Salto Dunia Wine
" Buruan manjat ngga! Kalau ngga gue siram rambut lo pakai air comberan!"
Wine menyingkirkan tangan Ocha yang terus mendorongnya maju. Pasalnya selain takut dengan ketinggian, satu temannya yang bernama Anya yang sudah berada di atas tembok mulai memasang wajah takut karena tidak bisa turun. Bisa manjat tapi tidak bisa turun.
" Cha gimana ini. tinggi banget, kaki gue ngga nyampe. Kaki gue juga udah gemetaran nih"
" Loncat Cerdas. Ya kali itu kaki bisa sampai, situ jerapah?!" ini Ocha. Satu diantara sahabatnya berdarah khas jawa dengan mata bulat, kulit pucat dan ekspresi wajah layaknya ibu-ibu yang ditagih utang sama mpok warung.
" Yak Cha! lo maksa-maksa gue lagi suruh turun, gue sikat bibir lo pakai batu nisan"
" Batu nisan siapa An? Butuh ilmu dalam gue ngga?"
Wine gadis berambut panjang yang selalu ngaku-ngaku punya tenaga dalam itu mulai bicara tak jelas arah. Diantara mereka bertiga, satu sekolah tahu Wine adalah orang paling sengklek di geng itu. Ucapannya yang nyeleneh dan kadang menyakitkan itu sudah terbiasa keluar dari bibir tipis berwarna pink muda. Bener kata orang dulu, anak dengan bibir tipis itu sudah mendapat gelar sejak kecil sebagai gadis yang banyak bicara. Cerewet lebih jelasnya.
" Yak Wine! Cepetan naik. Udah hampir jam ½ 8, pak Rudi sebentar lagi ngecek tembok belakang sekolah"
Mau dipaksa bagaimanapun, Wine tak akan pernah mau untuk manjat tembok yang tingginya sekitar 5 m itu. meski sudah dibantu dengan kursi sebagai pijakan di awal, Wine tetap tidak mau, karena setelah manjat, dirinya harus loncat untuk melewatinya dan tak ayal berakhir dengan mencium tanah keras didalam sana.
Wine takut ketinggian. Jangankan tembok setinggi ini, naik meja aja Wine tak berani sama sekali. Percayalah dirinya bahkan tak pernah naik kelantai dua rumahnya tanpa menutup matanya rapat, dan berubah seperti tunanetra saat menaiki tangga.
" Gila, jam pertama gue ada ulangan matematika. Cepetan sinden!" Ocha kembali teriak. Dan Wine semakin memilih untuk diam ditempatnya setelah teringat jam pertama adalah pelajaran pak Muis yang terkenal killer itu ditambah lagi dengan ulangan. Wine suka Biologi, tapi sangat benci dengan matematika, kebalikan dengan Ocha yang amat tergila-gila dengan matematika namun selalu berbisik 'ngapain juga gue ngurusin pencernaan hewan, pencernaan gue aja udah susah diurus' setiap kali pelajaran biologi dimulai.
" Bagus ulangan kan? Gue nambah ngga mau manjat kalau gitu"
Jelas Ocha merutuk kesal sendiri, terlebih saat melihat Anya yang sempat dilupakan masih berada di atas tembok mulai nangis sesenggukan.
Suara derap langkah diikuti dengan tembok yang dipukul kayu terdengar semakin mendekat. Baik Ocha, Anya dan Wine saling berpandangan sejenak, sebelum akhirnya membantu Anya untuk turun disisi luar tembok kemudian menancapkan gas motor milik Wine menjauhi sekolah. Bolos sekolah lebih baik bagi Wine ketimbang manjat tembok.
Anya yang duduk ditengah masih menangis, Ocha yang duduk paling belakang memasang wajah dinginnya sedangkan Wine sang pengemudi motor tertawa renyah tak peduli dengan kedua temannya. Bebas dari pelajaran pak Muis yang selalu bikin ngantuk itu adalah hal yang paling menyenangkan.
Naik motor berbonceng tiga dengan masih menggunakan seragam sekolah tanpa helm jelas menjadi tontonan para pengemudi lain. Ada beberapa pengemudi yang bahkan menegur mereka, ada juga bapak-bapak yang tengah asik minum kopi di warung pinggir jalan meneriaki razia didepan sana. Tapi namanya orang yang sedang bahagia— Wine tak mendengar jelas semuanya.
" Yak stop stop stop Win. Ada razia didepan kata bapak-bapak tadi"
" Apa?" Wine tak begitu jelas mendengar suara Ocha karena teredam dengan suara kendaraan lain ditambah suara tangis Anya yang belum juga mereda. Takut ketinggian beneran nih bocah.
" Ada razia"
" Apa?"
" Ada razia Wine. Kuping dipake"
Setelah mendengar suara Ocha yang meninggi, akhirnya kata razia bisa ia dengar dengan jelas. Tapi tentu jika panik bukan Wine namanya. Gadis itu malah semakin menancap gas membuat kedua temannya hampir terjengkang kebelakang" Tenang gue punya ilmu dalam. Ngga bakal keliatan kita" jawabnya santai.
Dan benar saja. Ilmu dalam itu hanyalah akal-akal Wine semata. Didepan sana seorang polisi sudah siap-siap menghadang motor mereka. mau tak mau Wine menurunkan kecepatan motor dan akhirnya berhenti tepat didepan pak polisi dengan nametag bertuliskan Bondan Prakorso.
" Permisi kakak-kakak, boleh minggir dulu sebentar? Motornya juga dipinggirin ya"
" Eh ada pak Bondan yang ganteng, apa kabar pak?" ini jelas Wine yang bicara. Gadis itu mungkin saja ngga punya urat malu karena masih berani godain pak polisi di kondisi salah seperti ini. Ocha dan Anya menutup muka mereka karena saking malunya punya teman macam Wine ini.
" Eh ada neng Ocha. Pasti bolos ya. sinih turun dulu ya, bapak pinggirin motornya"
Pak Bondan mau saja meladeni tingkat kewarasan Wine yang sangat minim ini.
Wine tak beranjak dari tempat, masih berada di atas motor degan kedua temannya yang membonceng dibelakang.
" Ih kok bapak bisa kenal nama saya? Wah saya kayanya emang terkenal banget di kota ini ya pak"
" Jare sopo iku? Pede nemen. Bapak ngerti soale ana namane koen neng kelambi (kata siapa itu? Pede banget. Bapak tahu karena ada nama kamu dibaju)"
Wine tersenyum tanpa tahu artinya. Masih belum turun, memutar otak mencari jalan agar dirinya bisa bebas dari tilangan. Jika ketahuan ketilang di jam sekolah seperti ini. sudah pasti Baba-nya akan menyita motornya nanti.
" Kamu juga tahu nama saya dari baju saya kan?" pak Bondan melanjutkan.
" Ih si bapak bisa aja. Saya mah bisa langsung tahu nama orang yang bakal baik sama saya"
Wine yakin dibalik pak Bondan yang menggelengkan kepala, pria separuh baya dengan topi warna hitam itu pasti tengah mengumpulkan stok kesabaran karena menilang gadis macam dirinya.
" Mau turun sekarang, atau bapak juga manggil orang tua kalian?"
Wine masih juga tak beranjak dari atas motor. Sedangkan Anya salah satu teman yang duduk ditengah mencubit pinggang Wine geram. Bodoh sekali memang karena setuju aja bonceng tiga— ide gila dari Wine yang hanya karena takut manjat tembok sekolah.
Sedangkan Ocha kini berjalan masuk kedalam kantor polisi lengkap dengan wajah juteknya. Menurut Ocha karena ide gila Wine, dirinya seperti keluar dari mulut harimau dan masuk ke mulut buaya.
" Loe sih ya. kan gue bilang apa"
" Sakit tahu" Wine menyingkirkan tangan Anya yang masih saja mencubit pinggangnya.
" Itu temanya sudah masuk satu. Ayo turun dulu ya" Bondan mengambil alih paksa motor karena Wine masih belum juga mau turun.
" Pak tahu ngga pak. Saya punya tenaga dalam loh pak. Kalau bapak maksa, terus tiba-tiba mata kiri saya kedutan macam denger lagu dangdut nanti bapak bisa tiba-tiba mental loh. Bapak mau?"
" loe mau ngapain lagi gembel?. Cepetan turun" Anya yang entah sejak kapan sudah turun dan kini tengah berdiri didepan pagar kantor polisi meneriakinya kencang.
Tapi bukan Wine namanya jika langsung menurut. Alih-alih turun gadis yang menggunakan seragam putih abu-abu itu malah asik mengangkat kakinya hingga jok, sedang pak polisi mendorong motor dengan Wine yang masih berada diatasnya melewati pagar kantor polisi.
" Bapak jauh-jauh gih, nanti ilmu dalam saya bisa keluar pak. Jangankan bapak, itu mobil polisi bisa meleyot kalau saya liatin pak. Ngeri..."
" Oh ya? bapak juga punya tenaga dalam loh"
" Apaan tuh pak?"
Wine yakin sang polisi pasti sedang bertanya-tanya dalam hati anak gila siapa ini.
" Bisa turun sekarang?!"
" Ngga mau. Saya enteng pak, berat badan saya Cuma 40kg. Baba saya aja bisa gedong saya muterin lapangan di skardon, 2 kali muter malah"
" Itukan bapak kamu bukan saya!"
" Bapak jawab dulu. Katanya bapak punya tenaga dalam. Kali saja kita bisa belajar kelompok pak, lumayan buat nambahin koleksi tenaga dalam kita pak"
Wine tahu tingkat kesabaran pak polisi satu ini sudah berada dibatas paling akhir, ditandai dengan motor yang didorong berhenti seketika.
" Kamu pengin tahu tenaga dalam bapak?"
Anggukan kepala Wine dengan wajah yang tak takut sama sekali.
" Bapak bisa bikin roda depan motor mu ini keangkat dan kamu jatuh kebelakang!! Turun sekarang!!"
" Sipp pak. Nanti ajarin saya caranya ya pak"
Wine langsung turun kemudian berlari masuk ke kantor polisi yang langsung dihadiahi cubitan dan pukulan dari Anya dan Ocha.
Ya. dari ketiganya Wine adalah anak gila yang sangat minim sopan santun.
***
Bekasi
24 November 2022
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Erni Nofiyanti
ya Allah,lucu nya
2024-11-19
0
Erni Nofiyanti
lucu
aku. mampir kk
2024-11-19
0
glade🌊
mampur thor
2024-08-14
0