“ Jadi gimana? Ikut ya?”
Arka tidak menjawab. Ini adalah pertanyaan ke tiga kalinya Alan semenjak kabar bang Jaka yang baru saja membeli rumah akan mengadakan pesta makan di rumah barunya. Rumah barunya tidak jauh dari skadron, hanya berjarak sekitar 2 km, perumahan elit itu terpampang jelas didepan mata. Hanya saja, Arka tahu, komandannya tinggal disana, Jaka dekat dengan Wine, dan itu berarti Wine juga akan ada di sana.
Bukanya pendendam, Arka tak mempermasalahkan kejadian itu sejak awal, hanya saja rasa malunya itu entah kenapa tak kunjung hilang. Jika berada di rumah Jaka, itu berarti beberapa tentara lain yang melihatnya hari itu juga pasti akan ada disana.
“ Arka cepetan. Mau ikut ngga? Udah pada jalan nih”
Alan kembali berteriak, menggedor pintu kamar mandi tiga kali kemudian kembali mengoceh tak jelas.
“ Kaya emak-emak tahu ngga loe? Berisik."
Arka keluar dari kamar mandi, mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kemudian membuka ponselnya. Satu group penuh dengan pembahasan pesta daging di rumah Jaka malam ini. Memang sayang untuk dilewatkan apalagi ditanggal tua seperti ini, bahkan sang komandan yang biasanya sangat ketat, kali ini mengizinkan semua anak buahnya untuk berpesta di rumah Jaka. Tanpa komandan yang jelas akan menjadi lahan gossip nanti.
Setelah serentet pikiran itu datang, Arka merutuk dirinya dalam hati. Jika dia tidak ikut maka dia yang akan menjadi bahan gossip nanti, dan itu berarti kejadian memalukan ditaman 2 hari yang lalu akan menyebar ke seluruh tentara di skadron.
“Oke gue ikut”
Alan langsung mengalungkan tangannya di pundak Arka, berjalan keluar kemudian bergabung dengan beberapa tentara lain yang mulai berjalan kaki menuju kediaman Jaka.
Hanya butuh sekitar 10 menit mereka sampai di rumah dua tingkat dengan cat warna biru laut itu. Beberapa daging sudah berjejer rapih di atas meja dekat dengan alat pembakaran. Disisi meja yang tak jauh dari meja utama, beberapa minuman kaleng bersoda hingga botol air mineral tersedia disana. Semuanya datang, jelas karena halaman ini disulap layaknya surga dunia dengan berbagai makanan pendamping.
“ Yak! Dipagar aja? Ngga masuk?” teriak Alan.
Arka yang sejak tadi memang hanya mengamati dari pintu pagar menggeleng pelan. Nanti, dirinya akan masuk setelah semuanya selesai. Rambut yang baru keramas tadi tidak boleh berakhir dengan bau asap arang. Jika ada acara seperti ini, biasanya semua temannya akan memainkan sebuah game, dan yang kalah akan di sulap layaknya pemilik restoran daging malam ini.
“ Yeay”
Suara yang berasal dari arah luar menarik perhatian Arka. Disana, dilapangan basket yang tak jauh dari dari rumah Jaka— Wine terlihat tengah berjoget riang setelah bola yang ia lempar berhasil masuk ke keranjang. Arka menatapnya dalam, mengamati ekpresi gadis itu yang kini terlihat jauh lebih bebas dari biasanya, senyumannya jauh lebih merekah.
Cantik, satu kata yang terlintas dipikiran Arka sekarang. Rambut panjang yang tergerai melambai tertiup angina, sesekali ekspresi Wine berubah lucu saat gadis itu memarahi rambutnya yang terus bergoyang setelah berulang kali diselipkan di balik telinga.
Tanpa sadar langkah Arka semakin mendekati Wine, bahkan dirinya juga tak sadar saat Wine menyapanya dengan cengiran girang. Fokus Arka hanya satu, mengikat rambut gadis itu agar tak menghalangi pandangannya.
“ Loh loh mau buat apa bang?”
Arka tak menjawab, mengambil ikat rambut dari tangan gadis itu kemudian mulai mengikat rambut Wine tanpa sepatah katapun. Arka adalah tipe orang yang terkadang mengikuti kata hatinya yang begitu kuat tanpa peduli dengan pikiran orang lain.
“Ciee.. perhatian bener bang sama aku”
“Rambut kamu nyusahin” jawab Arka singkat kemudian mengambil alih bola basket ditangan Wine.
Arka tahu jika dirinya sudah melemparkan diri dilubang kesialan. Mungkin setelah ini dirinya harus benar-benar ke THT untuk memeriksakan telinganya.
“ Nyusahin? Lah rambut-rambut aku, kenapa abang yang ribet?”
Nyusahin, karena abang ngga bisa leluasa ngeliat muka kamu.
“ Kalau orang yang lebih tua ngomong itu didengerin aja, ngga usah banyak tanya apalagi ngebantah” oh dirinya pasti terdengar sangat tua.
“ Bang”
“Apa?”
Arka berhasil memasukan bole ke keranjang, kemudian memberikannya ke Wine “ Lempar lagi” titahnya pelan.
“ Abang ko ganteng sih, apalagi kalau pake baju biasa begini”
“ Lempar dulu, baru ngegombalnya” titah Arka lagi.
Wine mengangguk kemudian melempar bola ke keranjang.
1 kali lemparan, gagal.
2 kali lemparan, gagal.
3 kali lemparan, berhasil.
Dan Arka yakin dirinya kini menikmati dengan sepenuh hati bagaimana sebuah sorakan gembira yang diikuti oleh tawa itu terdengar sangat renyah ditelinga. Jatuh cinta?. Oh tidak, Arka masih meragukan hal itu.
“ Bang taruhan yuk?”
“ Apa?”
“ Kalau Wine berhasil masukin bola lagi, abang gendong Wine sampai rumah bang Jaka”
“ Jangan gila kamu” tolak Arka. Oh jelas dirinya harus menolak dari pada gossip baru dengan pemain utama dirinya dan Wine menjadi pembicaraan hangat besok di skadron.
“ Ya udah ganti, kalau antar jemput Wine selama 3 hari gimana?”
“Saya bukan tukang ojek”
“ Ganti lagi kalau begitu, jalan sama Wine malam minggu?”
“ Mimpi aja kamu”
“ Idih judes, oke ganti lagi deh. Ajarin Wine main basket 1 minggu penuh?”
“Saya sibuk”
Dan seperti itu terus hingga 5 kali berulang. Wine dengan otak cemerlangnya itu selalu saja menciptakan ide-ide gila, bahkan Arka hampir kehabisan ide untuk menolak ajakan gadis berumur 18 tahun ini.
“ Kasih Wine uang 200.000”
“ Itu mah kamu sama Alin kemarin”
“ Idih ada yang masih ngambek nih?”
Arka menggeleng cepat. “ Oke, 200.000. tapi kalau kamu gagal saya dapat apa?”
Kedua bola Wine mengarah keatas, menandakan jika gadis didepannya ini tengah berpikir keras. Satu yang Arka harapkan, jangan ide aneh-aneh yang keluar dari bibir tipis itu.
“ Kalau abang butuh orang yang dibawa ke pelaminan, Wine siap sedia bang”
Aneh sebenarnya jika Arka mengharapkan bukan ide gila yang keluar dari otak gadis ini. tanpa berpikir aja Wine selalu menciptakan sesuatu yang membuat semua orang menggelengkan kepala. Apa lagi kalau berpikir.
“ Itu mah untung di kamu, rugi di saya”
“ Ya kali abang rugi nikahin gadis jelita macam adek ini. ngga mungkin bang”
“ Itu menurut kamu, bukan menurut saya”
Dahi Wine berkerut dengan bibir yang manyun sedikit “ Ya terus abang maunya apa?”
“ Ikat rambut kamus setiap kali ketemu saya”
Arka langsung bersiap saat melihat perubahan ekspresi Wine sekarang. Gadis didepannya ini mengulum senyumnya penuh arti, alisnya bergerak beberapa kali kemudian dilanjutkan dengan sebuah kerlingan mata. Arka yakin ada kalimat aneh yang akan keluar dari mulut gadis ini sekarang.
“ Setiap ketemu saya?” ucap Wine mengulangi perkataan Arka tadi.
“ Abang ngarep banget ketemu adek lagi berarti ya bang. Ada yang kepincut nih kayanya”
“ Menurut kamu. Udah cepetan lempar”
Wine mengangguk, mendribel bola basket yang menghasilkan suara seirama dengan detak jantung Arka. Tatapan mata Wine sangat tajam menatap ke ranjang diatas sana. Baru kali ini Arka melihat ekspresi Wine yang terlihat begitu serius, biasanya ekspresi dagelan yang ia lihat dari gadis ini.
“ Berapa kesempatan bang”
“1”
“1?” Wine menghentikan kegiatannya, tatapan tajamnya kini beralih menatap Arka tak percaya.
“ Dimana-mana itu 3 kali kesempatan bang” lanjutnya lagi.
Arka tak ingin memberikan peluang besar pada gadis didepannya ini. maka dari itu dirinya yang sudah duduk di kursi penonton menunjukkan jari telunjuknya kepada Wine. Satu tetaplah satu kali kesempatan.
Meski dengan ekspresi cemberut, Wine mulai kembali mendribel bola ditangannya. “Kalau Wine berhasil, jadi 400.000 ya bang”
“Deal”
Dibalik semua kejadian yang ada di lapangan, dua pasang mata tengah mengamati Arka dan Wine dengan penuh ketenangan, tidak ada ekspresi apapun yang terlihat.
***
Bekasi
26 November 2021
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Sri Widjiastuti
2pasang nii.. siapakah??
2022-11-10
1
Sri Widjiastuti
mampus nohh babang arkha😂😂😂wine dilawan
2022-11-10
0
Is Wanthi
ah bang Ar ngelesnya pintar
2022-09-01
0