Chapter 2. Gagal Bolos

...“Kebebasan yang mereka ambil terlalu independen bisa mengancam masa depan dengan cara membolos.”...

...🍦 🍦🍦...

Cuaca di hari rabu minggu ke dua jelas sangat mendukung atmosfer yang tidak terlalu panas. Namun sebagian dari para siswa tetap memiliki dalih masing-masing untuk membolos saja di siang itu.

Aruna tertarik untuk melihat ke beberapa orang yang melakukan aksi kabur dari sekolah melalui jendela kelasnya, ia tersenyum kecil.

“Pak Kumar nanti masuk ya?” melelahkan. Begitu pikirnya.

Aruna juga berandai untuk bisa segera pergi dari sekolah, mencari kebebasan dan berhura-hura di luar sana. Diliriknya kaca jendela terbuka, merasakan angin yang berembus masuk menerpai langsung wajahnya.

Sebuah senyuman terukir ketika ide bermunculan di otaknya. Segera ia berdiri dan mencangklong tas ke pundaknya, mengabaikan beberapa teman sekelas yang mulai meliriknya dengan tatapan sinis, heran dan benci.

Tapi ia tidak peduli, ia hanya ingin segera mewujudkan keinginannya. Namun sebelum ia keluar kelas dengan selamat, seseorang tiba-tiba muncul di ambang pintu. Raut muka yang selalu membuatnya malas.

"Ke mana?” tanyanya dengan suara tegas. Memang tegas, lihatlah bagaimana rahangnya yang terlihat kokoh.

“Minggir!”

“Lo mau cabut?” cowok itu menahan lengan Aruna dengan erat, bermaksud untuk mencegah gadis itu pergi.

“Situ siapa? Jangan ikut campur! Lepasin!” Aruna berusaha untuk melepas diri dari cowok jangkung itu.

Dengan sigapnya Aruna menendang perut cowok itu dengan keras menggunakan lututnya, ia sangat tidak suka melakukan ini tapi karena menginginkan freedom ia harus melakukannya. Maafin gua,Yu.

Aruna segera melarikan diri sebelum Yudha kembali mencengkeram lengannya.

“Aruna! Balik ke kelas!” sergah cowok itu yang membuat beberapa siswa di sekitar itu melihatnya dengan kaget. Yudha masih memegangi perutnya yang dirasakan ngilu akibat kelakuan gadis tomboi itu.

Namun sayang, cewek bernama Aruna Fea Andromeda itu sudah terlalu jauh dengan sang ketua. Ia tetap berlari keluar dari gedung sekolah menuju taman tepatnya di belakang gudang.

Yudha terdiam sesaat melepas emosi yang sempat memuncak, ia menghela napas lalu duduk di atas mejanya dengan bersedekap dada. Meski bergaya kaku seperti itu, rupa-rupanya banyak yang menyukai cowok itu terutama teman sekelasnya, Frivia.

“Hai, Yudha, kita kantin bareng yuk?” ajaknya dengan suara lemah lembut, sengaja mendesah kecil karena ingin menggoda cowok berseragam rapi itu.

“Pergi sana, mau gue tendang ha?!” bentak Yudha yang akhirnya melampiaskan kemarahannya kepada gadis itu.

Frivia mendengus sebal, ia beringsut pergi meski tak rela. Ia hanya tidak ingin mempermalukan dirinya di depan teman-temannya seperti di hari itu. Meski bermulut tajam, nyatanya ia masih tidak bisa melupakan si ketua yang tampan, ia merasa tidak rela jika ada cewek yang mampu mendapatkan Yudha dan itu bukanlah dirinya.

“Gue nggak rela itu terjadi.” umpatnya dengan suara kecil.

...🍦 🍦 🍦...

“Hati-hati, jangan sampai ketahuan Pak Kumar.” bisik seorang cowok berkulit sawo matang ke beberapa geng yang ikut mengendap di belakang. Dia berjalan tersuruk-suruk kemudian melompati pagar pembatas sekolah hingga berhasil berjejak di rerumputan yang mulai sedikit memanjang. Setelahnya diikuti oleh beberapa temannya dengan santainya melompati pagar sekolah.

Sekumpulan para geng yang suka bolos itu akhirnya dapat tersenyum puas, nyatanya setengah dari mereka sudah berhasil melompati tembok sekolah yang cukup menjulang tinggi, dan sebagiannya lagi masih mencari jalan lain lewat gedung belakang karena suara geraman Pak Kumar terdengar semakin mendekat ke pagar sekolah.

“Cepat woi! Jangan sampai ke tangkep.” lirih seorang laki-laki berbadan atletis berambut cepak, kemejanya sudah keluar dari lingkaran celana abu-abunya, sudah tidak rapi lagi. Tetapi dia lumayan keren. Namanya Zian, anak kelas XII IPS 5.

Dia menunggu beberapa teman lainnya berhasil memanjat pohon mangga yang cukup lebat daunnya hingga tidak bisa dilihat oleh Pak Kumar lantas pergi dari sana karena tidak menemukan siapa-siapa, selepas kepergiannya barulah dua cowok itu turun dan melompati pembatas sekolah.

Tujuan mereka saat ini yang tak lain adalah karena tawuran di persimpangan jalan sepi, tempat yang dirahasiakan.

Seorang gadis tomboi juga ikut membolos, eksklusif untuk dia yang tujuannya bukan karena ikut tawuran tetapi hanya malas mengikuti pelajaran hari ini. Percuma saja duduk di kelas cuma diam sampai pulang sekolah, ah, itu cukup membosankan baginya. Andaikan saja ibunya tahu dan memahami sikapnya yang sebenarnya lebih suka homeschooling daripada sekolah umum.

Di saat hendak memanjat tembok sekolah yang lumayan tinggi, kakinya sudah lebih dulu ditarik seseorang yang tangannya lebih kekar dari tangan teman laki-laki seusianya, terpaksa ia melihat apa yang terjadi di bawah.

Cukup mengesankan, sayang seribu sayang. Tak sesuai rencana pak guru BK dengan perut tambunnya menjewer telinganya tanpa ampun ia jadi terenyak ke rerumputan hijau muda yang mulai memanjang.

“Pak ... Pak! Ampun Pak, awss ....” Aruna meringis kesakitan. Sudah ditebak gadis tomboi ini sudah gagal minggat dari sekolah, komplotan siswa tadi sudah melarikan diri sejauh mungkin.

Barangkali saat ini mereka sudah dalam keadaan babak belur karena tawuran. Idiih, ngapain juga gue mikirin mereka? Nasib gue nih ... Aruna menggelengkan kepalanya, keadaannya sekarang sudah cukup meyakinkan kalau dirinya pasti dihukum setelah ini.

Diseret ke ruang BK, Aruna duduk berhadapan dengan guru BK yang kini tengah membelalangkan matanya, terlihat mengerikan. Ada apa gerangan? Sudahlah pasti ia dimarahi habis-habisan karena telah melanggar aturan sekolah, siapa yang peduli? Aruna sudah biasa di ruangan itu atau lebih tepatnya ia langganan dari guru tersebut.

"Kamu ini bagaimana Aruna? Kamu itu sudah kelas 3 dan sebentar lagi akan tamat, kamu masih saja sering bolos. Pikirkan kedua orang tuamu ...."

Inilah awal pagi dari seorang gadis tomboi namun memiliki daya tarik yang cukup memesona, dia bernama Aruna Fea Andromeda yang selalu mendapat kemarahan dari Pak Kumar, sang guru BK.

Pak Kumar selalu saja mengomel panjang lebar setiap harinya. Dan ya, Aruna memang suka bolos, pemalas dan tukang tidur di kelas menunggu pelajaran Pak Kumar selesai. Begitu pun setiap harinya tanpa ada semangat belajar, yang dia mau hanya kesenangan belaka.

"Sekarang kamu pergi mengelilingi lapangan sepuluh kali putaran," perintah Pak Kumar. Dia sudah kehilangan kesabaran karena sikap perempuan satu ini yang sungguh berbeda dengan siswi lain.

Aruna terlonjak kaget, sepuluh kali? satu kali putaran saja sudah membuat jantungnya berdebar tak keruan apa lagi sepuluh?

"Tapi Pak ...."

"Sekarang!" teriak Pak Kumar. Dia sudah tidak mau lagi mendengar alasannya.

Dengan berat melangkah Aruna keluar dari ruangan Pak Kumar dengan tatapan gelabah. Hidupku benar-benar miris banget, ya ampun ... bisa-bisanya aku mendongkol dalam hati.

"Halo, permisi?" seorang laki-laki yang tampaknya seperti murid baru mendekati Aruna.

"Alah berisik, lagi bad mood nih." ia mengabaikan lelaki itu yang tampak kaget mendengar perkataannya.

Tanpa menoleh sedikitpun, Aruna berlari ke lapangan. Laki-laki itu menatap kepergian Aruna, bingung.

"Cantik," ujarnya sekilas.

"Hai, anak baru ya?" tanya seorang gadis berhijab putih dengan tag bernama Silvina. Gadis itu tampak anggun, disertai senyuman yang mekar di wajahnya.

"Iya, kenalin gue Haris," cowok bernama Haris itu mengulurkan tangannya.

Cewek bernama Vina itu tersenyum sekilas, "Vina," jawabnya dengan kedua tangannya terkatup di depan dada. Haris tersenyum canggung.

"Lo tau di mana ruang guru?" tanyanya, Haris tersenyum simpul.

"Oh, dekat kok dari sini. Gue juga mau ke sana, ayo sekalian gue tunjukin jalannya." katanya dengan ramah.

"Makasih ya,"

"Sama-sama." jawab Vina dengan senyumannya yang manis.

Sementara di lapangan, Aruna masih mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Masih ada 5 putaran lagi. Sejenak dia mengerlingkan matanya, melihat betapa luasnya lapangan sekolah ini. Bagaimana bisa dia menyelesaikan hukuman ini?

"Semangat! Aruna nggak kenal lelah!" teriaknya dengan tangan kanan terkepal ke udara. Lalu berlari sekuat tenaga mengelilingi lapangan dengan napas yang memburu. Detak jantungnya kembali terpadu dengan cepat.

Tanpa disadarinya ada seseorang yang sejak tadi tengah memerhatikannya dengan tatapan datarnya.

Ya, dia adalah ketua kelas Aruna. Yudha Alashka. Dalam hati ia berkata ketus, gadis itu sama sekali tidak mau mendengarkannya.

"Bodoh ...."

Terpopuler

Comments

Caramelatte

Caramelatte

jangan kasi kendor thorr
semangat terosss

2020-11-24

0

Nur Hidayanti

Nur Hidayanti

Haris... anak baru tapi Nekad abis

2020-11-22

0

📚 Inem tak di anggap (HIATUS)

📚 Inem tak di anggap (HIATUS)

Semangat lagi ya, Ina kasih boom like dulu 😄

2020-11-22

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1. Gadis Tomboi
2 Chapter 2. Gagal Bolos
3 Chapter 3. Kehidupan Aruna
4 Chapter 4. Haris
5 Chapter 5. Bolos Harian
6 Chapter 6. Menyukai, Disukai
7 Chapter 7. Nyaman Untuk Berteman?
8 Chapter 8. Keanehan
9 Chapter 9. Nge-gym
10 Chapter 10. Bertemu
11 Chapter 11. Keinginan Dari Seseorang Masa Lalu
12 Chapter 12. Stop To Be Tomboy
13 Chapter 13. Perubahan
14 Chapter 14. Ketidaksinkronan
15 Chapter 15. Pengakuan
16 Chapter 16. Pertanda
17 Chapter 17. Cemburu Yang Tersembunyi
18 Chapter 18. Berbeda
19 Chapter 19. Pengakuan Cinta
20 Chapter 20. Menyukai Haris
21 Chapter 21. Maaf, Tidak Bisa Menerima
22 Chapter 22. Dua Surat
23 Chapter 23. Letter Love To Aruna
24 Chapter 24. Pertemuan, Tiga Tahun Kemudian
25 Chapter 25. Rencana Yang Gagal
26 Chapter 26. Hadiah Dari Kata Menunggu
27 Chapter 27. Hal Yang Menyakitinya
28 Chapter 28. Terbelenggu
29 Chapter 29. Menentang Demi Cinta
30 Chapter 30. Mempertahankan
31 Chapter 31. Hal Yang Membingungkan
32 Chapter 32. Kebahagiaan Kecil Yang Hadir
33 Chapter 33. Sweet Couple
34 Chapter 34. Perubahan Pada Aruna
35 Chapter 35. Kedatangan Bu Ryota
36 Chapter 36. Ruang Kenangan
37 Chapter 37. Ikhlas
38 Chapter 38. Cinta Yang Dipaksa
39 Chapter 39. Pecahan Masa Lalu
40 Chapter 40. Rindu
41 Chapter 41. Bersama Kesayangan
42 Chapter 42. Iseng
43 Chapter 43. Bimbang
44 Chapter 44. Keputusan
45 Chapter 45. Pilihan
46 Chapter 46. Menguatkan Diri
47 Chapter 47. Kenyataan dan Kebenaran
48 Chapter 48. Perih
49 Chapter 49. Ingkar
50 Chapter 50
51 Chapter 51
52 Chapter 52.
53 Chapter 53
54 Chapter 54
55 Chapter 55
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
59 Chapter 59
60 Chapter 60
61 Chapter 61
62 Chapter 62
63 Chapter 63
64 Chapter 64
65 Chapter 65
66 Chapter 66
67 Chapter 67
68 Chapter 68
69 Chapter 69
70 Chapter 70
71 Chapter 71
72 Chapter 72
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Chapter 1. Gadis Tomboi
2
Chapter 2. Gagal Bolos
3
Chapter 3. Kehidupan Aruna
4
Chapter 4. Haris
5
Chapter 5. Bolos Harian
6
Chapter 6. Menyukai, Disukai
7
Chapter 7. Nyaman Untuk Berteman?
8
Chapter 8. Keanehan
9
Chapter 9. Nge-gym
10
Chapter 10. Bertemu
11
Chapter 11. Keinginan Dari Seseorang Masa Lalu
12
Chapter 12. Stop To Be Tomboy
13
Chapter 13. Perubahan
14
Chapter 14. Ketidaksinkronan
15
Chapter 15. Pengakuan
16
Chapter 16. Pertanda
17
Chapter 17. Cemburu Yang Tersembunyi
18
Chapter 18. Berbeda
19
Chapter 19. Pengakuan Cinta
20
Chapter 20. Menyukai Haris
21
Chapter 21. Maaf, Tidak Bisa Menerima
22
Chapter 22. Dua Surat
23
Chapter 23. Letter Love To Aruna
24
Chapter 24. Pertemuan, Tiga Tahun Kemudian
25
Chapter 25. Rencana Yang Gagal
26
Chapter 26. Hadiah Dari Kata Menunggu
27
Chapter 27. Hal Yang Menyakitinya
28
Chapter 28. Terbelenggu
29
Chapter 29. Menentang Demi Cinta
30
Chapter 30. Mempertahankan
31
Chapter 31. Hal Yang Membingungkan
32
Chapter 32. Kebahagiaan Kecil Yang Hadir
33
Chapter 33. Sweet Couple
34
Chapter 34. Perubahan Pada Aruna
35
Chapter 35. Kedatangan Bu Ryota
36
Chapter 36. Ruang Kenangan
37
Chapter 37. Ikhlas
38
Chapter 38. Cinta Yang Dipaksa
39
Chapter 39. Pecahan Masa Lalu
40
Chapter 40. Rindu
41
Chapter 41. Bersama Kesayangan
42
Chapter 42. Iseng
43
Chapter 43. Bimbang
44
Chapter 44. Keputusan
45
Chapter 45. Pilihan
46
Chapter 46. Menguatkan Diri
47
Chapter 47. Kenyataan dan Kebenaran
48
Chapter 48. Perih
49
Chapter 49. Ingkar
50
Chapter 50
51
Chapter 51
52
Chapter 52.
53
Chapter 53
54
Chapter 54
55
Chapter 55
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58
59
Chapter 59
60
Chapter 60
61
Chapter 61
62
Chapter 62
63
Chapter 63
64
Chapter 64
65
Chapter 65
66
Chapter 66
67
Chapter 67
68
Chapter 68
69
Chapter 69
70
Chapter 70
71
Chapter 71
72
Chapter 72

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!