Pembicaraan Laura dan Charlotte terhenti mendengar keributan dari arah belakang kursi tempat mereka duduk.
Mereka saling menatap penuh tanya, ada hal apa yang terjadi sehingga terjadi keributan dan kerumunan orang yang berkumpul.
Tidak lama pertanyaan mereka terjawab, kerumuman orang terbuka nampak beberapa pria berjas hitam memakai kacamata hitam dengan wajah serius keluar dari kerumunan dengan mengelilingi seorang pria yang juga berjas hitam tapi terlihat elegan dengan santai berjalan ke arah mereka.
Dia yang tadi mereka bicarakan, pangeran Albert Putra Mahkota kerajaan ini.
"Ara hanya perasaan ku atau memang nyata pengeran Albert berjalan ke arah kita ?" Bisik Charlotte, mendekat pada Laura berbisik di telinganya.
Laura memutar kedua bola matanya, jengah dengan sikap sahabatnya melihat kehadiran pangeran Albert di sini.
"Charlotte, bisa tidak bersikap biasa saja." Laura menegur sahabatnya.
"Ara sayang, hanya kamu wanita bujang di negara ini yang bersikap biasa ketika melihat dia." Ucap Charlotte bersemangat menunjuk pangeran Albert dengan matanya.
Laura hanya memperbaiki kembali posisi duduknya tanpa mengomentari perkataan Charlotte.
Rektor, Dekan dan para profesor menyambut hangat kedatangan Pangeran Albert di tempat itu dan tentunya penuh tanya di dalam kepala mereka kenapa Pangeran Albert yang tidak di undang tidak di duga bisa datang.
"Selamat datang Pangeran Albert, kami tidak menduga kehadiran anda di sini." Rektor menyambut dengan senyum ramah.
"Maaf jika kehadiran ku di sini mengejutkan kalian." Pengeran Albert tersenyum.
"Jujur kami memang terkejut." Ucap Rektor.
"Aku datang ke sini karena ingin melihat calon istriku di wisuda hari ini."
Mereka yang mendengar terkejut saling memandang. "Calon istri ?" Rektor bersuara setelah keluar dari keterkejutannya.
"Iya calon istriku." Pengeran Albert mengulangi.
"Kalau boleh tahu siapa namanya ?" Rektor bertanya penasaran.
"Laura Clarissa George." Jawab Pangeran Albert.
Mendengar nama itu di sebut semua orang yang berada di dekat Pangeran Albert refleks menoleh ke bagian kursi mahasiswa yang akan di wisuda. Mata mereka sibuk mencari keberadaan Laura dan menemukannya sedang asyik bercerita dengan teman di samping kursinya.
"Laura Clarissa George yang itu ?" Kembali Rektor bertanya tidak yakin sambil menunjuk orang yang di maksud.
Pangeran Albert mengikuti arah telunjuk rektor, melihat wanita yang asik bercerita tanpa terpengaruh dengan kehadirannya tidak seperti wanita lain di tempat itu membuatnya penasaran.
"Memangnya nama itu ada lebih dari satu di kampus ini ?" Pangeran Albert bertanya balik tanpa mengalihkan tatapannya dari Laura.
"Eh ! Tidak yang mulia hanya dia saja." Rektor tersadar dengan perkataannya yang terdengar seperti orang bingung.
Pengeran Albert melirik ketus pada Rektor yang membuatnya terlihat bodoh.
"Jam berapa acaranya di mulai ? Bisa aku berbicara sebentar dengan calon istriku ?"
"Bisa tentu saja bisa yang mulia, kami juga harus menyediakan kursi tamu kehormatan untuk anda yang hadir di acara wisuda pagi ini."
Tanpa membalas perkataan Rektor, Pangeran Albert berjalan menuju kursi calon wisudawan dan berhenti tepat di depan kursi Laura.
"Laura Clarissa George." Panggil Pangeran Albert.
Laura menengadah keatas menatap Pangeran Albert yang berdiri tepat di depannya sedangkan Charlotte menekan bibirnya dengan telapak tangannya menahan histeris bahagia yang hampir keluar dari mulutnya.
Sementara itu orang tua Laura yang hadir mendampingi gelisah melihat pertemuan pertama Laura dengan Pangeran Albert dari kursi pendamping.
Laura bangkit dari duduknya, berdiri tepat di hadapan Pangeran Albert yang ternyata tinggi badan Laura hanya sampai di dagu Pengeran Albert membuat Laura terpaksa menengadah keatas.
"Apa kabar Pengeran Albert ? tidak menyangka anda hadir di sini." Laura berkata dengan nada datar.
Pangeran Albert mengangkat kening sebelah tidak menyangka akan reaksi Laura pada pertemuan pertama mereka.
"Aku hanya ingin melihat calon istriku di acara wisudanya, tidak bolehkah ?" Pangeran tersenyum.
Senyuman mu sungguh terlihat terlalu di buat-buat, membuatku muak melihatnya. Keceriaan ku pagi ini rusak karena kehadiranmu. Tidak bisakah aku bebas menikmati hari-hari terakhir ku sebelum terikat denganmu.
"Bukankah seharusnya anda belum boleh memberitahukan pada masyarakat umum masalah pernikahan kita sebelum hari pertunangan kita ?" Laura berkata dengan nada menuduh tidak suka.
"Aku rasa tidak masalah, toh sama saja karena mereka pasti juga akan mengetahuinya." Pangeran Albert berkata dengan nada enteng.
"Ara aku pergi ke toilet dulu, yang mulia aku permisi." Kata Charlotte merasa kehadirannya mengganggu percakapan Laura dan Pangeran Albert.
"Ara ya ?" Ucap Pangeran Albert pelan.
"Itu panggilan kesayangan orang terdekat ku, yang mulia tidak usah menghiraukannya." Laura langsung menyahut, tidak menyukai nama itu keluar dari mulut Pangeran Albert.
"Bukankah aku juga nantinya akan menjadi orang terdekat mu ?" Pengeran Albert semakin tertarik mendengar dan melihat tingkah laku Laura yang menjaga jarak darinya.
"Maaf yang mulia tapi anda belum dan mungkin tidak walaupun kita telah menikah." Laura bicara blak-blakan.
"Ha ha ha !" Pangeran Albert refleks tertawa lebar mendengar perkataan Laura.
"Wanita yang menarik." Gumam Pangeran Albert sambil menatap Laura dari atas ke bawah.
Laura hanya membuang muka jengah di tatap intens oleh Pangeran Albert.
"Yang mulia, silahkan naik ke atas podium. Kursi anda ada di sebelah sana, acara akan segera di mulai." Rektor datang tiba-tiba menyela pembicaraan mereka.
"Kita bertemu lagi setelah acara ini selesai." Ucap Pangeran Albert sebelum berbalik pergi mengikuti Rektor yang menunjukkan kursinya.
"Huuffhh..... ."Laura menghela napas panjang. "Baru pertama bertemu aku sudah muak melihatnya. Ya Tuhan bagaimana nasib ku setelah menikah nanti." Gumam Laura sambil menjatuhkan diri di kursinya.
Tidak lama kemudian acara dimulai di pandu oleh pembawa acara. Acara di mulai dengan sambutan dari Rektor, dan acara-acara lainnya sampai pada pemasangan toga wisuda. Para mahasiswa di panggil satu persatu untuk naik ke atas podium di mulai dari mahasiswa terbaik yaitu Laura Clarissa George.
Senyum bahagia terpasang di wajah cantik Laura begitu dirinya di sebut dan berjalan naik ke atas podium.
Rasa bangga dan bahagia di rasakan oleh Mama dan Papa melihat Laura yang berjalan penuh percaya diri naik ke atas podium.
Pangeran Albert hanya duduk diam melihat dari kursinya. Ternyata dia bukan hanya cantik tapi memiliki otak yang pintar. Dalam hati Pangeran Albert terpaksa mengakui.
Tiba saatnya untuk Laura maju untuk berpidato mewakili mahasiswa, kembali Pangeran Albert terpaksa mengakui kelebihan yang ada pada Laura.
Usai sudah semua sesi pada acara pemasangan toga pagi menjelang siang hari itu.
Para wisudawan berfoto dengan keluarga atau kerabat untuk mengenang hari itu.
Mama dan Papa usai berfoto bersama Laura berjalan mendekati Pangeran Albert yang masih duduk di kursinya mengamati dalam diam para wisudawan termasuk Laura.
"Apa kabar Pengeran Albert ? aku tidak menyangka anda akan hadir di sini." Papa menyapa Pangeran Albert dengan sopan.
"Kabar ku baik Tuan Edward." Balas Pangeran Albert. "Bukankah sudah sewajarnya aku sebagai calon suaminya datang ke sini ?" tanya balik Pangeran Albert.
"Anda benar yang mulia." Papa berkata menyutujui, tidak nyaman dengan situasi canggung yang terjadi di antara mereka.
"Apa kabar Nyonya George ? ini pertama kalinya kita bertemu." Pangeran Albert tersenyum mengalihkan tatapannya pada Mama yang berdiri di samping Papa.
"Kabar baik yang mulia, terimakasih." Balas Mama sedikit kaku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments