Siang itu adalah hari ke empat setelah bencana mengerikan yang merenggut banyak nyawa terjadi, satu persatu warga yang mengungsi di rumah mirah mulai kembali kerumahnya masing masing untuk melihat kondisinya.
Para warga bergotong royong saling membantu untuk mulai membereskan semua kekacauan itu, banyak rumah yang tertimbun longsoran. Raut kesedihan tercetak jelas diwajah mereka, bagaimana tidak, bukan hanya kehilangan orang tercinta tapi juga harta benda ikut tiada.
Disebuah rumah salahseorang warga, yang bernama karja. Hari itu dia sangat sibuk membersihkan rumahnya dibantu beberapa orang warga, karena memang rumah itu terkena longsoran parah. ketika mang karja masuk kebagian dalam rumahnya ia begitu terkejut melihat penampakan tempat tinggalnya. Tanah, air dan batu kerikil tercampur menjadi satu memenuhi ruangan tersebut, bahkan banyak ikan yang juga terjebak diruang keluarga bahkan kamar.
Mang karja merasa sangat sedih karena ia kehilangan semua harta bendanya dengan lesu ia mulai mengeruk air dan tanah yang tercampur itu dengan peralatan seadanya.
Ketika sedang seriusnya ia bekerja tiba tiba pria paruh baya itu dikejutkan dengan sesuatu yang tak sengaja tersenggol kaki nya "Akh...!" pekiknya, seekor ikan gurame yang sangat besar tergeletak tak berdaya, ikannya masih hidup tapi lemah, sebab dia terjebak dilumpur, pria itu kaget sekaligus senang dengan rezeki nomplok yang dia dapatkan.
Dengan keadaan seperti itu bukan mustahil jika ikan ikan di kolam terombang ambing tak karuan akibat bencana yang maha dahsyat itu, entahlah ikan siapa itu yang jelas sekarang ikan itu menjadi milik mang karja.
Ia berencana akan menyerahkan ikan itu ke disah untuk dimasak, dan nantinya akan dimakan bersama sama warga lainnya. "Alhamdulilah," ucapnya. Ia pun segera mengambil ikan itu dan menyimpannya ke dalam ember yang tersedia, ketika sedang asyik dengan temuan ikannya tiba tiba mang karja teringat sesuatu yang membuat bulu kuduknya berdiri pria itu merasa takut, sedih dan menyesal.
Flashback*
Di sebuah rumah yang letaknya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal mirah atau lebih tepatnya tetangga an. Tok! Tok! Tok! Suara ketukan pintu terdengar nyaring.
"Ceklekk" pintu rumah pun terbuka, "siapa ya?" tanya si pemilik rumah yang diketahui bernama karja.
Terlihat seorang kakek yang badannya sudah membungkuk dengan pakaian lusuh yang melekat, ia memakai caping serta tongkat kayu ditangannya, mang karja memperhatikan dari bawah ke atas "Mencurigakan!" fikirnya.
Mang karja sama sekali tidak mengenal ataupun merasa pernah melihatnya ditambah dengan penampilan si kakek yang menurutnya agak aneh dan misterius.
"Cari siapa kek? dan ada perlu apa 'ya?" tanya mang karja sekali lagi.
Si kakek misterius yang ditanyapun seketika mendongakkan wajahnya, karena badannya yang membungkuk si kakek belum memperlihatkan wajah yang sejak tadi terhalangi caping yang ia pakai.
'Ah!' mang karja terkejut melihat wajah pria tua dihadapannya ini wajah pucat penuh keriput serta sorot mata yang tajam nan dalam, seketika bulu kuduknya pun meremang.
"Air...berikan saya air, saya haus!" ujar si kakek dengan suara serak dan dalam.
Mang karja yang ketakutan bukannya memberi air yang di minta si kakek ia malah mengusirnya dengan mengatakan bahwa dia tidak punya air.
"M-maaf kek, tidak ada air, kakek silahkan pergi saja!" usirnya.
Kakek itu semakin tajam menatapnya, diapun berkata... "Oh, begitu ya? kamu tidak punya air? baik' saya akan memberimu air yang banyak, kamu tunggu saja!!" ucapnya sambil berlalu pergi.
"Apa maksudnya kakek tua itu 'ya? ah sudahlah," gumam karja tak peduli.
Mang karja yang masih bingung dengan ucapan si kakek pun kembali masuk kerumahnya, dia merasa was was entah karena apa.
Flashback of*
Seminggu setelah kedatangan si kakek terjadilah bencana yang mengerikan itu, orang orang yang mengetahui cerita mang karja mempercayai bahwa si kakek sebenarnya adalah seorang utusan untuk memberi peringatan.
Sore hari setelah mang karja sedikit demi sedikit membereskan semua kekacauan di rumahnya, ia kembali ke barak pengungsian di rumah mirah, kemudian segera memberikan ikan gurame yang dia temukan tadi kepada disah untuk diolah menjadi makanan lezat.
Disah segera menerima ikan itu dan membawanya kedapur untuk dibersihkan kemudian dimasak, ia berfikir sepertinya enak kalau dimasak asam pedas, ketika sedang sibuk di dapur disah mendengar suara tangisan ratna manggala dengan cepat dia meninggalkan pekerjaannya dan pergi ke kamar untuk melihat bayi itu, sampai dikamar disah merasa lega karena bayi itu sedang dalam pelukan mirah.
"Kenapa dia nangis mir? kakak sampe kaget dengernya takut kenapa napa, habisnya dia nangis kenceng banget sih!" seru disah.
"Gak tau kak, lapar barangkali' nih mau aku kasih asi," jawab mirah.
"Ya sudah berikan sampai dia kenyang ya mir..."
"Iya kak..," mirah mengangguk dan tersenyum lembut.
"Kakak tinggal lagi ya mau melanjutkan masak ikan gurame," lanjut disah sambil melangkah pergi.
"Eh' tunggu kak! kakak bilang ikan gurame, ikan gurame dari mana?" mirah berfikir kolam ikan warga pasti sudah tertimbun longsoran dari mana kakaknya menangkap ikan.
"Itu lho mir...mang karja kan tadi melihat rumahnya yang tertimbun, namun, ketika dia membersihkan rumahnya secara tak sengaja menemukan ikan yang terjebak di lumpur, akhirnya dia membawa nya kemari lalu diserahkan kepada kakak untuk diolah, jadi semua orang bisa menikmatinya." jelas disah.
Mirah mengangguk,ia pun kembali memberikan asi kepada anaknya.
sepeninggalan disah mirah terus merenung memikirkan bagaimana caranya ia menghidupi dirinya dan anaknya kelak, tidak mungkin kan dia terus terusan merepotkan sang kakak, walau sebenarnya disah dan musa tidak keberatan menanggung kehidupan mereka berdua.
'Hah..' mirah mendesah, ia merasakan seolah beban berat menghimpit dadanya. Seandainya herman tidak berselingkuh dan meninggalkan dia, pasti semua akan baik baik saja.
Mjrah tidak akan dibingungkan dengan kehidupannya kedepan. Tak terasa buliran bening menetes di pipinya, ia meratapi nasib yang terasa begitu menyedihkan, sambil mengelus pipi gembul ratna mirah berucap "semoga kehidupanmu dilimpahi kebahagiaan ya nak' ibu berjanji akan bekerja keras untuk kebahagiaanmu, kita berdua adalah wanita yang kuat do'akan ibu selalu sehat dan sabar dalam menjalani ujian ini, cuma kamu harapan ibu satu satunya, kamu adalah permata hati ibu, penerang di saat kegelapan dan penopang disaat ibu sedang lemah dan rapuh. Kamu adalah sumber kekuatan ku nak." kembali buliran bening itu tumpah ruah begitu saja, mirah tak sanggup menahan cairan itu, dia memang sedang bersedih.
Sementara ditempat berbeda nun jauh disana seorang laki laki sedang merenung, fikiran nya melayang kepada wanita yang ditinggalkan ketika sedang hamil besar. Ada rasa bersalah menelusup si sudut hatinya terhadap wanita yang dulu sangat ia cinta, tapi rasa cinta terhadap selingkuhan lebih besar, sehingga dia rela bersikap egois.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments