Berita terpanas saat ini. Penyatuan dua keluarga media terbesar Goksel Kingdom dan Akeno Media. Keputusan terbesar sepanjang masa yang dibuat oleh Pemilik Goksel Kingsom Tn. Sanjaya Goksel dan juga Tn. Charles Akeno sebagai CEO Akeno Media.
Pernikahan Negeri Dongeng, yang akan diadakan di hari Ulang Tahun Putri Goksel yang ke dua belas tahun. Dia akan menikahi Putra semata wayang Tn. Charles Akeno yang bernama Aksara Akeno di usia muda. Usia yang hanya terpaut tiga tahun dan masih terbilang begitu muda untuk sebuah pernikahan.
Apakah ini merupakan Pernikahan Politik atau ternyata rumor seputar kedekatan mereka yang selama ini beredar adalah nyata.
Hal ini makin mengejutkan karena wajah dari kedua pasangan pengantin ini tak pernah terekspose ke media. Apakah keberadaan mereka di dunia nyata benar adanya? Atau mereka hanyalah sebuah boneka, yang dipasang sebagai wajah perusahaan.
“Kau dengar? Mereka meragukan keberadaanmu. Satu-satunya orang yang dikenal dari Goksel Kingdom adalah putri bungsu genius yang menduduki takhta putri mahkota. Kau tahu bukan apa tujuan kami memanggilmu?” ujar Clara ibu tiri Jea mencoba mengintimidasi.
“Apa pernikahan ini benar-benar harus terjadi Pa?” jawab gadis itu berlagak polos di depan sang ayah.
“Kau bisa melakukannya bukan? Demi kakakmu?” Tn. Sanjaya yang mengerti kelemahan Jea pun mencoba mengintimidasinya dengan cara yang sama.
“Oke, gampang. Asalkan aku mendapat posisi yang sesuai dengan peranku. Aku tidak ingin hanya bersandiwara di balik layar.” Jawab Jea angkuh. Sorot matanya langsung berubah seketika ketika menghadapi ancaman dari ayahnya.
“Kau hanya lembut di depan kakakmu ternyata. Pada kenyataannya, kau adalah gadis yang angkuh sama seperti ibumu.”
“Jangan membahas seorang yang tidak ada. Ini antara aku dan kau, jadi berhentilah melibatkan orang lain.” Tegas gadis itu.
“Jadi bagaimana caramu membantu kami? Dari yang ku dengar, kau sangat genius. Tidakkah kau memiliki rencana yang bagus?” ujar Clara memprovokasi.
“Adakan pemotretan megah dengan konsep negeri dongeng. Pernikahan ini akan berlangsung secara virtual dengan bantuan media. Aku benci penonton. Terlebih jika mereka hanya bisa berkomentar tanpa tahu landasannya. Persiapkan dengan baik, buat kami terlihat berbeda dari biasanya. Dengan begitu tak akan ada yang mengenali kami begitu ada di kehidupan nyata.”
****
Begitulah konsep pernikahan negeri dongeng mulai dipersiapkan sesuai naskah yang di susun oleh Jea. Gadis itu saat ini tengah di kurung di dalam kastil empat lantai layaknya seorang Rapunzel yang tak memiliki pintu keluar.
“Ku dengar kau begitu cantik. Ternyata benar.” Tegur seorang pemuda yang tiba-tiba masuk ke dalam sangkar emasnya. ia berkacak pinggang dengan separuh tubuhnya yang bersandar di ambang pintu
“Raga Wibrata Goksel. Kau pikir aku tak mengenalmu? Putra satu-satunya dari nenek sihir cantik, ‘Clara Wibrata’. Apa tujuanmu kemari? Apa kau juga ingin aku menundukkan kepala di hadapanmu? Sama seperti yang berusaha ibumu lakukan?” ujarnya tak bersahabat kepada pemuda itu.
“Kamarku berada persis di bawahmu. Barangkali kau merasa bosan, dan butuh seseorang. Kau bisa menemuiku.” Ujarnya berbasa-basi namun tak mendapat respons dari sang pendengar.
Raga menunggu cukup lama. Gadis itu kini tengah menatap keluar jendela. Sedari tadi, sejak dia masuk dan tak menoleh sedikit pun kecuali saat pemuda itu menegurnya tadi. Gadis itu masih tak bergeming hingga akhirnya ia mencoba untuk sadar diri dan keluar dari kamar itu.
“Kau sendiri tahu, jika pintu itu terkunci ketika kau masuk. Bagaimana bisa kau menawariku untuk keluar?” ujar Jea tiba-tiba membuat Raga terdiam.
Pemuda itu masuk dengan menggunakan kunci yang dia gunakan dari luar. Dia tak menyadarinya. Dia hanya mengira bahwa gadis itu enggan membukanya dan mencoba menerobos masuk dengan kunci master miliknya.
‘Kunci Master’. Sebuah benda yang membuatnya selama ini bebas berlalu lalang di dalam kastil mewah Goksel Kingdom.
“Oh, mereka mengurungmu di sini?” ujarnya terdengar gugup. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
“Kau sungguh tidak tahu? Lalu apa kau juga tidak tahu jika kakakku berada di ruangan lain rumah ini dengan kondisinya yang tak baik? Apa begini cara kalian memperlakukan manusia? Dengan mengurungnya seperti binatang!” Ujar jea memprovokasi mencoba mengorek informasi dari pemuda itu.
Gadis itu menoleh setelah meneruskan provokasinya. dia berjalan menghampiri Raga yang berada di sudut lain kamar megah itu.
Kamarnya begitu besar, sehingga membutuhkan begitu banyak langkah untuknya agar bisa menggapai pemuda itu.
“Aku melihatnya di kamar sebelah. Seseorang mengantarkan makanan kepadanya begitu aku masuk. Dia tampak pucat, dan tak memiliki emosi. tetapi bisa-bisanya mereka bersikap seperti iblis dengan mengurungnya kembali setelah itu.” Jawab gadis itu tepat di hadapan Raga.
“Dia akan mengamuk, jika kami tak mengurungnya.” Jawab Raga dengan nada sedikit meniggi seakan terprovokasi.
“Jadi kau benar-benar mengetahuinya?" lirih gadis itu dengan tatapan penuh makna.
"Ya?" nada suaranya lagi-lagi terdengar gugup.
Sesungguhnya dia hanya menerka. Dan siapa sangka bahwa terkaannya itu benar.
"Apa kau tidak pernah tahu apa penyebabnya?”
"Apa yang kau lakukan? Kau mencoba mempermainkanku? Berhenti mencoba memancingku!" bentaknya gusar.
"Bisa saja. tetapi kau tahu bukan siapa aku? Seharusnya kau juga bisa berpikir dengan bijak untuk memihak siapa. Aku tahu di rumah ini tak ada yang saling terkait. Kalian menjalani hidup kalian masing-masing bukan?" ujarnya makin memprovokasi.
"Apa yang ingin kau ketahui?" jawab Raga seakan terpancing.
"mengapa dia seperti itu? mengapa dia bisa mengamuk dan memiliki mental yang tidak stabil?"
“Kepegian Ibu Pertama yang meninggalkan kalian. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Aku masih terlalu muda saat itu. tetapi aku yakin dengan pasti tentang apa yang kulihat.”
“Apa yang kau lihat?” tanya Jea mencoba menggali informasi.
“Mereka bertengkar. Ayah dan ibumu. Ibu pertama pergi dengan seorang anak dalam gendongannya. Ibu pertama menangis dan anak itu tak sadarkan diri. dia pergi dan tak pernah kembali lagi.”
“Sejak itu dia tak pernah lagi tersenyum dan mulai mengamuk untuk saat-saat tertentu. Dia terus menangis tanpa mengatakan apapun. Ayah membawamu keluar karena itu. Alasannya untuk menyelamatkanmu. Aku tak pernah mendengar suaranya lagi sejak itu.” Jelas Raga yang terlihat seperti seorang yang bersalah.
“mengapa kau menunduk? Tak berani menatapku? Ada apa dengan tatapan itu, dia begitu kosong.” Ujar gadis itu lagi memprovokasi.
“Aku malu. Sebagai kakakmu, aku tak bisa melakukan apapun.” Lirihnya.
“Mau melakukan sesuatu? Untuk menebusnya.” Tanyanya dengan nada mengintimidasi.
“Apa?”
“Setiap malam datanglah ke kamarku. Bawa kunci master itu dan biarkan aku menemuinya. Kau akan berjaga di sini dan aku akan menemui kakakku diam-diam. Buat seolah tak pernah terjadi apa-apa. Jangan biarkan mereka mengetahuinya.” Jelas gadis itu.
“Apa kau benar-benar berusia dua belas tahun? mengapa kau bersikap seperti seorang dewasa?” tanyanya ragu sambil memberanikan diri untuk menatap ke arah gadis itu.
“Karena aku berbeda. Atau, mungkinkah aku istimewa.” Ujarnya lagi dengan tatapan yang dianggap Raga aneh.
“Baiklah, aku akan datang nanti malam.”
Raga gemetar. Dia langsung menutup pintu itu dan menguncinya dari luar. Dia benar-benar terintimidasi. Dia menangkap tatapan membunuh dari wajah Jea. Entah apa kebenaran yang berusaha dia sembunyikan. Tetapi dia tampak terpengaruh.
Dia pun mencoba pergi dengan tenang tanpa membuat siapa pun curiga. Masih dengan pikiran yang begitu kalut, dia melangkah ke arah kamar pribadinya dan mulai menenggelamkan diri di dalam selimut.
Dia meringkuk dengan sekelebat pikiran buruk yang terus menghantuinya. Tentu saja, kondisinya juga tidak baik. Tak ada yang baik dari rumah itu. Dan Jea mengetahuinya. Dia hanya sedang mencoba untuk menyelidiki semua lebih jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments