Bab 4

"Sebelum rapat ini di mulai, saya akan memperkenalkan diri."

"Saya Rama, putra Bapak Danu. Papa saya tidak bisa hadir, jadi saya yang mewakili sesi rapat ini."

Rama memperkenalkan diri, sambil membungkuk hormat.

Semua orang yang ada di ruangan, mengangguk hormat.

"Silahkan duduk, Pak Rama!" Doni mempersilakan Rama duduk

"Mari kita mulai rapatnya!"

Saat rapat sedang berlangsung, tatapan mata Rama selalu mengarah pada Sinta. Doni yang melihat merasa kesal. Bukan karena Rama kurang profesional. Lebih karena, dia tidak suka ada yang menatap Sinta, selain dirinya.

Rapat selesai dengan lancar. Satu persatu dari mereka mulai keluar.

"Mau temani aku makan siang. Itung-itung sebagai ucapan terimakasih," ajak Rama

Doni tidak sengaja mendengar ajakan Rama. Sinta yang tengah membereskan kertas langsung berhenti, dan ingin menyetujui ajakan Rama. Sebelum dipotong oleh Doni.

"Istirahat nanti, kita harus bertemu klien di cafe. Saya; tunggu!"

"Mari, Pak Rama." Pamit Doni, disertai senyum.

Setelah berpamitan dengan Rama, Doni keluar dari ruangan rapat.

"Maaf, Pak Rama. Sepertinya, saya tidak bisa. Mungkin lain kali saya yang akan traktir, Bapak."

Rama sedikit kecewa, karena tidak bisa makan bersama Sinta.

"Tidak apa-apa, mungkin bisa lain waktu."

Lalu mereka keluar bersama. Setelah itu, mereka berpisah karena Rama harus pulang. Urusannya disini sudah selesai, jadi tidak enak jika harus berlama-lama.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Kini Sinta dan Doni sudah berada di cafe. Cafe yang mengusung gaya industrial, di tengah-tengah terdapat sebatang pohon. Sekaligus, menjadi green area yang segar.

Sinta sudah di pesankan makanan oleh Doni. Sinta sedikit bingung, seharusnya mereka menunggu klien dulu baru makan.

"Pak, bukankah kita menunggu klien dulu, baru makan." Tanya Sinta hati-hati, dia takut Doni tersinggung."

"Aku sudah lapar, cepat dimakan!"

Perintah Doni, tanpa menjawab pertanyaan Sinta.

"Dasar, duda menyebalkan!" gerutu sinta, dalam hati.

Setelah mereka selesai makan, Doni mengajak Sinta kembali kekantor.

"Lho, Pak, bukannya kita harus bertemu klien?"

"Tidak ada klien! Aku hanya ingin makan."

"Kalau hanya ingin makan, kenapa bapak harus membohongi saya?"

Aku hanya tidak, ingin kau pergi dengan Rama, batin Doni.

"Sudah jangan cerewet! Atau kau ingin kucium."

Ada yang aneh dengan Duda itu, apa otaknya sudah geser? Kenapa, ucapan nya jadi mesum.

 

Sinta yang sedang bengong kaget, karena tangannya di tarik Doni.

"Jika kau kesurupan, aku tidak tanggung jawab. Sambil menarik tangan kiri Sinta.

"Dasar duda menyebalkan." Sambil mengikuti langkah Doni yang lebar.

"Aku mendengarnya."

Sinta langsung menutup mulut dengan tangan kanan.

Sampai di kantor, Sinta langsung mengerjakan pekerjaannya lagi.

Sedangkan, Doni diruangan sedang menerima telepon dari sang Mama.

"Iya, Ma?"

...........

"Nanti pulang dari kantor, aku langsung kesana."

............

"Ma, jangan aneh-aneh!"

...........

"Anak teman Mama, yang mana? Aku tidak mau, jika harus menikahi anak teman Mama."

...........

"Biar Doni cari sendiri, Doni tidak mau dijodohkan. Kalau Mama masih memaksa, Doni tidak akan pulang."

........

"Ya, sudah! Doni tutup teleponnya dulu."

Setelah menutup telepon, Doni memberi perintah kepada Sinta, untuk membelikan mawar merah.

"Mawar merah, untuk siapa? Baru kali ini, Pak Doni menyuruhku untuk membeli bunga. Apa dia mau bertemu dengan wanita? Yang benar saja, padahal baru tiga puluh menit yang lalu, dia bilang ingin mencium aku. Dasar, Kadal!" Gerutu sinta sambil bersungut-sungut.

Setelah itu, sinta mencari bunga mawar merah untuk Doni. Tiba di toko bunga, sinta langsung meminta bunga mawar merah kepada pelayan. Saat akan membayar, ada tangan yang merebut bunganya.

"Aku bayar dua kali lipat, jika kau mau memberikan bunga mawar ini untukku." Ucap wanita, didepan Sinta.

Wanita itu, sangat cantik. Rambutnya panjang, badannya tinggi langsing, seperti model.

"Maaf, Nona. Tidak bisa!"

"Aku, mohon. Aku butuh bunga itu," ucap wanita itu memelas. Sinta sebenarnya kasihan, tapi lebih kasihan lagi, jika dia harus terkena omelan, Doni.

"Nona, bisa minta bunga yang lain pada pelayan. Maaf, jika bunga ini milik saya, pasti saya akan berikan. Tapi, ini pesanan Bos, saya takut jika nanti dipecat." Jelas Sinta, panjang lebar.

"Baiklah, kalu begitu," ucap wanita itu pasrah "Apa, Bosmu tampan," tanya wanita itu, lagi.

Sinta sedikit berfikir.

"Tampan, dia seorang duda, Tapi sayang dia galak dan menyebalkan. Jika Nona mau nanti saya jodohkan," ucap sinta bergurau, disertai tawa.

"Saya pergi dulu, Nona. Sudah ditunggu."

Wanita itu tersenyum dan melambaikan tangan.

Didalam mobil yang mengantarkannya, Sinta memikirkan ucapannya tadi.

"Yang benar saja, baru bertemu aku sudah ingin menjodohkan wanita itu dengan si duda galak. Jika ketahuan, mungkin aku langsung di tendang dari kantor. Tapi, wajah nya mirip dengan Bos, mungkin mereka jodoh. Tapi kapan akan bertemu wanita itu lagi? Namanya saja tidak tahu."

Setelah sampai dikantor, Sinta memberikan bunga itu kepada Doni.

"Buatkan, kopi!" Perintah Doni.

Sinta hanya menghela nafas panjang.

"Sebenarnya, aku ini sekertaris atau pesuruh." Gerutu Sinta, saat diluar.

Gadis itu langsung embuat kopi, dan memberikannya kepada Doni.

"Ada lagi, Pak?"

Doni hanya diam, tidak ada jawaban. Dia masih fokus pada laptop dan berkas yang menumpuk di atas meja.

Merasa tidak ada jawaban, sinta langsung keluar.

"Nanti malam, ikut aku!" Perintah Doni, saat Sinta berada di ambang pintu.

Untuk apa aku ikut, bukankah tadi dia beli bunga untuk wanita? Aku tidak mau, jadi obat nyamuk.

"Tidak bisa digantikan yang lain, Pak?"

"Tidak, bisa!"

Sinta keluar ruangan Doni, dengan lesu. Selain nanti jadi obat nyamuk, jadwal untuk nonton drama korea malam ini, juga harus di batalkan.

"Kapan, penderitaan ini akan berakhir tuhan!" Ucap sinta dramatis.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Sore itu, setelah pekerjaan selesai Sinta langsung pulang. Sebenarnya, dia ingin rebahan sambil streaming drama korea. Apalah daya, perintah dari sang Bos tidak bisa ditolak.

Baru mendaratkan badan di atas kasur, pintu kamar sinta sudah diketuk.

"Tidak adakah yang mengerti, jika aku sedang lelah." Sinta menggerutu sambil membuka pintu.

"Kenapa tu bibir di monyong-monyongin?" tanya Gea, sambil masuk kamar.

"Capek!" Jawab sinta singkat, sambil menjatuhkan badan di atas kasur.

"Gue juga capek, kali sin. Tapi bibir gue, gak nyampek monyong kaya punya, lu." Sambil melempar bantal kearah sinta.

"Gue capek ngadepin si Bos, ada aja perintah nya tiap hari."

"Namanya juga Bos, di maklumin aja. Selagi nyuruhnya nggak aneh-aneh."

"Iya nggak aneh, tapi dia suka maksa."

"Lu di paksa ngapain?"

Tok tok tok

Suara ketukan pintu, membuat Gea berhenti bertanya.

"Lu utang penjelasan, ama gue," ucap Gea, sebelum sinta membuka pintu.

Sinta kembali dengan membawa dua paper bag.

"Dari siapa?" tanya Gea, ingin tahu.

"Dari duda."

Gea lansung membongkar barang yang di bawa sinta. Jiwa kepo yang dimiliki Gea seketika menyala.

"Wah, lu abis dipaksa ngapain Sin sama si duda? Kok dikasih gaun sama sepatu. Lu di suruh dandan? Terus mau dipaksa lagi gitu, ya?" Tebak Gea dengan pikiran mesumnya.

"Nih otak, nggak ada bersih-bersihnya" Sambil melempar sandal ke arah Gea

"Dikamar mandi banyak sabun, Bersihin dulu otak lu."

Gea yang dilempar sandal hanya nyengir "Lagian, tadi lu bilang abis dipaksa sama Pak Doni."

"Kan, tadi gue belum selesai cerita. Gue disuruh ikut pak Doni, nanti malam. Gue mau nolak, tapi nggak boleh ama dia."

Gea hanya mengangguk-anggukan kepala.

"Nah ini baju disuruh pake entar malam, dia kirim pesan tadi," lanjut Sinta

"Kira-kira, lub mau di ajak kemana, sma pak Doni?"

"Gue nggak tau!"

Sambil berlalu ke kamar mandi.

"Entar dulu! Gue mau nanya lagi." Potong Gea "Tadi pagi lu di anterin siapa."

"Rama!" Sinta berteriak dari dalam kamar mandi.

"Siapa? Cowok lu ya? Kok nggak pernah cerita sama gue."

"Bukan!" Jawab sinta masih dikamar mandi.

Selang beberapa menit, Sinta keluar dengan mengenakan handuk. Dan Gea, masih setia menunggu Sinta.

"Kirain, udah balik ke kamar."

"Gue nungguin cerita lu. Kayaknya ini lebih hot dari cerita Lambe Tipis." Gea menyebutkan nama akun media gosip.

"Dia anaknya Pak Danu, ketemu waktu di pesta. Kenalan juga baru tadi pagi."

"Pak Danu itu, salah satu pemegang saham di kantor kita bukan."

"Iya tadi dia ikut rapat, gantiin bapaknya yang gak bisa hadir.

Terpopuler

Comments

BELVA

BELVA

bagus kaka 👍🙋

2020-10-24

0

Erlin Aang Kunaefi

Erlin Aang Kunaefi

jgn ada kesedihan ya thorrrr

2020-10-09

0

Nur Hayati

Nur Hayati

lanjut thor

2020-09-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!