam." Tunjuk key kearah Al, dan tidur memunggungi.

Al yang merasa ranjang disebelahnya berhenti, perlahan membuka matanya. Dengan hati-hati membalikkan tubuhnya, tidur terlentang menatap langit-langit kamar.

Al belum tidur, bahkan belum mandi.Dengan malas bangkit dari tidurnya, melangkah gontai kearah kamar mandi. Tak menunggu lama Al keluar dari kamar mandi, dengan celana boxer bertelanjang dada.

Dengan mata berat menahan ngantuk, Al kembali berbaring keatas ranjang tidur telengkup disamping key. Belum genap dua menit, Al kembali membuka matanya dan masuk kedalam selimut tebal.

"Key." Panggilannya lembut, seraya menatap punggung kecil istrinya.

"Tidur?" Al menaikkan alisnya, dengan ragu bangkit mengintip wajah key yang tidur membelakanginya. Terlihat wajah cantik itu tenang, dengan napas yang teratur.

Al menghela napas lega, dan kembali tidur terlentang. Ada perasaan lega melihat key tertidur nyenyak, apalagi mengingat kata-katanya sebelum tidur. Key pikir dia pria apaan? Dia mana mau menyentuhnya tanpa persetujuan langsung dari mulutnya.

Perlahan Al menutup matanya, dengan mengikis jarak diantara mereka berdua. Dengan perlahan melilitkan tangannya kepinggang ramping Istrinya, dan ikut menyelami dunia mimpi.

"Good night my wife." bisiknya, sembari mencium pucuk rambut key. Dan semua perlakuan Al spontan begitu saja.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***