"Dia anaknya Pak Danu ketemu waktu di pesta. Kenalan juga baru tadi pagi."
"Pak Danu itu, salah satu pemegang saham di kantor kita, bukan?" tanya Gea.
"Iya, tadi dia ikut rapat, gantiin bapaknya yang gak bisa hadir."
🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Waktu sudah menunjukkan pukul 19.30 Sesuai janji Doni akan menjemput sinta jam 20.30 Sisa waktu, Sinta gunakan untuk mengecek penampilannya.
Mengenakan dress selutut berwarna pastel yang dikirim Doni, tidak lupa sepatu yang berwarna senada. Rambut lurus Sinta dibiarkan tergerai.
Ada pesan masuk dari Doni di gawai Sinta. Doni mengabarkan bahwa, dia sudah menunggu didepan, lalu Sinta segera bergegas keluar.
Doni menatap Sinta agak lama. Sepertinya, dia terpesona dengan kecantikan sinta malam ini. Badan tinggi dan kulit putih, cocok dengan baju yang dia kenakan.
Segera, Doni membukakan pintu untuk Sinta. Sebelum Sinta menyadari, bahwa Doni terpana dengan penampilan Sinta.
"Sebenarnya, kita mau kemana, Pak?"
tanya Sinta, saat mobil mulai berjalan.
"Kerumah orang tua, Saya."
"Untuk?" tanya sinta, cepat.
"Sebenarnya, saya ingin meminta bantuan kamu. Mama ingin Saya membawakan calon mantu, kalu tidak saya akan di jodohkan dengan anak teman, Mama."
"Lalu?" Sinta mulai sedikit khawatir.
"Saya ingin meminta bantuanmu, jadilah pacar pura-pura saya."
"What!"
Ucapan doni barusan, membuat Sinta shok.
"Tolonglah. Saya tidak ingin dijodohkan," mohon Doni.
"Pak! Saya tidak ma,"
"Gaji kamu, saya naikkan dua kali lipat," potong doni cepat.
Semoga tawarannya berhasil.
"Baiklah, jika bapak memaksa."
Dasar! Wanita kalau masalah uang, pasti cepat koneksinya. Doni mencibir
dalam hati.
"Tugas kamu menjadi pacar Saya, hanya saat di depan orang tua dan saudara Saya."
"Itu mudah. Saya, sangat pintar berakting. Saya, pernah juara lomba Drama antar kelas." Sinta membanggakan diri.
Doni yang mendengar ingin tertawa, tapi diurungkan.
"Baiklah, jika itu mudah kau harus berakting se-natural mungkin."
Sinta hanya mengangguk.
Jalanan malam ini cukup lancar. Tidak memakan waktu lama, Doni dan Sinta sudah sampai di area perumahan mewah. Gerbang rumah tinggi nan kokoh, menyambut kedatangan Sinta dan Doni. Saat menginjakkan kaki di pelataran rumah, Sinta dibuat menganga, melihat rumah mewah dan besar di hadapannya.
"Pak, aku sedikit grogi!" ucap Sinta, sebelum memasuki rumah Doni.
"Pegang tanganku! Dan ingat. Saat didalam nanti, jangan panggil aku, Pak! Mengerti?"
Gadis itu mengangguk. Walaupun sedikit ragu, akhirnya Sinta menurut juga.
Sinta dan Doni, berjalan memasuki rumah orang tua Doni. Tempat pertama, yang Sinta lewati adalah ruang tamu. Di ruang tamu terdapat sofa besar, yang mengelilingi meja kaca dan terdapat lampu gantung kristal di atasnya.
Setelah itu, menuju ruang tengah dimana keluarga Doni sedang berkumpul. Terdapat juga, sofa dan TV layar datar berukuran besar.
"Assalamualaikum!"
Doni mengucapkan salam, menghentikan aktifitas keluarganya yang sedang ngobrol diruang tamu.
"Waalaikumsalam!" jawab mereka serempak.
"Kapan kau datang Sayang? Kenapa tidak menghubungi Mama sebelum kau tiba?"
"Baru saja, Ma."
Setelah itu, Doni mencium tangan Papa dan Mamanya diikuti Sinta.
"Wah, K
kau cantik sekali. Siapa namamu, Nak?"
Puji Sita, Mama Doni.
"Sinta, Tante."
Istri Pak Diharja masih sangat cantik, walaupun di usianya yang sudah menginjak kepala lima. Begitu juga, dengan Pak Diharja, masih gagah, walaupun rambutnya sudah ada yang memutih. Wajah Doni mungkin didapat dari sang ayah, karena mereka sangat mirip.
"Ayo, kita langsung makan saja!" ajak Pak Diharja."
Setelah itu, mereka pergi ke ruang makan. Sinta dapat merasakan, suasana keluarga ini sangat hangat.
"Jadi, sudah berapa lama kalian pacaran?" tanya Pak Diharja.
"Satu bulan, Pa!" jawab Doni, sambil mengunyah makanan."
"Pantas saja, kau tidak mau dikenalkan dengan anak sahabat Mama. Coba kau jujur pada Mama, pasti tidak akan di paksa!" gerutu Pak Diharja.
Sinta diam saja, biarlah Doni yang menjawab. Dia hanya, mengikuti alur cerita yang di buat Doni.
"Sudah! Sekarang Mama sudah sangat senang, Doni mau membawa pacarnya kesini," ucap tante, Sita sambil tersenyum.
"Berarti, kita tinggal menunggu kabar kapan Doni menikahi Sinta," celetuk Pak Diharja.
Sinta dan Doni yang sedang minum, langsung tersedak, mendengar ucapan Pak Diharja barusan.
"Wah, kalian sepertinya memang berjodoh, tersedak saja bisa kompak," sindir Sita.
Sinta yang mendengar ucapan Sita hanya geleng-geleng kepala.
"Kita baru pacaran satu bulan, Pa. Sepertinya, terlalu terburu-buru," ujar Doni.
"Terserah kalian saja! Tapi, Papa ingin kalian jangan lama-lama pacaran," usul Pak Diharja.
"Mama, juga setuju," sela Sita "Sinta malam ini tidur dirumah tante, ya?" pinta Sita dengan sedikit memelas.
"Tapi, saya besok harus bekerja Tante."
"Bolos satu hari juga tidak apa-apa, boleh kan Don?"
Sita berpaling menghadap Doni dengan mata sedikit melotot, agar Doni menyetujuinya permintaannya.
Kalau sudah begitu, tidak ada yang bisa melarang Sita. Dengan pasrah doni menjawab, "Iya..."
"Kamu tidur di kamar kakak perempuan, Doni. Letaknya bersebelahan dengan kamar, Doni. Nanti Tante antar, sekalian Tante pilihkan baju untuk tidur malam ini."
"Tidak perlu repot-repot, Tante. Saya jadi tidak enak"
"Tidak apa-apa, jangan sungkan. Kakak perempuan Doni, juga jarang pulang," sambung Pak Diharja.
Setelah selesai makan, Sinta membantu Bi Mimi membereskan meja. Bi Mimi adalah Asisten Rumah Tangga di keluarga Doni. Disini ada empat orang Asisten Rumah Tangga termasuk Security.
"Ayo, Tante tunjukan kamarmu," ajak Tante Sinta "Sisanya, biar Bi Mimi yang membereskan."
Setelah itu Sinta mengikuti langkah kaki Sita naik ke atas. Sedangkan Doni dan Pak Diharja melanjutkan obrolan di ruang tengah.
"Ini kamar kakak perempuan, Doni," tunjuk tante Sita.
Setela masuk Sinta mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar, matanya tertuju pada bingkai foto berukuran besar, yang didalam nya terdapat foto wanita cantik.
"Seperti, pernah melihat," gumam Sinta.
"Pasti kamu melihatnya di
majalah," sahut Tante Sita "dia seorang model," sambung tante sita.
"Cantik, mirip Tante," puji Sinta.
"Kau jangan terlalu memuji, nanti tante lupa daratan," ucap Tante Sita sambil memilih baju di lemari pakaian.
"Ini pakai, setelah itu istirahatlah."
"Apa kakak jarang pulang, Tante?" tanya Sinta.
"Dia baru pulang kemarin, karena sibuk dia hanya dirumah beberapa hari."
"Tante pasti sangat kesepian, karena dirumah hanya dengan, Pak Diharja."
"Maka dari itu, segera menikah dengan Doni. Agar kamu bisa menemani tante."
Sinta hanya menjawab dengan senyuman.
Tante Sita dan Pak Diharja sangat baik, dia jadi merasa bersalah karena ikut berbohong.
"Kalau begitu, tante keluar, ya. Tante juga sudah mengantuk."
Sinta hanya mengangguk sambil tersenyum.
Setelah itu, tante Sita keluar dari kamar dan menutup pintu.
Sinta pun bergegas untuk berganti baju, dan langsung tidur karena matanya juga sudah berat.
🍀🍀🍀🍀🍀🍀
Di kamar yang berbeda, Doni sedang memikirkan ucapan Papanya tadi.
Menikah? Apa dia mau? Sedangkan aku saja, belum pernah mengungkapkan perasaanku. Sepertinya, akan lebih berat juga, mengingat ada anak Pak Danu yang sepertinya menyukai Sinta. Lebih baik aku tidur saja, memikirkan masalah ini kepalaku jadi pusing.
Tengah malam, Sinta terbangun karena haus. Dengan mata yang masih mengantuk, dia turun ke dapur untuk mengambil air minum. Setelah minum, dia kembali lagi ke kamar.
Menaiki tangga dengan malas, Sinta menuju lantai dua, di mana kamar yang dia tempati berada.
"Kenapa kamar ini sangat nyaman?" gumam Sinta, sebelum kembali terlelap.
Dengan kondisi kamar yang sedikit gelap, karena hanya diterangi lampu tidur. Membuat Sinta tidak menyadari, bahwa dia salah masuk kamar.
Sama seperti seseorang yang tidur di samping sinta, terlalu lelap, hingga membuat dia tidak sadar ada seseorang yang tidur di sampingnya.
Matahari masih malu-malu untuk menampakkan diri. Sedang dua orang yang berada dalam selimut yang sama, masih merapatkan badannya dengan posisi saling berpelukan.
'Kenapa guling ini sangat nyaman, apa mama menggantinya dengan model baru?' Doni berbicara dalam hati.
Sinta yang juga merasa nyaman, mulai merapatkan pelukan.
"Guling ini sangat wangi."
Sambil mengendus leher Doni, yang dia kira guling.
Menyadari guling yang ia peluk bergerak-gerak, Sinta mulai membuka matanya.
Saat pertama kali membuka mata, yang ia lihat adalah sosok pria yang membuat harinya penuh kejutan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Siti Fatimah
😄😄😄😄
2021-01-02
0
Sunarti Ny Pangaribuan
😂😂🤣🤣🤣🤣🤣
2020-11-05
0
🍒 rizkia Nurul hikmah 🍒
selimut idup guling idup
2020-10-30
0