Ara

HAPPY READING All

.

.

.

Suasana di kota dan di desa memiliki perbedaan yang besar, jika di kota mungkin saat ini Nolan tengah terjebak macet di dalam mobil sambil memangku laptop dan dengan otak yang terus berputar. 

Sedangkan saat ini ia tengah berjalan santai ditemani Ujang dengan suasana asri, lalu disapa banyak para warga yang berbondong-bondong pulang dari membajak sawah.

Kampung Jambu ini tidak terlalu luas hanya ada sekitaran 800 kepala keluarga, dengan mayoritas berprofesi sebagai petani dan peternak. Rasa kekeluargaan masih begitu kental yang membuat orang mudah merasa nyaman jika berlama-lama disana.

"Kita duluan ya jang!" Teriak 2 remaja yang tengah berboncengan memakai sepeda tua. 

"Mereka teman-teman saya di sekolah pak" ucap Ujang di angguki Nolan.

"Kita duduk dulu pak, menjelang magrib pemandangan disini indahnya bukan main" ajak Ujang seraya menarik tangan Nolan untuk duduk di batu besar tepat di pinggiran pelang sawah.

Jujur saja sebenarnya Nolan ingin menolak, tapi melihat raut wajah cerah Ujang yang begitu antusias membuatnya mau tak mau mengikuti langkah remaja itu. 

Menolak tak enak, dituruti ia merasa kesal. Membingungkan….

Apa tidak ada tempat duduk lain? Oh ayolah sepatu dan celana panjangnya terkena lumpur sawah, bagaimana jika ada lintah? Atau mungkin ular? Melihat tak jauh dari batu besar itu ada semak-semak berair

"Jadi guru baru yang dibilang kepala sekolah kemarin itu bapak?" Tanya Ujang setelah memastikan Nolan duduk di sampingnya.

"Hem"

"Pasti besok para anak perempuan kelepek-kelepek sama bapak"

"Saya tidak tertarik sama sekali" jawab Nolan singkat dengan sesekali menepuk bagian celananya.

"Tapi kalau sama dia gimana pak?" Tunjuk Ujang pada si kembang desa yang tengah membawa rantang makanan di tangan kanannya.

"Kalau bisa nih pak besok itu anak gadis orang langsung saya bawa ke KUA, cantiknya itu lho pak gak ngebosenin kalau dipandang lama-lama. Udah cantik, rajin, baik lagi"

Tidak ada jawaban dari Nolan, pria tampan dengan tahi lalat di atas bibir itu masih terpaku memperhatikan gadis berambut panjang di kepang dua dengan baju model kebaya tahun 80an yang terlihat mulai usang, dipadukan dengan kain selutut yang membuat tampilannya terlihat cantik.

Benar kata Ujang jika di perhatikan lekat-lekat gadis belia ini memang tidak membosankan jika dipandang lama-lama.

"Pak.. pak... Bapak!!!" Teriak Ujang mengagetkan Nolan.

"Hem"

"Jangan pandangin calon istri saya begitu lho pak. Bahaya kalau dia suka sama bapak, kalau bapaknya cici tau pasti itu pak kumis langsung ngasih restu" kesal Ujang menghentak-hentakkan kaki kesal.

"Kenapa begitu?"

"Karen bapak PNS!!"

Mendengar jawaban Ujang sontak saja membuat Nolan tertawa lebar, yang benar saja. Sejak kapan dirinya PNS?

"Dasar remaja" kekeh Nolan mengusap kepala Ujang.

"Ayo antar saya pulang, besok kamu jangan lupa jemput saya. Takutnya nanti saya tersesat bukannya ke sekolah malah masuk kedalam hutan" canda Nolan di angguki Ujang meski remaja berkulit gelap itu terlihat lesu.

***

Paginya...

Seperti  yang sudah di janjikan kemarin, pagi-pagi buta Ujang sudah menunggu Nolan di teras rumah.

"Sarapan dulu jang" tawar Nolan, seraya meletakkan roti yang sudah di olesi selai  dengan secangkir susu coklat kehadapan ujang.

"Ini sarapan pak?"

"Bukan itu batu bata" jawab Nolan asal, yang benar saja pertanyaan macam apa itu tadi? 

"Pak sarapan itu harus pakai nasi, ini mah ngemil mana kenyang"

"Terserah kamu saja lah, tunggu sebentar saya ke dalam dulu"

"Oke pak siap. Ini saya makan ya pak"

Tidak lama hanya sekitar 5 menit Nolan sudah kembali, di lihatnya ujang tengah mengobrol bersama salah satu petani yang hendak ke sawah. 

Sedangkan roti dan susu yang tawarkan tadi sudah habis tanpa sisa. Secepat itukah si pemuda banyak bicara itu makan?

"Sudah pak?"

Jarak rumah Nolan ke sekolah mungkin hanya 15 menit, itu pun ditempuh dengan berjalan kaki, jika memakai kendaraan mungkin akan memakan waktu yang jauh lebih lama. 

Mengingat kondisi menuju sekolah melewati jalan setapak yang bergelombang.

"Welcome to SMANSA!!!" Ucap Ujang merentangkan tangannya saat mereka tiba di depan gerbang utama sekolah.

"Mari pak saya antar ke ruang guru"

"Hem"

Pasang mata terutama para gadis sedari tadi memperhatikan Nolan penuh kekaguman, sepertinya Nolan akan menjadi guru Favorit mereka untuk kedepannya.

Wajahnya yang tampan dan macho, dengan kemeja hitam membuat tampilan pria matang itu semakin terlihat hot saja.

"Benarkan apa yang saya bilang kemarin, paka pasti bakal jadi artis dadakan" celetuk Ujang membuat Nolan geleng-geleng kepala pelan.

Setelah mengantar Nolan sampai kedepan pintu ruang Guru, Ujang pamit menuju kelasnya. Meninggalkan  Nolan yang mulai mencoba mendekatkan diri para rekan kerjanya.

Mata elangnya pun sedari tadi juga turut memperhatikan gadis yang tak asing di matanya. Gadis yang kemarin sempat ia perhatikan bersama Ujang yang kini tengah mendapat arahan dari kepala sekolah terkait lomba Matematika. 

"Pak Nolan bisa pergi bersama Cici kebetulan dia siswi kelas 12 MIPA 1" ucap kepala sekolah.

"Mari pak" 

Suara lembut penuh kehalusan terdengar di telinga Nolan.

"Hem iya"

"Siapa nama lengkap kamu?" Tanya Nolan di sela sela langkah kakinya.

"Cici Larasati, bapak bisa memanggil saya Cici"

"Bagaimana dengan Ara?"

BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

eryuta

eryuta

Nolan 🙈😁 bikin gregetan Thor

2021-11-24

1

mam Cahya

mam Cahya

tks up nya Thor

2021-11-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!