Bab 2

Pagi yang cerah, Sinta masih tidur. Padahal waktu sudah menunjukan pukul sepuluh, tapi matanya belum juga terbuka.

Suara ketukan pintu tidak mengganggu tidur Sinta, gadis itu malah semkin menenggelamkan tubuhnya didalam selimut. Karena tidak ada jawaban, lama kelamaan ketukan itu berubah menjadi gedoran.

"Ya, ampun! Ni, anak tidur apa mati, sih?" gerutu Gea kesal, di balik pintu.

"Nyampek panas nih, tangan. Gedor-gedor pintu, kayak rentenir mau nagih utang."

Gea berbalik dan menatap Doni yang sedang duduk.

"Maaf, Bapak harus menunggu lama. Sinta kalau hari libur tidurnya kayak kebo."

Doni hanya menanggapi dengan anggukkan, dia juga merasa kesal, jika harus berhubungan dengan kata "Menunggu".

Saat tengah berfikr, lampu di kepala Gea seketika menyala.

Ting!

"Aha, aku ada ide!"

Gadis itu menarik nafas dan membuang nya secara perlahan. Akhirnya, Gea berteriak.

"Kebakaran!!! Tolong!!!" Suara Gea menggelegar.

Sinta yang tadinya tidur pulas, seketika bangun karena mendengar triakan kebakaran.

"Mana kebakaran?" ucap Sinta panik dan berlari keluar.

Melihat Gea yang tertawa terbahak-bahak, Sinta lansung mengerucutkan bibir. Dia sadar sedang dikerjai.

"Apaan, sih! Ganggu tidur cantik gue."

"Yaelah, tidur cantik apaan. Iler lu, kemana - mana, tu!"

"Mau ngapain? Pagi-pagi udah bikin orang jantungan." Sambil ngalap iler.

"Cariin Pak Doni, tu!" Tunjuk Gea.

Doni yang sedari tadi berada dibelakang Sinta hanya berdehem. Sedangkan Sinta yang hanya mengenakan stelan tidur pendek tanpa lengan, reflek menoleh.

What! pak Doni ada dibelakang? Sejak kapan dia disini? Enak dong, dia ngeliat punggung ama paha mulus gue?

"Maaf, Pak. Tunggu sebentar!" Sinta yang malu, berlari menuju kamar dan menutup pintu untuk mengganti bajunya.

"Dasar, aneh! Gumam Doni, yang sedari tadi memperhatikan tingkah Sinta.

Setelah mencuci muka dan mengenakan baju yang cukup sopan, Sinta kembali keluar.

Gea yang tengah duduk menemani Doni akhirnya undur diri, melihat Sinta keluar dari kamar.

"Kalau begitu, saya permisi," pamit Gea, karena melihat Sinta keluar dari kamar.

"Bapak, ada perlu apa pagi-pagi mencari, Saya?" Tanya Sinta.

Donihanya menautkan alis.

Pagi dia bilang? Apa di tidak punya jam?'

"Saya ingin mengajak kamu mencari gaun. Nanti malam, kita harus menghadiri pesta ulang tahun Tuan Sanjaya."

"Saya?" Tanya Sinta, bingung.

"Kenapa. Kamu tidak mau?"

"Bu bukan begitu, Pak! Saya tidak pernah ke acara pesta besar. Saya takut mengecewakan, Bapak." Sinta berkata jujur.

"Lagian, biasanya bapak pergi dengan wanita-wanita, Bapak."

"Sekarang kamu mau atau tidak!"

"Baiklah, saya ikut."

 Sinta pasrah mengikuti perintah Doni.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Sampainya di butik, Sinta di buat takjub dengan interior butik yang sangat mewah.

"Ini butik atau istana?" Decak Sinta kagum, sambil melihat sekeliling butik.

"Selamat, siang! Ada yang bisa saya bantu?" ucap salah satu pegawai butik.

"Saya ingin cari gaun terbaik, untuk gadis ini."

"Baik Tuan, tunggu sebentar!"

Setelah itu, pelayan kembali dengan membawa sederet baju, yang berada di gantungan. Doni memerintah Sinta untuk mencoba satu persatu gaun itu.

Pelayan pun, mengantarkan sinta keruangan ganti. Setelah sampai, sinta lagi-lagi di buat menganga dengan desain ruang ganti.

"Butik dan ruang gantinya saja mewah. Kira - kira, berapa harga bajunya?"

Saat melihat harga yang tertera di gaun, sinta hampir saja terjatuh karena shok.

"Astaga! Yang benar saja, untuk sebuah gaun harus menghabiskan uang sebanyak ini? Kalau aku belanjakan di pasar Tanah Abang, bisa buka toko baju."

Dengan hati - hati, Sinta mencoba gaun-gaun itu. Dia takut merusak. Tidak lupa dia harus keluar untuk dinilai Doni.

Beberapa Gaun sudah di coba Sinta. Tapi tidak ada yang cocok di mata Doni.

Sinta merasa kesal, karena harus bolak balik ganti. "Aku yang memakai, kenapa dia yang ribet? Sudah berapa kali ganti. Kalau yang terakhir tidak cocok lebih baik aku pulang!"

Setelah beberapa menit, sinta keluar dari ruangan ganti. Doni bingung, kenapa sinta tidak mencoba gaunnya lagi.

"Kau, sudah selesai?"

"Sudah, Pak!"

"Kenapa tidak kau tunjukkan padaku, bajunya?" ucap doni, sedikit tidak senang. "Cepat coba lagi! Dan tunjukkan padaku."

"Bapak mau saya pingsan, karena kelelahan? Hampir semua gaun yang ada disini sudah saya coba." Sambil menunjuk seisi butik.

Menyebalkan sekali! lanjut Sinta, dalam hati.

"Bukankah, menyenangkan? Bahkan, kebanyakan wanita yang kulihat, bisa menghabiskan waktu seharian hanya untuk belanja."

"Mungkin itu wanita bapak! Bukan saya. Baju yang saya pilih sudah di kasir. Bapak tinggal bayar!"

Setelah itu, dia berlalu dari hadapan Doni. Biarlah Sinta bicara sedikit tidak sopan. Dia hanya terlalu lelah dan kesal.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

"Setelah ini, kita ke salon!"

"Bapak, tidak ingin memberi saya makan? Saya kira, pria seperti bapak tahu bagaimana cara memperlakukan wanita."

Doni tersenyum jahil kerah Sinta. "Aku pikir, kau tidak lapar."

"Bapak kira, saya robot!"

"Kenapa sifatmu sangat berbeda, jika diluar kantor. Kau sangat cerewet, atau jangan - jangan kau punya kepribadian ganda."

"Karena di kantor saya menghormati Bapak, sebagai atasan."

"Lalu kalau sekarang, kau menganggapku apa?" Tanya Doni, penasaran.

"Sudahlah, Pak! Saya lapar. Sudah tidak ada lagi tenaga, untuk debat dengan bapak."

Doni yang keheranan dengan sifat asli Sinta, hanya geleng kepala. Tidak disangka, gadis yang tidak banyak bicara saat di kantor, bisa jadi sangat cerewet.

"Mau makan, dimana?"

Tanya Doni setelah melajukan mobil.

"Yang penting ada nasi putih nya. Saya tidak mau makan daging panggang yang setengah matang itu."

"Maksudmu, Steak. Kenapa kau tak suka?"

"Saya hanya bisa makan, masakan yang benar-benar matang."

"Steak juga ada tingkat kematangannya."

"Terserah Bapak, lah! Intinya saat sedang lapar, saya hanya ingin makan nasi putih dan teman - teman nya. Kita ke warteg saja!" Ajak Sinta.

"Bapak tidak sakit perut 'kan, jika makan di warteg?"

"Tidak. Jika kau mau, kita akan ke warteg."

Sebenarnya Doni tidak yakin bisa makan di warteg. Tidak apalah mencoba, demi gadis yang diam-diam dia sukai.

Sampainya di warteg, Sinta langsung menunjuk menu yang dia inginkan. Doni juga melakukan hal yang sama.

Di meja Sinta makan dengan lahap. Doni yang diam - diam memperhatikan sinta, merasa takjub. Sinta itu apa adanya, tidak berlebihan. Juga sikapnya tidak di buat-buat. Jika di kantor, mungkin hanya sikap formalitas sebagai bawahan.

"Pak! Kenapa melihat saya seperti itu?"

"Saya ..." Kalimat Doni terputus, karena di potong Sinta.

"Saya ada salah, ya, sama bapak?" Potong Sinta cepat."

"Tidak, saya hanya tidak menyangka, ternyata makanan di warteg enak."

Ucap Doni.

"Ya, sudah cepat dihabiskan! Saya sudah selesai."

Baru kali ini, ada sekertaris yang berani kurang ajar dengan, Bosnya. Untung suka, kalu tidak sudah aku pecat, Dia. Batin Doni.

Setelah makan, mereka beranjak menuju salon. Hening, tidak terdengar suara Sinta. Saat Doni melirik, ternyata Sinta sudah tertidur pulas. Jangan lupakan mulut Sinta yang terbuka.

"Menakjubkan sekali, gadis ini. Setelah kenyang, dia tertidur. Kenapa beda sekali, saat berada di kantor?"

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Tiba di parkiran salon, Doni tidak langsung membangunkan Sinta. Dia memandangi sebentar, wajah Sinta yang tertidur pulas. Dengan bibir yang terbuka dan terdengar juga dengkuran.

"Sangat, tidak elegan. Tapi kenapa, aku bisa suka kepada gadis ini?"

Akhirnya, Doni membangunkan Sinta, dengan sedikit mengguncang bahunya.

"Bangun! Kita sudah sampai."

Sinta membuka mata, lalu diam sebentar untuk mengumpulkan nyawa.

Doni keluar dari mobil, di susul sinta dari belakang.

"Pak, kenapa sih, harus ke salon?"

tanya sinta, sebelum masuk.

"Untuk merubah kamu, jadi angsa yang cantik."

"Bapak pikir, saya itik buruk rupa?" Balas sinta, tak terima.

"Hai, Don!" Sapa Agus, pemilik salon "Sudah lama kau tak kemari. Siapa, dia?"

"Jangan banyak tanya! Dandani saja, dia."

"Ternyata sifatmu masih sama. Baiklah, akan ku berikan pelayanan terbaik."

"Aku tinggal sebentar." Setelah itu Doni keluar.

Saat sedang dirias Agus, Sinta

hanya diam.

"Kau beruntung, Nona."

"Maksudmu?" Sinta sedikit bingung.

"Selain mendiang istrinya, Doni tidak pernah membawa wanita, kesini. Sudah lama sekali. Sekarang dia membawamu kemari, pasti kau orang spesial."

"Tentu, bukan! Aku hanya sekertaris. Kebetulan, sebentar lagi ada acara. Aku harus temani pak Doni."

"Doni itu, orang yang cuek dan simple. Dia tidak mau repot, seperti ini."

Apa benar yang dikatakan, Agus?

Memang akhir-akhir ini, sifat Doni sedikit berubah.

"Wow! kau cantik sekali, Nona! Lihatlah, wajahmu di cermin. Tidak salah, jika Doni memilihmu."

Sinta merasa takjub, apakah ini benar dirinya?

"Ternyata, aku cantik juga."

"Ganti bajumu, Nona. Jika Doni tiba, nanti aku panggil."

"Memang, Pak Doni kemana? Kenapa, meninggalkan aku sendiri?"

"Aku tidak tahu!"

Setelah itu, sinta mengganti bajunya dengan dress, yang dia pilih tadi.

Setelah selesai, sinta duduk menunggu Doni, sambil membaca majalah yang tersedia.

"Dimana, gadis itu." Tanya Doni, yang baru tiba.

"Dia menunggu di ruanganku. Sebentar, aku panggil dulu."

Sebelum pergi Agus berbisik "Kau harus bertindak cepat, dia sangat cantik. Sebelum kau menyesal, jika dia di ambil orang lain."

Doni belum sempat menjawab bisikan Agus, pria setengah melambai itu sudah hilang di balik pintu.

Tak berselang lama, Agus keluar beserta sinta.

Doni terpana, melihat penampilan Sinta. Mengenakan slit dress, dengan potongan asimetris, mempertegas bentuk tubuh langsing Sinta. Tidak lupa, anting dan sepatu simpel, yang memberikan kesan elegan.

Sinta yang di perhatikan Doni, sedikit risih. Apa pilihan nya salah atau riasan nya seperti badut?

Ternyata, dia pintar juga memilih dress. Batin Doni.

Berdehem, untuk menetralisir jantung. Setelah itu, Doni mengajak sinta berangkat.

"Ayo, kita pergi!"

Sinta mengangguk, tidak lupa dia mengucapkan terimakasih kepada Agus, sebelum berangkat.

Terpopuler

Comments

Yesi Triyanto

Yesi Triyanto

don, lembut sedikit dong ama sinta pasti sinta juga suka dgn lho

2022-07-17

0

Erlin Aang Kunaefi

Erlin Aang Kunaefi

yg satu udh mulai suka,yg satunya LG ga Pekka...

2020-10-09

0

Nur Hayati

Nur Hayati

🥰🥰🥰

2020-09-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!