Usai makan malam keluarga George berkumpul di ruang keluarga. Laura yang tidak sabar mengetahui hasil dari pertemuan Papa nya dengan Raja langsung bertanya.
"Bagaimana Papa ? apa yang Raja Arthur katakan ?" Laura bertanya dengan wajah penasaran penuh harap.
Papa dan Mama saling melirik, tidak tega melihat rasa kecewa yang akan terlihat di wajah Laura begitu mereka mengatakan keputusan Raja Arthur.
"Ara..... ." Ucap Papa memberi jeda.
"Ya ?" Sahut Laura penasaran.
"Tadi pagi saat bertemu dengan Raja, Papa sudah mengatakan keinginan mu tapi Raja Arthur tidak mengizinkan." Kata Papa.
Raut wajah Laura langsung berubah begitu mendengar perkataan Papa.
"Maaf Ara, Papa tidak bisa membantah perintah Raja Arthur." Papa menambahkan melihat Laura yang hanya terdiam di tempatnya duduk.
Mendengar perkataan Papa membuat pikiran ku kosong. Aku tidak tahu harus berkata apa atau bereaksi bagaimana. Harapan terakhirku hilang, entah bagaimana aku menjalani hidup ku ke depan kelak.
"Ara sayang..... ." Panggil Mama pelan, memecahkan lamunan Laura.
Aku menoleh menatap Mama, mataku terasa hangat karena air mata yang tidak bisa ku bendung lagi untuk keluar.
"Mama bisakah aku tidak menikah ?" Laura bertanya dengan suara serak karena menangis.
"Maaf Ara tidak bisa, Raja Arthur sedang merencanakan hari pertunangan kalian dengan keluarga kerajaan dan penasehat kerajaan." Kata ayah penuh sesal.
"Ara sayang, Mama tahu ini berat bagi mu tapi mau di apa kalau sudah seperti ini. Mama harap kamu bisa menjalaninya." Bujuk Mama pelan.
"Ara....." Bella tidak tahu harus berkata apa.
"Ara kembali ke kamar dulu." Laura berkata pelan, menghapus air mata nya dan bangkit berdiri.
Mereka semua hanya terdiam melihat Laura yang berjalan menjauh.
Sampai di dalam kamarnya Laura langsung menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur. Menyembunyikan wajahnya di balik bantal menangis tersedu-sedu, mengutuk wasiat yang menurutnya sangat tidak masuk akal.
Kenapa kakek harus membuat perjanjian seperti itu ?
Andai Kakek masih hidup pasti aku akan meminta Kakek membatalkan perjanjian itu.
Menikah dengan keluarga kerajaan bukan sesuatu hal yang istimewa selain kebebasan ku yang hilang di tambah dengan segala aturan ketat keluarga kerajaan.
Tuhan...... kalau memang takdir ku sudah seperti ini, hanya satu permohonan ku semoga di balik semua ini ada hal yang baik dan indah menanti.
Lelah karena menangis dan mengutuk takdir tanpa sadar dirinya tertidur.
🍃🍃🍃🍃
Pagi ini semua mahasiswa yang akan di wisuda telah duduk di kursi mereka masing-masing. Kegiatan di laksanakan di taman samping area kampus, cuaca yang cerah pun mendukung kegiatan hari ini.
Letak kursi mahasiswa yang akan di wisuda berada di bagian tengah sedangkan para orang tua ataupun keluarga yang hadir mendampingi duduk di kursi bagian samping kanan dan kiri yang menghadap ke arah kursi para mahasiswa yang akan di wisuda.
Para orang tua ataupun keluarga yang datang juga terlihat sudah mengisi kursi yang di sediakan untuk mereka karena tidak lama lagi kegiatan akan segera di mulai.
Laura dan Charlotte untuk bersebelahan di kursi barisan depan.
"Bagaimana mahasiswa terbaik angkatan tahun ini ? sudah menyediakan pidato ?" Charlotte menggoda Laura yang hanya terdiam di kursinya.
Laura tersenyum mendengarnya. "Sudah, pidatonya juga tidak panjang agar teman-teman yang lain tidak jenuh mendengarnya sehingga tidak mengurangi keceriaan hari ini."
"Betul kamu tidak ingin ikut dengan ku berlibur setelah dari sini ? Ini moments yang pas Ara untuk berlibur setelah beberapa lama kita berjuang keras untuk bisa ke tahap ini." Charlotte kembali membujuk Laura setelah beberapa hari yang lalu Laura menolak ajakannya.
Laura menghela nafas berat. "Aku bukannya tidak mau Charlotte, hanya saja tidak bisa."
Karena aku sedang menunggu kabar dari Raja Arthur tentang kapan hari pertunangan ku dengan pangeran Albert, sambung Laura dalam hati frustasi.
"Ara kenapa aku perhatikan beberapa hari ini kamu terlihat muram seperti orang yang punya masalah yang sangat berat. Kalau ada yang ingin kamu ceritakan aku bisa jadi pendengar yang baik, kamu tahu itu bukan ?" Charlotte berkata penuh simpati.
Laura menoleh menatap serius Charlotte. "Sebenarnya sekarang ini bukan waktu yang tepat untuk ku membicarakan masalah ini denganmu tapi karena kamu sudah menyinggung nya terpaksa aku akan berbicara jujur tentang masalah yang sedang aku alami." Kata Laura yang di balas anggukan mengerti oleh Charlotte.
"Sebenarnya aku akan menikah." Laura menambahkan.
Charlotte tersenyum mendengarnya. "Betulkah !? Selamat Ara, aku tidak menyangka !" Charlotte berkata penuh semangat.
"Siapa yang akan menikah denganmu ? Kenapa kamu tidak pernah memberi tahukan aku kalau kamu punya kekasih padahal kita adalah sahabat." Charlotte menambahkan dengan sedikit nada tidak suka.
"Jangan marah dulu, aku memang tidak punya kekasih Charlotte. Aku menikah karena di jodohkan." Ucap Laura.
"Di jodohkan ?" Charlotte berkata tidak yakin yang di balas anggukan kepala oleh Laura.
"Iya, perjodohan ku atas wasiat mendiang Kakek ku."
"Sepertinya bukan sesuatu hal yang menggembirakan untuk mu melihat dari reaksi mu atas perjodohannya ini."
"Iya memang karena keinginan ku untuk bekerja di perpustakaan kerajaan tidak bisa terwujud begitu aku menikah nanti." Laura berkata muram.
"Bukankah itu terlalu mengekang Ara ?" Charlotte berkata tidak setuju.
"Mau di apalagi, keluarga calon suamiku berkata seperti itu dan Papa terpaksa menyetujuinya."
"Kalau perjodohan ini begitu menyulitkan dirimu kenapa kamu tidak membatalkan nya saja ?"
"Tidak bisa, andai aku bisa sudah dari awal aku menolak perjodohan ini."
Charlotte heran dengan mendengar perkataan Laura. "Kenapa tidak bisa ? memangnya siapa sih calon suamimu sampai kamu tidak bisa membatalkan perjodohan ini ? dari kalangan bangsawan ?" Charlotte mulai berkata dengan nada sewot.
Laura tersenyum masam melihat reaksi sahabatnya. "Lebih dari itu Charlotte, dia anggota keluarga kerajaan lebih tepatnya pangeran Albert Putra Mahkota kerajaan kita."
"APA !!"
Charlotte berteriak terkejut bukan main membuat hampir separuh mahasiswa menatap ke arah mereka berdua.
"Ssshhtt.... ."
Refleks Laura mengangkat jari telunjuk ke bibirnya, mengisyaratkan untuk diam.
"Laura Clarissa George, kamu mengagetkan aku !" Charlotte berkata tidak percaya sambil menggelengkan kepalanya.
"Aku sudah menduga akan begini reaksimu saat mendengar berita ini."
"Tentu saja, siapa yang tidak menyangka kalau kamu akan di jodohkan dengan pria idaman seluruh wanita di negara ini."
Laura memutar kedua bola matanya mendengar perkataan Charlotte yang Laura rasa terlalu berlebihan.
"Kamu terlalu berlebihan Charlotte."
"Iya berlebihan untuk mu tapi untuk orang lain tidak Ara ku sayang.... ." Charlotte berkata dengan penuh tekanan.
"Mungkin perkataan mu benar." Laura mengakui dengan terpaksa.
"Jadi ini alasan kenapa kamu tidak bisa ikut denganku pergi untuk liburan ?" tebak Charlotte.
Laura mengangguk. "Iya karena keluarga kami menunggu kabar dari keluarga kerajaan mengenai hari pertunangan kami."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments