Bab 3

Pesta diadakan, di Hotel bintang lima. Mobil mewah, berjajar di parkiran. Saat akan memasuki aula, mereka di sambut oleh penjaga yang memeriksa setiap tamu. Suasana nya cukup meriah, karena di isi oleh penyanyi papan atas.

Jika dilihat, tamu-tamu yang datang hampir semuanya orang penting. Wajar saja, tuan Sanjaya adalah pengusaha yang sangat sukses. Anak cabang perusahaan, hampir tersebar di setiap kota.

"Cepat pegang lenganku! Nanti kau hilang." Perintah Doni.

Sinta sedikit kesal, tapi tetap menuruti perintah Doni. Mereka berjalan menuju Tuan sanjaya, setelah sampai didepan pemilik hajat, mereka sedikit basa-basi dan mengucapkan selamat ulang tahun. Bagi kalangan atas, ini bukan saja acara ulang tahun biasa, juga mempererat kerja sama antar perusahaan. Seperti perusahaan Doni, yang juga bekerja sama dengan perusahaan Tuan sanjaya.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

"Kapan, kau akan menikah lagi? Bukankah sudah lama, mendiang istri mu pergi?"

Tuan sanjaya sudah mengenal Doni sejak kecil. Orang tua Doni dan Tuan Sanjaya sudah bersahabat cukup lama.

"Aku belum memikirkannya, Om!"

"Jangan terlalu sering memberi harapan palsu kepada wanita."

"Aku tidak pernah memberikan harapan. Mungkin, mereka yang terlalu berharap." Doni mebela diri.

Memang benar, yang Doni katakan. Wanita-wanita itulah, yang selalu mengejar Doni. Sedangkan, pria itu tidak pernah menanggapi sedikitpun.

"Lalu, bagaimana kabar Anne sekarang?" Tanya Tuan Sanjaya

Anne adalah saudara kembar mendiang Lidya, istri Doni. Sinta sedikit tahu cerita tentang Doni dan Anne, dulu mereka hampir menikah, selang setengah tahun setelah kepergian Lidya. Anne yang membantu Doni lepas dari keterpurukan. Entah alasan apa, yang membuat mereka membatalkan acara pernikahan. Hingga saat ini, Anne tidak pernah terlihat lagi.

"Dia, di Italy," jawab Doni.

Wajah Doni sedikit berubah, saat Tuan Sanjaya membicarakan Anne.

Sinta yang dari tadi jadi penonton, akhirnya menginterupsi.

"Pak, saya mau ke toilet."

"Biar aku yang mengatar."

"Tidak usah, Pak! Aku bisa sendiri."

"Kau tau tempatnya?"

"Nanti saya bisa tanyakan pada  petugas." Doni hanya mengangguk tanda mengerti.

Setelah kepergian Sinta, Doni di todong dengan pertanyaan Tuan Sanjaya.

"Dari apa yang 'ku luhat, sepertinya, kau menyukai dia." Tuan Sanjay menatap mata Doni, menilai apa yang ada di dalam sana. "Menurut penulaianku, dia gadis yang cukup menarik."

Doni hanya diam, tidak menjawab pernyataan Tuan Sanjaya. Semua yang dikatakan Tuan Sanjaya memang benar, Sinta gadis yang menarik dan Doni menyukainya.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Setelah keluar dari toilet, Sinta ingin menghampiri Doni. Tapi niatnya diurungkan, karena perutnya terasa lapar. Dia baru ingat, terakhir makan tadi siang bersama Doni.

"Perutku perih sekalia. Sepertinya, cacing di dalam sana sudah mulai protes."

Gadis itu, mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Matanya berbinar, saat menemukan sesuatu yang bisa mengganjal perutnya. Langsung saja, Sinta melangkah menuju meja yang menyediakan banyak makanan di sana.

Mengambil beberapa potong kue dan minum. Sinta mencari tampat yang pas, untuk menyantap semua makanan yang dia ambil.

"Nikmat sekali, perutku yang dari tadi protes akhirnya bisa terisi juga." Ucap sinta riang, sambil menikmati makanannya.

"Bolehkah aku ikut duduk disini?"

Tanya pria, yang tiba-tiba muncul di hadapan Sinta.

"Di sana, kursinya penuh semua." tunjuknya. Sinta mengikuti arah telunjuk pria itu, benar saja kursinya tidak ada yang kosong.

Setelah itu, Sinta mengangguk, tidak menjawab karena mulutnya penuh dengan makanan.

"Kau datang sendiri?"

"Aku datang dengan Bos." Jawab Sinta, setelah menelan makanan. "Kau sendiri?"

"Aku hanya, menemani Papa." Pria itu, mengedarkan pandangan seperti mencari sesuatu. "Sebenarnya, aku malas berada di pesta seperri ini."

"Kenapa? menurutku sangat menyenangkan. Banyak makanan disini."

Sinta tidak tahu, jika pria di depanya adalah pemain wanita yang sangat handal. Dia malas berada di pesta, karena para wanita yang menjadi korbanya pasti akan langsung menghampirinya.

"Aku malas dengan wanita."

Sinta mengerjapkan matanya, seolah tidak mengerti dengan ucapan pria di depannya.

"Maksudku, bukan wanita sepertimu." Cepat-cepat dia memperbaiki ucapannya. "Dia yang suka memakai bedak tebal dan mulutnya berwarna, merah seperti habis menghisap darah.

Seketika, Sinta tertawa dengan ucpan pria yang duduk di depannya. Sedangkan pria itu, merasa terpesona dengan kecantikan yang Sinta miliki.

'Sangat natural.'

Setelah itu, obrolan mereka mengalir begitu saja. Sesekali Sinta tertawa, mendengar cerita lucu pria yang berada satu meja dengannya.

Doni yang sedari tadi bingung mencari Sinta, akhirnya menemukan gadis itu. Dia sedang berada di meja makan, membuat duda itu sedikit lega. Ketika menggeser tatapan, ternyata Sinta tidak sendiri, dia makan ditemani seorang pria.

"Siapa dia? Kenapa terlihat akrab sekali?" Keakraban mereka membuat Doni tidak senang. Bisa dikatakan, Doni sedang Cemburu.

Dengan tatapan datar, Doni menghampiri dua makhluk itu. "Kau kemana saja? Aku dari tadi mencarimu."

Seketika Sinta menoleh. "Maaf, Pak! perut saya terasa lapar, jadi saya lansung makan tanpa berpamitan terlebih dahulu."

"Ayo, kita pulang sekarang!"

Sinta tau ini perintah, bukan ajakan. Jadi, dia tidak bisa protes. Dengan menganggukan kepala, sinta berpamitan kepada pria itu. Sepanjang perjalanan keluar gedung, Sinta hanya diam.

"Jangan terlalu dekat dengan pria asing." Ucap Doni, setelah memasuki mobil.

Benar juga, bahkan Sinta belum mengetahu nama pria itu. "Tapi... Dia sangat lucu," batin Sinta.

"Iya, Pak!"

"Aku tadi panik mencari mu. Aku kira, kau tersesat." Doni masih fokus di balik kemudi. Tapi Sinta bisa merasakan, di setiap ucapanya ada nada marah. " jika, ingin pergi pamit dulu, supaya orang lain tidak bingung."

"Maaf, Pak. Sudah membuat Bapak panik." Sinta sungguh tidak enak hati, karena membuat Doni kebingungan. Gadis itu merasa bersalah, karena kecerobohan yang dia buat Bosnya jadi kebingungan.

Setelah itu, tidak ada pembicaraan antara meraka hanya suara klakson mobil yang saling besahutan. Selang satu jam, akhirnya mereka tiba di tempat kos Sinta.

"Terimakasih, sudah menemani saya hari ini." Ucap Doni, setelah tiba di kos sinta.

"Iya, Pak, sama-sama. Kalau begitu, saya turun, Pak! Ini sudah larut."

Setelah itu, sinta keluar dari mobil dan berlalu ke kamarnya. Doni hanya memandangi punggung gadis itu, hingga menghilang dibalik pintu.

🍀🍀🍀🍀🍀

Pagi ini, Sinta bangun agak kesiangan. Dia harus cepat-cepat mandi, lalu pergi ke kantor. Sebentar lagi ada rapat, pasti Doni marah jika Sinta telat.

Dengan terburu-buru, Sinta mandi dan berganti baju. Memilih outer warna hitam, di padukan dengan celana putih, membuat Sinta terlihat stylish. Sebenarnya, dikantor bebas mengenakan baju apapun, asal sopan dan tidak aneh.

Memasukan hape kedalam tas dan membawa semua yang di perlukan. Sinta segera mengunci pintu, lalu bergegas berangkat menuju kantor.

Sedang fokus menunggu angkutan umum, tiba-tiba ada mobil sport putih berhenti didepan Sinta.

Saat menangkap sosok pria yang kluar dari mobil, sinta sedikit kaget.

"Pria asing!" Gumam Sinta. Pria lucu, yang ada di pesta Tuan Sanjaya.

"Hai, Nona. Akhirnya, kita jumpa lagi. Sedang apa disini?"

"Aku sedang menunggu angkutan umum. Aku sedikit buru-buru, angkutan umum dari tadi penuh semua."

"Kalau begitu, biar aku antar." Tawar pria asing.

"Apa tidak merepotkan?"

"Tidak. Mau kemana?"

"Perusahaan, DIHARJA."

"Kebetulan sekali, kita satu arah."

Setelah itu, mereka memasuki mobil.

"Aku belum tahu namamu, Nona. Kemarin, kita belum sempat berkenalan."

"Namaku, Sinta. Lalu, namamu?"

"Panggil saja, Rama."

Sinta hanya mengangguk.

Perjalanan menuju kantor, tidak memakan waktu lama. Jarak antara kantor dan kost sinta hanya 1km.

"Terimakasih, Rama."

Setelah itu, Sinta turun dari mobil.

Sinta memasuki kantor, dengan sedikit berlari. Rapat mungkin sudah dimulai. Dan dia harus bersiap, menerima amukan Doni karena terlambat.

Saat memasuki ruang rapat, sinta kaget. "Ruangannya kosong! Apa rapat sudah selesai? Bagaimana ini?"

Sinta panik.

Setelah itu, dia berlari menuju ruangan Doni.

Mengetuk pintu sebentar, lalu masuk.

"Pak, maag. Saya terlambat," ucap Sinta takut.

"Tidak apa-apa, rapat juga belum dimulai."

Sinta dapat bernafas lega.

 

"Sekarang, siapkan laporan untuk rapat nanti."

"Baik, Pak!"

Semua sudah berkumpul di ruang rapat. Tinggal menunggu Pak Danu yang belum datang. Salah satu pemegang saham di perusahaan Doni.

Saat pintu terbuka, ternyata yang datang bukan Pak Danu. Melainkan, seorang pria muda yang tampan.

Sinta sedikit melotot. Doni pun sama, sedikit terkejut melihat pria itu berda diruang rapat.

Sinta mengenal pria itu.

"Rama....."

Kenapa Rama duduk di bangku, Pak Danu?

Apa hubungannya dia dengan pak, Danu?

Ucap Sinta, sambil berfikir.

Terpopuler

Comments

Kenzi Kenzi

Kenzi Kenzi

dikisah pewayangan,rama-shinta,berjodoh....disini,dikisah ini bgmn ya.....semoga saja,....

2021-01-12

0

Erlin Aang Kunaefi

Erlin Aang Kunaefi

Rama anknya pa Danu ya

2020-10-09

0

Yani Suyono

Yani Suyono

Rama dan Sinta...

2020-09-02

9

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!