Waktu beranjak malam, Kiran sudah memperlajari beberapa hal hari ini, ia pun sudah naik ke atas ranjang, memiringkan tubuhnya memeluk sendiri tubuhnya.
Luke mengulas senyuman, melihat Kiran yang bukannya membuka bad cover ranjang malah menimpanya, lalu dia kedinginan sekarang.
Luke melihat lagi kemudian, gadis itu membuat sendal hotel begitu berharga, ia letakkan dengan posisi berdiri disebelah nakas.
Luke mendadak tertawa mengingat kata-kata Kiran dia akan membawa pulang sendal itu dan membawa sepasang lagi yang dilemari untuk dirumah biar orang tahu dia pernah masuk ke hotel.
Keinginan macam apa itu....
Luke segera bangkit dari tempat duduknya lalu menarik selimut tebal Kiran dan menutupi tubuh gadis itu. Kiran menggeliat ia mengigau.
"Ibuk!! Ine...!! besok kakak gajian mau makan apa?"
Betapa Luke bisa menangkap jelas, gadis kecil ini memiliki hati sebersih kapas, Ibuk dan Ine itu adalah keluarga tirinya namun ia memperlakukan mereka sangat baik sekali.
Luke kemudian pun ikut tertidur juga di tempat lain, ia tidak jadi menemui rekan-rekannya yang berasal dari Madrid juga dan seorang paman yang merupakan adik dari mendiang sang ayah yang menetap lama dan sudah menikah dengan warna negara Indonesia. Berharap bisa membantunya jika terjadi apapun atau ada masalah.
...*** ...
Menjelang pagi Kiran menggigil pendingin udara begitu seakan mengusik tidurnya, ia melihat pada waktu ini sudah pukul 6 pagi, Kiran terus menggulung dirinya dalam selimut namun sama sekali tidak merubah apapun ia masih begitu menggigil dan bahkan ingin muntah sudah masuk angin.
Howekkkkkkkkk.....
Kiran berlari-lari ke kamar mandi, ia segera memuntahkan semua isi perutnya disana, sontak saja Luke yang masih terpejam pulas seketika bangkit. Dan segera kekamar mandi berdiri di ambang pintu.
Hoeekkkkkkkkk....
Dengan jelas Luke melihat Kiran muntah-muntah namun ia segan untuk masuk kedalam sana, Luke segera membuatkan Kiran air panas dan ia bergegas menyalakan pemanas air dikamar itu.
Tidak lama Kiran pun keluar dengan langkah tertatihnya dan lemas sekali, wajahnya begitu pucat seperti tidak dialiri darah. Segera Luke pun mendatangi Kiran.
"Kenapa?"
Kiran mengusap tengkuknya, menggerakkan kanan kiri pada leher, "Dingin sekali kamar ini, kepalaku sakit, mual..."
Luke segera menetralkan pendingin udara disana lalu meminta Kiran untuk duduk, "Minumlah tea nya, aku akan keluar cari makanan hangat mungkin perutmu bisa diisi."
Segera Kiran menegak, "A-aku ikut! atau aku pulang saja, bapak pagi-pagi seperti ini tidur sampai nanti tengah hari, aku bisa kembali kerumah sebentar sekalian mahu lihat keadaan."
"Kau yakin?"
"Hemmmm... "
...*** ...
Tidak menunggu keduanya pun keluar dari hotel, beberapa kali Kiran sendawa, ia juga terlihat lemas sekai membuat Luke kasihan dan tidak tega. "Kita berpisah disini saja Om, makasih sudah memberikan saya pertolongan dan tempat menginap."
"Saya hantarkan sampai rumah."
Kiran menggelengkan kepala, "Rumah saya tiak jauh dari sini, perkampungan 5 kilo meter dari sini tepat dibelakang pasar besar disana, hanya perlu naik angkutan umum sebentar saja."
"Saya tidak akan kerumah kamu, hanya menghantarkan saja sampai depan rumah setelah itu selesai."
Sudah tidak sanggup lagi berbicara dan banyak bertindak, Kiran pun menurut begitu saja. Menggunakan sebuah angkutan umum dengan seorang supir yang berteriak-teriak keduanya masuk kedalam angkot itu.
Luke sedikit bergidik yang mana ia duduk terlalu manis namun angkot terus melaju kencang membuat dia seakan ingin terbang, Luke terus berpegang pada pegangan besi di atas jendela angkot itu, wajahnya tampak ketakutan mendapati sensasi naik angkutan kota seperti pembalap ini.
"Tidak bisakah supir itu bersikap lembut dan tidak balapan?"
Kiran tidak lagi bisa menyahut tukang angkot membuat dia semakin mual, "Entahlah--" Howeekkkkkkkkk!!"
"OH aduh mister bilang sama wanita anda jangan muntah disini, aduh! aduh! mobilku baru mandi dia, tolong kerja samanya, oh ini plastik muntah dipelastik saja!" Tukang angkot itu mengeluarkan 2 buah gorengannya segera memberikan Luke kantung.
Kiran menolak dengan tangannya, "Turun saja! nggak sanggup lagi!"
"Stop!" ucap Luke yang takut atas sensasi naik angkotan itu namun juga panik melihat Kiran yang terus saja akan muntah.
Keduanya pun turun dipinggiran jalan, Kiran segera memuntahkan isi perutnya lagi kini Luke mencoba membatu dengan memijati tengkuknya, "Maaf... " ucapnya sopan.
Howeekkkkkk....
Muntahnya kali ini lebih parah namun Kiran merasa jauh lebih baik sebab ia merasa lega setelah muntah, "Sudah Om, rumah saya masuk kedalam gang itu, saya pulang sekarang aja..." seulas senyuman terbit dari bibi Kiran, "Maaf merepotakn, terimkasih banyak ya Om, sampai jumpa lagi, semoga Om berhasil bertemu calon istri Om itu."
Luke segera mengeluarkan sebuah kartu nama, ia merasa kasihan dan tidak tega pada Kiran, masalahnya belum selesai, orang tuanya itu pasti akan terus membuatnya ketakutan.
"Jika butuh bantuan dan aku masih disini, mungkin aku bisa membantu." ucap Luke tulus pada gadis itu.
Air muka Kiran memperlihatkan kekhawatiran namun ia masih bisa tersenyum atas kebaikan Luke, beruntung sekali calon istrinya memiliki dia, mau mencari sampai ke tepat yang jauh dari negaranya lalu mau menolong siapapun.
"Makasih banya ya Om... " Ambil Kiran kartu nama dari Luke dan bungkusan yang dia bawa dari hotel , melemparkan senyuman melihat pada wajah tampan Luke lalu ia segera melangkah pergi dari sana.
Luke pun bergegas pergi, begitu banyak hal yang akan dikerjakan saat ini, "Semoga kau akan selalu baik-baik saja kucing kecil." Luke menoleh lagi kebelakang dan Kiran sudah tidak terlihat lagi mungkin sudah berbelok kesebuah gang.
.
.
.
.
.
.
Like dan komentar!!!⚠️⚠️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
T€RL∆NJURG∆L∆U
astaga 🤣🤣🤣🤣🤣
2023-10-24
0
Bungas Dhin
Pengen nonton F1 gretongan?? Liat ajah angkot pas lageh ngetrek, wkwkwwkk
2023-07-26
0
Vlink Bataragunadi 👑
heh! aku juga ky gt kaliiii wkwkwk
2023-01-13
0