...Welcome to my story'...
.......
.......
...Happy Reading 📖...
...🍁🍁🍁🍁...
Hari ini adalah hari di mana Ishwar akan menjalani hukuman mati. Air mata tak berhenti mengalir dari pelupuk mata Vara. Dia tidak menyangka akan kehilangan Ishwar keluarga satu-satunya yang dia punya.
Vara duduk di sofa sambil memeluk lututnya dan matanya terus menatap ke arah televisi yang sedang memberitakan hukuman mati untuk Ishwar. Bahkan dia tidak bisa melihat abangnya lagi untuk terakhir kalinya.
Pertemuan di ruang sidang adalah pertemuan terakhir dia dengan Ishwar.
"Abang jangan tinggalin aku!" lirih gadis itu sambil menatap nanar ke arah televisi.
Tak lama Sere datang untuk menjenguk Vara. Dia sangat sedih melihat keadaan Vara yang sedang terpuruk dan hancur.
Dia juga sangat kehilangan Ishwar. Padahal Ishwar janji akan melamarnya setelah urusan di Batam selesai. Tapi justru kabar buruk yang dia terima.
Sere berdiri mematung di belakang Vara. Dia menangis tanpa suara, dia belum berani menghampiri Vara karena pasti sekarang gadis itu butuh waktu sendiri.
Sere berlalu ke dapur, dia lebih memilih memasak untuk Vara. Tapi air matanya tak bisa berhenti mengalir. Tiba-tiba dia ingat kenangan dirinya bersama Ishwar di dapur, saat dia sedang memasak tiba-tiba Ishwar memeluknya dari belakang dan mencium pipinya.
Dada Sere terasa sesak. "Sayang kenapa kamu tinggalin aku sama Vara?" Isak wanita itu.
Tiba-tiba dia mendengar suara tangisan Vara pecah di ruang tengah. Sere segera menghampiri Vara dan menenangkannya.
"Abang jangan tinggalin aku!" Isak gadis itu.
Tubuh Vara lemas dan akhirnya dia tidak sadarkan diri. Berita sudah menyampaikan bahwa Ishwar sudah melaksanakan hukuman mati, makanya Vara menangis histeris.
Sere tak kuasa lagi menahan diri, dia menangis sejadi-jadinya tapi dia berusaha kuat untuk menemani Vara. Meski dia juga sebenarnya sangat hancur, harus kehilangan laki-laki yang dia cintai.
Sere merebahkan tubuh Vara di sofa. Dia benar-benar tidak tega melihat keadaan Vara calon adik iparnya yang mungkin tidak akan terwujud lagi untuk menjadi adik iparnya. Tapi dia akan berusaha menjaga Vara seperti adiknya sendiri.
...***...
Tubuh Vara masih lemas, tatapan matanya kosong. Hari ini dia sedang menghadiri pemakaman sang kakak tapi meski raganya ada di sana tapi jiwanya entah ada di mana, seolah ikut mati bersama sang kakak.
Kepergiannya benar-benar menghancurkan perasaannya.
Hanya ada beberapa orang yang ikut membantu memakamkan jenazah Ishwar. Karena sebagian warga tidak sudi ikut membantu memakamkan bandar narkoba seperti Ishwar. Mereka malah saling menghujat dan mengumpat pria itu, dan mensyukuri atas kematiannya.
Setelah pemakaman Ishwar selesai, satu persatu para warga meninggalkan pemakaman. Menyisakan Vara dan Sere yang masih enggan beranjak, air mata masih setia mengalir dari pelupuk mata mereka.
Vara mengusap pusara sang kakak. "Aku janji bang. Aku akan cari bukti kalo abang tidak bersalah. Aku akan buktikan pada semua orang kalo Abang bukanlah orang jahat!"
Vara menangis sesenggukan dia tidak tau harus bagaimana menghadapi semuanya tanpa abangnya lagi.
"Tapi bang, apa aku bisa menjalani semua ini tanpa abang? Aku takut bang sendirian," lirih gadis itu dalam hati.
Hari menjelang sore. Sere mengajak Vara untuk pulang. Tapi Vara tidak mau pulang, dia masih ingin menemani abangnya.
"Kita pulang ya! Besok Vara bisa ke sini lagi!" Ujar Sere berusaha membujuk Vara.
Vara pun mau pulang. Sere membantu memapah Vara karena tubuhnya masih lemas. Mereka berjalan menelusuri pemakaman tapi tiba-tiba tubuh Vara semakin lemas dan akhirnya dia tidak sadarkan diri, tubuh Sere terhuyung karena belum siap dengan tubuh Vara yang tiba-tiba lemas akhirnya mereka terjatuh bersamaan.
"VARAA.." pekik Sere.
Sere memangku kepala Vara dan berusaha menyadarkan gadis itu. Tubuh Vara panas karena demam.
"Dek bangun dek!" ucap Sere sambil menepuk pipi Vara.
Sere menyapu pandangannya ke sekeliling pemakaman, berharap ada seseorang yang bisa menolongnya.
"TOLONG.. TOLONG.." teriak Sere.
Dia tidak tau harus bagaimana? Dia tidak kuat jika harus mengangkat tubuh Vara sendirian. Karena tubuh dia pun lemas dan tak bertenaga.
"TOLONG.. TOLONG.." teriak Sere lagi.
Tak lama datang seorang pria yang berpakaian rapi, sepertinya dia baru saja habis berziarah.
"Ada apa mbak?" tanya pria itu.
"Mas tolong, tolong adik saya! Dia pingsan!" jawab Sere.
"Ya sudah biar saya gendong!" ucap pria itu.
"Iya mas tolong ya mas dan terima kasih sudah menolong saya," ucap Sere dia sangat khawatir dengan keadaan Vara.
Pria itu pun menggendong Vara. Sere berjalan lebih dulu untuk menuntun pria itu menuju mobilnya.
Pria itu terus menatap Vara yang sedang di gendongnya.
Setelah melewati pemakaman mereka sampai di pinggir jalan. Sere menuntun pria itu yang sedang menggendong Vara menuju mobilnya.
Sere membuka pintu belakang mobilnya. Lalu pria itu membaringkan tubuh Vara di dalam mobil.
"Terima kasih ya mas sudah membantu saya!" ucap Sere. Pria itu mengangguk.
"Sebaiknya adik mbak di bawa ke rumah sakit, badannya panas!" ucap pria itu.
Sere mengangguk. "Iya mas sekali lagi terima kasih banyak, kalo begitu saya permisi!"
Pria itu mempersilahkan Sere untuk pergi. Sere bergegas masuk mobil dan melajukan mobilnya. Dia juga khawatir dengan keadaan Vara.
Pria itu menatap kepergian Sere dan Vara. Lalu dia pun meninggalkan area pemakaman.
...***...
Sudah sekitar tiga hari Vara di rawat di rumah sakit. Tubuhnya masih belum ada tenaga meski dia sudah sadar. Dia seolah tidak punya semangat hidup.
"Dek makan dulu ya!" ucap Sere.
Vara tak bergeming dia membisu dengan tatapan kosong, sambil sesekali memanggil abangnya.
Sere menghela nafas. Kalo Vara tidak mau makan bagaimana dia mau minum obat keadaannya tidak akan membaik.
Sere mencoba membujuk Vara lagi agar mau makan.
"Makan ya dek, biar adek sembuh kalo adek sakit kaya gini abang pasti sedih di sana. Abang pasti gak mau liat Vara sakit." bujuk Sere.
Mendengar ucapan Sere justru membuat air mata Vara mengalir deras. Vara terisak dan terus memanggil-manggil abangnya.
Sere pun tak kuasa menahan air matanya. Dia mengusap kepala Vara untuk menenangkan gadis itu.
"Abang jahat, kenapa abang tinggalin aku?"
Dada Sere terasa sesak dan berat, dia tidak tau harus bagaimana menghadapi keterpurukan Vara, karena dia pun merasa hancur dengan kepergian Ishwar.
Sedari tadi telpon Sere terus berdering, tapi Sere mengabaikannya. Dia tau itu pasti telpon dari papanya. Untuk saat ini dia ingin fokus sama Vara dulu, sampai gadis itu sembuh dan bisa pulang baru dia akan mengurus keluarganya.
Kalo perlu dia akan mengajak Vara tinggal di rumahnya agar dia tidak sendirian. Setelah merasa lelah, akhirnya Vara kembali terlelap. Mungkin hatinya kelelahan karena terus menangis dan memikirkan Ishwar.
Sere pun merasa lelah. Setelah menyelimuti Vara dia beranjak ke sofa dan membaringkan tubuhnya di sana.
...Bersambung.....
...Jangan lupa ya dukungannya. Like dan komennya kan gratis 🤗...
...Kalo punya tabungan Vote dan poin kasih aja biar gak nangis authornya. 😂😂...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Nurliana Saragih
masak tanpa bukti langsung dihukum mati, kasian lah Thor Ishwar,gak dapet keadilan tau2 dah mati.
😤😤😏
2022-01-07
0
solin
mampir kak
2021-12-21
0
El. Lyra
vara kuatt yaa
2021-12-12
1