" Arka"
" Siap komandan"
Arka yang baru saja keluar melewati batas pintu ruangan komandannya kembali masuk kedalam. Berdiri tegak menatap komandannya yang kini terlihat sedikit menimang kalimat setelahnya.
" Saya butuh bantuan kamu"
" Siap komandan. Izin petunjuk?"
Setelah itu, Arka hanya diam mendengar sederat permintaan sang komandan. Bantuan yang biasanya mengarah pada negara kini mengarah pada persoalan pribadi.
***
" Jadi loe mau kekantor polisi sekarang?"
Arka mengangguk menjawab pertanyaan Alan yang tinggal di satu mess yang sama. Bantuan yang dimaksud komandannya adalah dirinya hanya perlu ke kantor polisi dan menjadi wali bagi putri semata wayang sang komandan yang kini kena tilang alih-alih berada di sekolah.
" Loe pernah denger putrinya komandan kaya apa ngga? Namanya Wine" Alan sang biang gossip itu kembali menahan pergerakan Arka yang tengah mengikat tali sepatunya.
" Waras tapi nyerempet ke gila" lanjutnya lagi.
Pernah. Arka jelas pernah mendengarnya. Nama Wine Maudy Bagaskara sudah melegenda hampir 3 tahun lamanya semenjak sang komandan dipindah tugaskan ke skadron ini 5 tahun yang lalu.
Banyak tentara yang menjadikan anak komandannya itu bahan perbincangan. Mulai dari sejelita apa gadis berusia 18 tahun itu, tebakan akan menjadi dokter karena kecintaan pada ilmu biologi, komandan yang begitu menyayangi putri sematawayangnya, hubungan komandan dan putrinya yang tidak baik hingga segila apa sosok Wine itu. Semua menjadi bahan perbincangan di dalam mess atau di waktu-waktu istirahat.
" Katanya punya tenaga dalam Ar"
Ah jangan lupa. Anak komandannya itu juga mengaku-ngaku memiliki tenaga dalam.
Arka berdecak sambil menggelengkan kepalanya. Kadang gossip yang didengar oleh dirinya dan Alan itu aneh-aneh. Sang ditolak oleh akal sehat Arka.
Bukan, bukan Arka tak percaya pada tenaga dalam, hanya saja anak komandannya itu masih SMA kelas 3, perempuan dengan prestasi selangit. Itu yang dikatakan oleh komandannya barusan.
" Widih ngga percaya. Gue tebak pasti komandan ngomong anaknya punya prestasi selangit kan?"
" Itu juga jadi gossip?. Parah pada emang ya"
" Lah iya. Malah ada gossip baru lagi kemarin"
Sejujurnya Arka paling tidak suka meng-gossip apalagi orang yang di gossip kan adalah anak dari komandannya sendiri. Namun entahlah, saat sedang menyebarkan gossip, Alan seperti mempunyai daya magnet agar orang merasa tertarik. Entah ini memang karena magnet Alan, atau karena sedikit jiwa gossip didalam tubuhnya muncul.
" Ada yang liat kemarin komandan gendong anaknya muterin lapang depan 2 kali"
itu juga salah satu gossip yang ia dengar tadi pagi saat sedang meninjau latihan para tentara lain.
" Loe ngga tahu aja arti prestasi selangit yang dimaksud komandan" lanjut Alan
" Terus gue harus nolak gitu?"
Alan menggelengkan kepalanya cepat " Gila aja loe nolak perintah komandan"
" Makanya dari itu loe diem aja"
" Siap-siap jaga mental dan keimanan aja ya loe. Cantik, tapi inget anak komandan. Dan oh ya, tutup nametag loe pake solasi kalo ngga mau jadi bait pantun"
Takut jika terpengaruh dan menjadi suka ber-gossip seperti Alan, Arka menyambar kunci mobil komandan yang tadi dipinjamkan kemudian berjalan keluar.
Lokasi dimana Wine ditilang tidak jauh dari skadron. Hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit untuk sampai di sana. Tugasnya hanya perlu mewakilkan komandan, kemudian membawa Wine kembali ke skadron. Oh tunggu, bukan hanya Wine tapi ada 2 teman gadis itu yang juga harus ikut.
"Nama putri saya Wine, dua temanya Anya sama Ocha. Kalau Anya mungkin dijemput sama mamahnya, tapi kalau Ocha kayanya ngga. Cuman kalau bisa bawa ketiganya hadap saya ya. kalau tidak bisa tidak apa-apa, tapi anak saya harus kamu bawa kesini. saya ada tamu penting soalnya, jadi ngga bisa ke sana"
Arka kembali mengingat ucapan komandannya tadi. Satu yang Arka bingung, mereka hanya ditilang, tapi kenapa harus ada orang tua yang sebagai jaminan?.
Pintu gerbang dengan tulisan kantor kepolisian yang dituju sudah ada didepan mata. Mobil yang Arka kendarai kini sudah terparkir berjejer dengan beberapa mobil kepolisian. Saat hendak keluar, satu kalimat panjang komandannya kembali teringat.
" Nanti kalau ketemu sama gadis SMA terus diantara mereka ada yang ngomongnya ga jelas, bawelnya minta ampun, ngaku-ngaku punya tenaga dalam— itu anak saya. Tugas kamu setelah ketemu anak saya berubah pura-pura jadi orang tuli aja ya"
Sederet kalimat komandannya yang melintas barusan membuat Arka sedikit percaya dengan ucapan Alan tadi. Namun alih-alih kata gila yang digunakan, mungkin kata unik yang lebih tepat.
Suara cepreng seorang gadis langsung masuk ke indra pendengaran Arka begitu kakinya memasuki kantor polisi. Di sana, disudut ruangan ada seorang polisi yang tengah memijat pelipisnya lelah dan tiga orang gadis berbaju SMA tengah duduk berhadapan dengan polisi itu.
Satu gadis berambut pendek hanya diam sambil melipat kedua tangannya di dada. Satu gadis lagi dengan raut wajah kesal tengah menarik-narik agar temannya duduk, sesekali mencubit karena sang teman mengadu sakit. Dan satu lagi gadis yang sudah berulang kali dicubit temannya malah asik bicara dengan pak polisi dengan cengiran di wajah. Ah.. itu dia, itu pasti Wine anak sang komandan.
" Pak belajar tenaga dalam dari mana pak? Dari gunung mana pak? Saya pengin juga, sekalian belajar ilmu hitam. Jadi kalau saya ditilang lagi saya bisa langsung ngilang. Cling"
Samar-samar Arka mendengar suara Wine, dan sungguh dari kalimatnya yang alih-alih takut setelah ditahan di kantor polisi. Anak komandannya itu memang pantas dicap waras nyerempet unik.
"Pak tahu ngga, cara cepat biar tenaga dalam saya keluar semua? Soalnya saya kalau telat sekolah pasti akhirnya bolos pak. Tenaga dalam saya ngga bisa dipakai buat manjat tembok belakang sekolah soalnya"
Lagi, Arka mendengar gadis itu bicara. Beberapa polisi lain tertawa kecuali satu polisi yang duduk didepan gadis itu memasang wajah lelahnya.
" Pak-pak tahu ngga pak"
" Nggak!"
Arka menahan tawa saat polisi itu berteriak kencang menolak untuk mendengar ucapan Wine lagi. Bukan menunjukan ekspresi kapok dan menyerah, Wine malah menuju ke satu polisi lagi yang duduk berdekatan dengan mejanya. Nyari korban lagi lebih tepatnya.
" Hai Pak Arif yang ganteng, ini adalah Laudya Cintia Bella pak, saya anak solehah pak. Jangan panggil Baba saya ya pak. Bebasin kita ya pak. Nanti kalau mata kiri saya kedutan bisa bahaya ini pak"
" Emang bahaya kenapa?"
Ah.. ada saja polisi yang mau meladeni ucapan anak komandannya. Bisa menjadi korban kedua.
" Kalau mata kiri saya kedutan, tenaga dalam saya keluar pak"
" Terus kamu yakin kita pada bakal percaya?"
Wine menggeleng tegas " Nggak. Aneh kalau bapak percaya sama ucapan saya. Saya cuman pengin dibebasin, ditilang ngga papa deh pak. Yang penting Baba saya ngga dipanggil"
Dari pada semakin tak jelas arah pembicaraan. Arka mendekati mereka setelah memerintah telinganya pura-pura tuli saat mendengar celoteh Wine.
" Permisi" suara Arka barusan berhasil membuat mulut gadis itu tertutup rapat. Mungkin karena dirinya yang masih menggunakan seragam kerja, gadis itu pasti paham jika dirinya adalah suruhan sang ayah.
" Ya? ada yang bisa saya bantu?" Bondan menoleh kearah Arka.
" Saya wali dari 3 anak SMA ini pak"
Wajah Bondan yang sebelumnya terlihat kesal kini berubah menjadi berbinar-binar. Polisi dengan kumis tipis itu menghela napasnya lega.
" Alhamdulillah ada yang jemput juga. Saya lama-lama bisa gila kalau ngobrol sama ni bocah"
Arka tahu 'bocah' yang dimaksud oleh Bondan itu siapa. Wine Maudy Bagaskara yang kini malah tersenyum aneh kepadanya.
" Abang baju loreng ko ganteng sih"
Bondan menghela napasnya, sedangkan Arka mengerjapkan matanya berulang kali. Etdah ini bocah, baru ketemu udah aneh-aneh.
" Gendeng. Pak polisi kita boleh pergi sekarang kan?" mata Arka tertuju pada satu gadis yang baru saja bicara dan mengatai anak korbannya 'gendeng'. Anya Aliska Budiman, nama yang tertera pada nametag gadis itu. Sama sekali tidak ber— budiman seperti namanya. Tunggu jangan –jangan Budiman itu nama bapaknya?. Ah, untuk apa juga Arka memikirkan hal itu.
" Boleh. Bapak malah seneng, jadi bapak ngga perlu ke THT buat ngecek telinga. Oh ya motor kalian bapak tahan"
" Jual aja juga ngga papa pak" kali ini gadis dengan nametag Ocha Langit Natasya yang berbicara, menundukkan kepala sedetik kemudian berjalan keluar. Arka tebak cuman gadis itu yang memilki sopan satun yang sedikit baik diantara mereka.
"Abang yang gantengnya ngga ketulungan. Maudy Ayunda ke mobil dulu ya. bye"
Satu kantor kembali dipenuhi oleh gelak tawa, kecuali Bondan dan Arka yang sekarang sangat setuju dengan ucapan Alan tadi. Waras tapi nyerempet ke gila.
" Ini jam sekolah mas. Tolong perhatikan lagi adik-adiknya ya" pesan Bondan.
Arka hanya tersenyum kemudian berpamitan. Satu yang dipanjatkan Arka dalam hati. Amit-amit punya adik begini kelakuannya
***
" Abang ganteng ko aku ngga pernah lihat sih? Abang ngga pernah ke rumah ya? kalau abang ke rumah, pintu pelaminan— eh ngga masuknya pintu rumah terbuka lebar"
Jangan ditanya siapa yang baru saja melontarkan kalimat barusan. Wine, jelas hanya dia. Anya tertidur di kursi belakang sedangkan Ocha yang duduk disampingnya menutup telinganya dengan airpods. Syukur Ocha yang duduk di kursi depan, bukan Wine. Jika Wine mungkin dia harus ikut pak Bondan ke dokter THT.
" Kalau abang yang selalu diminta tolongin sama baba buat jemput aku. Aku rela ditilang terus bang"
Arka tidak menjawab. Hanya fokus mengemudi, karena pura-pura tuli juga menjadi salah satu perintah komandan. Jika Wine mengadu karena dirinya dicuekin. Arka tak akan mendapat teguran apapun nanti.
" Bunga mawar bunga melati, harum wanginya setiap hari, ku ucap salam setulus hati, Assalamualaikum wahai pujaan hati"
Arka menegakan posisi duduknya seketika saat Wine yang duduk tepat dibelakangnya mencolek lengannya. Kuat iman, kuat iman.
Satu yang Arka sadari, Wine bukanlah tipe gadis yang menggoda orang lain karena tertarik atau tipe gadis yang dicap dengan kata 'centil' dibelakangnya. Gadis itu hanya ingin bersenang-bersenang, menggoda orang lain dan menikmati ekspresi yang diberikan sang lawan bicara. Bukan dari dalam hati.
Hanya saja, orang yang kurang iman pasti akan terpancing mengingat seberapa jelitanya gadis berumur 18 tahun ini. dan Arka bersyukur karena dirinya adalah orang yang masih cukup iman.
***
ramaikan dengan vote dan komentar ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
DozkyCrazy
👏👏👏👏 asli kerrren gokil
2023-08-08
1
Ersa
Bapaknya absurd gitu saking keselnya kalik ma Wine
2022-12-21
1
Etik Etik
wetengku kram kakean ngguyu
2022-11-22
1