3

Happy reading to all,,,,

Semoga cerita ini dapat menghibur,,,,,,

Mohon maaf kalau ceritanya kurang menarik atau katanya kurang baik,,,,,

Mohon kritik dan sarannya,,,,,

Terimakasih,,,,,

#######

Sudah 30 menit berlalu sejak Devina berusaha membangunkan suami dan anaknya, akhirnya mereka berhasil terbangun dan kini sudah berada di meja makan dalam keadaan sudah mandi tentunya.

"Sayang, aku berangkat." Kata Erpan setelah selesai memakan makanan yang ada di piringnya.

"Cepet banget, mas?" Tanya Devina tak percaya suaminya begitu cepat menghabiskan sarapan paginya. Rasanya baru 5 menit semenjak suaminya bergabung untuk sarapan.

"Iya, aku kan sudah bilang ada meeting pagi." Jawab Erpan beranjak dari tempat duduknya. Lalu ia mengecup kening Lissa yang masih menikmati makanannya dengan khusuk.

"Dadah, ayah." Ucap Lissa yang menyadari ayahnya hendak berangkat. Erpan hanya bisa tersenyum melihat anaknya yang begitu imut. Kemudian ia berbalik menatap istrinya.

"Kan, tadi sudah aku bangunin. Kamu aja yang susah," Ungkap Devina sedikit kesal lantaran suaminya susah untuk dibangunkan tadi.

"Iya, maaf. Aku masih ngantuk tadi. Maaf ya," Tutur Erpan mendekati Devina dan mencium keningnya singkat. Kecupan ini selalu saja bisa menjadi obat penakluk dirinya. Setiap ia merasa marah atau kesal, sentuhan Erpan selalu berhasil membuat ia lunak.

"Iya, hati-hati di jalan." Sambung Devina menyalami tangan suaminya sebelum Erpan meninggalkan rumah. Memang hal ini kerap kali terjadi pada keluarganya. Baik Erpan yang harus berangkat pagi atau Erpan yang harus pulang malam. Keadaan rumah lebih sering diisi oleh anak dan ibu ini.

Tentu saja Devina tidak pernah mencoba egois memaksa suaminya untuk bersama dengan mereka lebih lama. Apalagi jika sekarang jabatan Erpan sudah sangat bagus di perusahaan tempat ia bekerja. Tidak mungkin baginya meminta suaminya lebih meluangkan waktu, terlebih ia tahu bagaimana beratnya persaingan di kantor. Jadi, untuk kesekian kalinya ia memilih mengalah dan mencoba menjadi ibu sekaligus ayah untuk putrinya.

Meski tidak pernah mengungkapkan rindu pada ayahnya, Devina paham bahwa anaknya begitu membutuhkan sosok ayah. Namun karena takdir berkata lain, dia hanya bisa memberikan pengertian pada anaknya agar memahami kondisi ayahnya yang sibuk. Meski dirinya sendiri pun juga kasihan.

"Ma, ayo berangkat. Nanti telat ketemu temen-temen," Ungkap Lissa setelah menyelesaikan sarapannya. Lissa memang sudah sangat terbiasa makan sendiri. Bahkan kebanyakan dari rutinitasnya pun ia lakukan tanpa perlu bantuan mamanya, seperti mandi ataupun memakai pakaian. Dan itu semua tentunya tak jauh dari usaha Devina yang menanamkan sikap mandiri sejak Lissa masih belia. Perlahan sampai kini, ia berhasil membuat anaknya cukup mandiri. Meskipun untuk tidur, ia selalu tidak bisa sendiri. Harus ada orang yang menungguinya untuk tidur.

"Haduh, anak mama bukannya belajar, malah mau main." Balas Devina yang mulai merapihkan bekas sarapan mereka.

"Hehehe, iya ma. Sekalian belajar," Lanjut Lissa. Dirinya kemudian meminum susu yang sudah disiapkan oleh mamanya sedangkan mamanya mulai mencuci piring-piring kotor.

"Kak, kamu tunggu di ruang tamu dulu. Mama dikit laigi selesai ini." Perintah Devina kepada putrinya.

"Iya, ma. Ini gelasnya." Lissa menyerahkan gelas bekas minumannya.

"Makasih, cantik mama." Ucap Devina sambil menciumi kedua pipi anaknya karena begitu menggemaskan baginya. Dia kemudian melanjutkan pekerjaannya dan membiarkan anaknya bersiap di ruang tamu.

Tak mau membuat anaknya menunggu terlalu lama, Devina dengan cepat membersihkan dirinya dan mulai mengganti pakaiannya agar terlihat lebih sopan. Ia juga mempercantik dirinya dengan make up tipis yang ia rasa cukup.

"Ba,,, ayo kita berangkat." Ajak Devina yang sudah siap.

"Mama lama, ih." Protes Lissa yang merasa sudah lama menunggu. Padahal jarak antara waktu mereka berpisah hany sekitar 5 menit-an.

"Iya, maaf, cantiknya mama. Yaudah, mau berangkat sekarang atau nunggu ngambeknya selesai? sampai telat main sama temen-temen?" Ucap Devina dengan nada membujuk anaknya.

"eh, sekarang, Ma." Semua perasaan kesal Lissa melambung ke udara hanya dengan perkataan mamanya. Ia segera meraih gandengan tangan mamanya. Kemudian mereka segera masuk ke dalam mobil untuk pergi ke tempat Lissa sekolah, yaitu Taman Kanak-kanak.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!