Kisah pilu dua belas tahun lalu…
Tepat satu tahun lalu, adalah hari di mana Tn. Sanjaya membawa Clara masuk ke dalam kastil megah Goksel. Pernikahannya yang semula harmonis dengan istri dan juga anaknya sedikit demi sedikit mulai goyah.
Anak sulung Goksel dengan istri tercintanya Angela menjadi korban. Untuk pertama kalinya sejak tujuh tahun pernikahan mereka, dia meragukan darah dagingnya sendiri.
Anak itu bernama Lucio. dia adalah seorang anak yang periang dan juga cerdas. Lucio yang begitu manja dengan kasih sayang ayahnya perlahan mulai tergantikan oleh seorang anak yang muncul entah dari mana.
Ialah Raga Wibrata. Anak dari seorang kepala pelayan yang lambat laun diakui sebagai anak haram dari hubungan gelapnya dengan pelayan itu.
Pelayan itu adalah Clara. dia dipekerjakan sebagai designer pribadi Ny. Angela yang mengurus semua hal yang berhubungan dengan fashionnya.
Terlebih lagi putra sulung Ny Angela Lucio terlihat sangat dekat dengan putra Clara yaitu Raga. Mereka saling menyayangi dan menjaga selayaknya saudara kandung.
Satu tahun berlalu tanpa ada kecurigaan yang berarti di antara keluarga harmonis itu. Bahkan Ny. Angela telah melahirkan anak kedua mereka yang merupakan sepasang anak kembar laki-laki dan perempuan. Mereka adalah si kembar Rayden dan Jeana.
Sepasang anak kembar identik yang dianugerahi keelokan rupa turunan dari sang ibunda. Satu persatu luka mulai terkuak. Kepedulian Tn Sanjaya terhadap anak-anaknya memudar dan tergantikan dengan kehadiran Raga.
Ny Clara pun perlahan merangkak ke atas dan memulai statusnya sebagai tunangan sah dari Tn Sanjaya. Hingga pada suatu ketika keributan besar terjadi.
Raga dan Lucio yang tengah asyik bermain itu tiba-tiba saja bertengkar dan saling melukai satu sama lain. Lucio sebagai yang tertua berpikir untuk mengalah, namun Raga makin memperkeruhnya dan berakhir dengan mendorong Cio hingga terbentur ke meja dapur.
Kepalanya membentur meja cukup keras dan di atas nya ada sepanci air panas yang langsung mengguyur tubuhnya hingga memerah.
Ny Angela marah besar, tetapi Tn Sanjaya malah bisa-bisanya membela Raga dan tidak mempedulikan keadaan Cio. Dia hanya mencoba menghibur Raga yang tengah menangis. Dia tak melakukan apapun untuk Cio.
“Dia bukan anakku, untuk apa aku membelanya?” ujar Tn Sanjaya sambil meraih Raga ke gendongannya.
Ternyata ini, hasutan yang muncul dari seorang Clara hingga Sanjaya membenci anak-anaknya. Dengan perasaan penuh amarah Ny Angela akhirnya memutuskan untuk membawa Cio pergi ke rumah sakit. Untuk mengobati lukanya.
Dia menggendongnya dan mendekapnya sambil menangis histeris. Anak itu tidak sadarkan diri, tetapi tidak ada yang mau membantunya. Dia pun pergi dengan bertelanjang kaki berlari ke arah jalan raya dan mencari bantuan.
Itu adalah kali terakhir mereka melihat kehadirannya dan dia tak pernah kembali lagi apalagi muncul. dia bahkan juga meninggalkan sepasang anak kembarnya yang masih berusia enam bulan.
Karena itulah Tn Sanjaya menyerahkan Jeana kepada Adelio sementara Rayden, ia memilih untuk membesarkannya sendiri di bawah asuhan pembantu rumah tangga mereka. ia dibesarkan sebagai anak seorang pelayan. Dia menghapus semua kekerabatannya demi seorang pelakor yang baru saja muncul.
Kesalahan itulah yang selalu menghantui Raga selama dua belas tahun. Perasaan bersalahnya dan juga permintaan ibunya yang memintanya untuk bungkam perihal kebenaran. makin lama, makin dia melihat bayangan dari adik kembarnya, makin dia terbayang dengan kesalahannya pada masa lalu kepada kakak mereka. Raga kini dipenuhi dengan perasaan bersalah yang tertanam dalam dirinya.
"Andai aku tidak membuat masalah, maka mereka akan bahagia. Andai bukan karena ibuku, pasti mereka masih memiliki ibu." ujarnya membatin.
Raga sesungguhnya adalah anak yang baik. Namun dia selalu di kelilingi oleh mantra jahat. Mantra yang tak terbantahkan dari ibu kandungnya sendiri yang adalah seorang nenek sihir.
*****
Keesokan siangnya Raga kembali ke kamar gadis manis itu hanya demi melihat secercah senyum di wajahnya. dia tahu persis bahwa gadis itu selalu tersenyum untuk menyembunyikan jati dirinya. Sekalipun itu hanyalah topeng, tetapi senyum itulah yang telah menyembuhkan lukanya beberapa waktu belakangan.
Dia mengetuk pintu kamar Jea sebelum membukanya. Namun di luar dugaan, kamar itu sama sekali tidak terkunci.
Dia mengintip di sela pintu sebelum akhirnya mendendap masuk. Gadis itu tidak ada di kamarnya. Sekarang masih pukul 07.00 pagi dan dia sudah menghilang dengan keadaan pintu terbuka.
“Ke mana dia pagi-pagi sekali? Apa aku lupa mengunci pintunya semalam?” gumam Raga lirih.
“Dia pergi dengan asisten ayahmu untuk fitting baju pengantin.” Ujar Clara yang tiba-tiba saja muncul dan berdiri di belakang Raga.
“Apa yang kau renacanakan? Jangan libatkan dia! Bunuh saja aku, atau kau siksa aku untuk menggantikannya.” Bentak Raga dengan amarah yang langsung memuncak.
“Aku tidak akan menyakitinya. Kami hanya bermain, persis seperti yang dahulu kau lakukan kepada kakaknya.” Ujar Clara tersenyum licik.
“Apa maumu?” bentaknya kepada sang ibu.
“Oh Nak, mengapa membentak ibumu sendiri? Aku hanya bermain-main dengannya. Dia tak akan terluka. Tenang saja. Lagi pula dia pergi bersama saudara kembarnya.” Clara berlalu meninggalkan Raga sambil berpangku tangan.
Dia berhasil memancing emosi Raga mencapai puncak. “Aku sendiri yang akan membunuhmu jika kau sampai menyakitinya.” Teriak Raga.
Dia menghempaskan pintu hingga menimbulkan suara gebrakan yang begitu keras. Dia termenung beberapa saat dengan tinju yang sudah mengepal keras hingga buku-buku jarinya memutih.
Emosinya benar-benar menggelegar dan naik hingga memenuhi rongga dada serta kepalanya. Kepalanya terasa begitu panas dengan dada yang terasa penuh sesak. dia butuh seseorang untuk mengendalikannya saat ini atau dia akan berubah menjadi seekor monster.
“Kau tahu, itu salahmu! Jika itu bukan karena kau maka setidaknya dia akan bertahan. Aku hanya ingin mengusir ibunya. Dia parasut. tetapi jika anaknya ikut campur, maka mereka akan menderita bersama.” Bisik Clara. Sekelumit itu bahkan masih terngiang begitu jelas di kepalanya hingga kini.
Sekelebat bayangan masa lalu yang menggambarkan seberapa besar kesalahannya saat itu. Dan juga rencana yang Clara susun untuk menghancurkan keluarga itu.
Semua itu berbaur menjadi helaian benang kusut yang berputar di otaknya. Clara benar-benar telah menghancurkan ego dan juga emosinya. Semua bercampur aduk, dan serasa akan tumpah ruah.
Raga menggapai sebuah benda berpinggiran tajam dari atas nakas samping tempat tidur Jea. dia menangkap kehadiran benda itu dengan sorot mata tajam dan menenggelamkan ketertarikannya.
Itu adalah pecahan kaca. Jea membuat keributan pagi ini karena memecahkannya. Namun sayang karena dia belum membereskannya dan hanya meletakkannya di atas nakas. Maka itu sontak akan menjadi senjata tersendiri bagi amukan Raga.
“Jangan.” Lirih Jea perlahan sambil menggenggam tangan Raga.dia meraih kaca itu dan melepasnya perlahan dari tangan kakaknya itu.
Clara mengecohnya. Jea masih belum pergi. dia hanya berkunjung ke kamar Rayden karena sudah dilepaskan dari kungkungannya.
Dia mengajukan syarat kepada Clara untuk tidak lagi mengurung mereka di istana megah itu. Mereka hanya akan keluar dengan pengawalan dari para penjaga. Negoisasi yang berhubungan dengan keberlangsungan perusahaan. Kira-kira begitulah caranya menaklukan Clara.
Namun sayangnya Clara malah menggunakan moment itu untuk makin menekan putra semata wayangnya.
“Jangan lukai dirimu dan jangan lukai siapa pun. Aku tahu kakak orang baik. Aku sudah mendengar semuanya.”bisik Jea lalu meraih Raga dan memeluknya.
Pemuda itu terisak, menangis sejadi-jadinya dalam dekapan sang adik. dia juga sama. Clara bukan hanya menyakiti Rayden, tetapi dia juga menyakiti putra kandungnya sendiri. Dia benar-benar seorang iblis berwujud manusia.
Bagaimana bisa dia membuat semua orang tertekan secara mental dan kejiwaan dalam satu atap. Dia bahkan lebih gila dari seekor anjing gila sekalipun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments