Happy reading to all,,,,
Semoga cerita ini dapat menghibur,,,,,,
Mohon maaf kalau ceritanya kurang menarik atau katanya kurang baik,,,,,
Mohon kritik dan sarannya,,,,,
Terimakasih,,,,,
######
"Loh, anak mama sudah bangun ternyata." Ungkap Devina meninggalkan sebentar penggorengannya dan kemudian menciumi kening putrinya yang masih memasang tampang tidurnya. Seulas senyum hadir dalam wajah cantik wanita 29 tahun itu. Melihat anak perempuannya selalu mengingatkannya pada dirinya karena memang wajah keduanya sangat mirip, maklum anak kandungnya sendiri.
"Papa mana, ma?" Tanya gadis imut nan polos itu.
"Oh, papamu masih tidur, tuan putri. Bisakah kamu bantu mama membangunkan papamu? Masakan mama belum selesai." Dengan gemasnya Devina menciumi pipi putrinya.
"Hhhmmm,,,, oke, ma." Tanpa perlu penunjuk arah, putrinya segera berjalan meninggalkan dirinya yang tetap di dapur. Dia hanya bisa tersenyum lucu melihat kelakuan anaknya yang berjalan dengan keadaan masih mengantuk seperti itu. Beginilah kebahagiaan yang dianggap oleh Devina sangat mahal dan tidak bisa ia dapatkan meski memiliki banyak uang. Tentu saja semua kebahagiaan itu berasal dari senyum orang tersayang.
Kini Devina kembali berkutat dengan senjata tempurnya di dapur. Sebenarnya dalam hal masak-memasak dia tidak begitu ahli. Dirinya hanya belajar sedikit dan untungnya hasilnya tidak buruk-buruk amat. Dan untuk cap cay kesukaan Lissa anaknya mungkin dikarenakan sewaktu sedang hamil ia suka ngidam tengah malam yang notabenenya sudah sangat sulit untuk mendapatkan makanan yang layak. Oleh karena itu, dirinya mencoba membuat.cap cay yang simpel sesuka hatinya. Begitulah perspektif Devina kenapa anaknya bisa suka Cap cay buatannya padahal tidak terlalu lezat menurutnya kini.
15 menit berlalu, akhirnya semuanya sudah tertata rapih di atas meja makan. Devina melihat semua makanan hasil buatannya di pagi ini dengan tersenyum senang. Meski mungkin rasanya tidak seperti di restoran, setidaknya dia bisa membuat keluarganya makanan yang layak untuk dimakan. Namun ia kembali tersadar bahwa putri dan suaminya ternyata belum bangun. Dia juga paham bahwa anaknya bukan membangunkan malah ikut tertidur di kamarnya bersama papanya. Maka mau tak mau ia harus membangunkan keduanya.
Ternyata dugaannya benar, putrinya malah ikut tertidur di samping ayahnya dengan pose yang begitu imut. Ingin rasanya ia mengambil beberapa foto anaknya, tapi karena mengingat jam sudah begitu siang, ia mengurungkan niatnya dan langsung membangunkan keduanya.
"Sayang, bangun. Sudah pagi, bukannya kamu ada meeting." Ucap Devina sambil menggoyangkan tubuh suaminya. Bukannya sadar, suaminya malah membalikkan tubuhnya seolah enggan untuk bangun. "Ssaayyangg,,,,,"
Meski sudah beberapa kali ia coba bangunkan hasilnya sama saja, suaminya masih tetap tidak mau bangun malah tetap tertidur. Suatu keheranan untuk Devina. Suaminya selalu saja seperti ini. Pulang tidak terlalu malam, tapi lelahnya sungguh luar biasa. Tentu saja Devina sadar bekerja kantoran memang berat. Tapi menurutnya pekerjaan suaminya bukan sesuatu hal yang terlalu menggunakan fisik sampai harus kelelahan seperti ini.
Bukan Devina namanya jika ia selalu berprasangka buruk kepada suaminya. Dirinya tidak pernah sekalipun beranggapan buruk tentang suaminya. Tidak pernah. Dia selalu yakin ada alasan dibalik semua yang terjadi. Begitu pun dengan penyebab suaminya bisa kelelahan setiap kali ia pulang dari kantor.
Memang tak jarang pula gosip tersebar atas nama suaminya yang mengatakan suaminya selingkuh dibelakangnya. Tapi tak pernah sekalipun Devina mendapatkan bukti tentang hal itu. Pernah sekali ia mencoba menyelidiki suaminya, tapi hasilnya tidak ada. Suaminya sibuk bekerja dan tidak ada waktu luang untuk selingkuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments