...Welcome to my story'...
.......
.......
...🍁🍁🍁🍁...
Vara sangat ketakutan saat para warga kompak ingin mengusirnya. Jika dia pergi dari rumah itu di mana dia akan tinggal.
Vara berusaha kuat, dia bangkit dan ingin menghadapi warga yang sedang marah. Dia tidak ingin menjadi wanita lemah yang selalu di tindas sesuka hati.
Sekarang dia hanya hidup sendiri jadi dia harus kuat dan tidak lemah, untuk menjaga dirinya sendiri.
Vara bangkit dan berdiri. "Kalian tidak bisa usir saya dari rumah saya sendiri. Kalian gak ada hak buat usir saya. Ini rumah kedua orangtua saya, kalian gak berhak usir saya!!" ucap Vara berusaha berbicara dengan warga.
"SAYA GAK PERDULI, POKOKNYA KAMU HARUS PERGI DARI RUMAH INI," teriak seorang bapak-bapak bertubuh gempal.
"SIAPA ANDA BERANI MENGUSIR SAYA?" teriak Vara sambil menahan sesak di dadanya.
"Kalian setuju kan kalo anak ini pergi dari rumah ini?" tanya pria itu pada warga lainnya.
"Iya betul, Vara kamu harus pergi dari sini. Kami gak mau terkena sial karena ulah abangmu," ucap salah satu warga.
Vara tersenyum kecut. "Jangan sok suci kalian! Kalian juga pasti pernah berbuat salah dan dosa, kalian gak bisa menghakimi saya seperti ini. Meskipun abang saya bersalah, kalian tidak berhak menghakimi saya mau pun abang saya, dan saya yakin abang saya tidak bersalah!" ucap Vara.
"Alaaaahh... udah usir aja jangan dengerin omongan dia. Udah jelas-jelas abangnya itu bandar narkoba atau jangan-jangan dia juga banditnya narkoba," ucap pria bertubuh gempal lagi, dia benar-benar seorang provokator karena ucapannya berhasil membuat para warga kompak setuju untuk mengusirnya.
Vara menatap pria itu, dia baru liat pria itu di daerahnya.
"Siapa dia?" pikir Vara.
"Iya benar, cepat seret dia," sahut warga lainnya yang sudah terprovokasi.
"Usir dia!"
Beberapa warga segera menyeret Vara.
"LEPASIN!!" teriak Vara.
Tapi tak ada yang menggubris Vara, mereka terus menyeret Vara sambil terus mengumpat Ishwar.
Tak lama pak RT dan dua hansip datang melerai keributan itu.
"BERHENTI.. BERHENTI.." teriak pak RT.
"Ada apa ini? Apa yang kalian lakukan?" tanya pak RT.
Vara terduduk sambil menangis, dia tidak menyangka kehidupannya akan setragis ini.
"APA-APAAN KALIAN INI? HAHHH.." teriak pak RT geram melihat kelakuan warganya.
"Kami mau usir dia pak," jawab salah satu warga.
"Astaghfirullah aladzim.." ucap pak RT.
"Apa hak kalian buat ngusir dia?" tanya pak RT.
"Apa kalian gak kasian, Vara sekarang hidup sendiri. Kalo dia pergi mau tinggal di mana dia, meskipun Ishwar jahat bukan berarti kalian menghakimi Vara. Apa bedanya kalian dengan orang jahat kalo begitu. Gak malu kalian?" ucap pak RT geram.
Warga terdiam membisu. "Sudah bubar-bubar, jangan ada yang ganggu Vara lagi, atau kalian saya laporkan ke polisi karena membuat keributan," usir pak RT.
Para warga saling pandang, lalu mereka pun bubar dengan perasaan kecewa karena tidak berhasil mengusir Vara.
Pak RT membantu Vara berdiri. "Kamu gak apa-apa kan neng?" Vara mengangguk.
"Makasih pak RT," balas Vara.
"Iya, kalo ada apa-apa bilang sama bapak ya," Vara mengangguk.
"Ya sudah kalo gitu bapak pamit dulu ya," Vara mengangguk lagi.
Pak RT pun pergi meninggalkan Vara. Vara kembali masuk, dia benar-benar tidak menyangka akan mengalami hal seperti ini.
Vara menangis menumpahkan rasa sakit dan sesak di dadanya.
...***...
Vara berjalan gontai di atas trotoar. Sudah sebulan berlalu sejak kepergian Ishwar, Vara baru berani keluar rumah.
Karena dia memang harus mencari pekerjaan untuk menghidupi kehidupannya sehari-hari. Untuk sementara ini dia tidak ingin memikirkan kuliah dulu, dia akan fokus cari uang untuk makan dan kebutuhan sehari-hari.
Padahal saat Ishwar masih ada, dia tidak pernah mengizinkan Vara bekerja. Tapi sekarang dia harus melakukannya karena kalau tidak dia akan mati kelaparan.
Dia harus berjuang untuk hidup agar bisa mencari orang yang sudah menjebak kakaknya.
Setelah berjalan lumayan lama, Vara mampir ke sebuah minimarket. Berharap di sana ada lowongan pekerjaan.
Setelah beberapa saat, Vara kembali keluar dengan raut wajah kecewa. Karena di sana tidak ada lowongan.
Vara tak menyerah, dia terus berusaha mencari pekerjaan. Dia kembali berjalan menelusuri trotoar di tengah teriknya matahari. Vara mendongakkan kepalanya menatap sinar mentari yang bersinar terang hingga menyilaukan mata.
Vara mencari tempat beristirahat dan berteduh untuk melepaskan penat. Panas terik matahari membuat dia cepat lelah dan berkeringat.
Vara mengibas-ngibaskan tangannya ke leher dan wajahnya, berharap bisa menyejukkan. Meski hanya sedikit angin yang berhembus dari kibasan tangannya, lumayan bisa menghilangkan sedikit rasa panas terbakar matahari.
Lalu Vara meminum air mineral yang dia beli di minimarket tadi.
Aahh..
Rasa sejuk mengalir deras masuk menerobos ke dalam tenggorokannya. Benar-benar nikmat serasa mendapatkan air ditengah gurun pasir.
Setelah cukup mengistirahatkan tubuhnya. Vara kembali beranjak dan berjalan, dia harus tetap semangat untuk mencari pekerjaan.
.
.
Vara merebahkan tubuhnya di atas kasur. Seharian dia mencari pekerjaan tapi belum juga dia mendapatkannya. Vara menghela nafas panjang sambil menatap lirih langit-langit kamarnya.
Rindu menggelayut di hatinya pada Ishwar. Dia tidak pernah menyangka akan di tinggalkan oleh abang kesayangannya itu.
Vara beranjak lalu dia mengambil sebuah amplop yang di berikan Ishwar sebelum hukuman mati di laksanakan. Di sana terdapat sebuah sketsa seseorang yang di buat Ishwar.
Menurut Ishwar dialah yang sudah menjebak dirinya saat di bandara. Karena saat di pesawat dan di bandara orang itu sangat mencurigakan, dia terus berdekatan dan mepet dengan Ishwar. Bahkan saat penangkapan itu, Ishwar sempat menoleh dan orang itu tersenyum melihat Ishwar di tangkap.
Entah bagaimana caranya barang haram itu bisa berada di tas dan koper Ishwar. Sepertinya orang itu memang sengaja menjebak Ishwar.
Vara memperhatikan sketsa itu. Dadanya bergemuruh menahan amarah.
"Gue pasti bisa nemuin loe dan gue bakal balas dendam, karena loe sudah buat abang Ish pergi!"
Tak terasa air matanya kembali menetes. Vara menaruh sketsa itu di nakas lalu dia kembali merebahkan tubuhnya di kasur.
Dia ingin segera menemukan orang itu dan mencari bukti kalo abangnya tidak bersalah. Meski itu tidak akan mengembalikan Ishwar tapi Vara ingin nama baik Ishwar di bersihkan agar Ishwar tenang disana.
"Abang, aku kangen!"
Setetes air mata mengalir dari pelupuk matanya. Lama kelamaan tetesan itu semakin banyak dan deras. Vara terisak dalam kesendiriannya. Dia benar-benar sendiri dan sebatang kara.
Vara menangis sampai akhirnya dia kelelahan dan terlelap. Dengkuran halus terdengar darinya, menandakan dia sudah lelap.
Biarkan jiwanya berisitirahat sejenak melepaskan penat yang sedang menggerogoti hati dan pikirannya. Sebelum akhirnya dia kembali berjibaku dengan rutinitas sehari-hari dan mencari orang yang sudah menjebak abangnya.
...Bersambung.....
Terima kasih yang sudah mendukung ku. Dukungan kalian sangat berarti untuk ku 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nasi Kaput
hadir.
2022-01-01
0
solin
semangat kak
2021-12-21
0
Jessica
semangat kk
2021-12-13
1