🌺
🌺
Dimitri memasuki rumah besar itu dengan langkah santai, meskipun dia tahu keluarga lainnya sedang menyambut kedatangannya. Diikuti kedua orang tuanya di belakang bersama dua adik kembarnya yang memutuskan untuk liburan di tanah air setelah kenaikan kelas. Mereka tentu saja sangat senang bisa pulang ke negara ini karena memang disinilah tempat mereka tumbuh sejak bayi.
"Kak Dim?" seorang gadis yang kira-kira berusia delapan belas tahun setengah berlari menghampiri, kemudian menghambur ke dalam pelukannya.
"Ng ..." pemuda itu hampir terhuyung ke belakang, dengan kedua tangannya yang refleks memeluk erat tubuh gadis tersebut.
"Kangen! kak Dim nggak pulang-pulang?" ucapnya yang kemudian menarik kepala dan melepaskan rangkulan. Lalu dia mendongak untuk menatap wajah teman masa kecilnya tersebut.
"Ara?" Dimitri mengerutkan dahi, lalu sebuah senyuman terbit di sudut bibirnya.
"Masih ingat?" tanya Amara dengan mata yang berbinar dan senyuman yang mengembang ceria.
"Tentu aku ingat. Poni ini,... " dia menepuk kening gadis itu, "Dan kunciran ini... " lalu dia menarik kuncirannya yang mirip ekor kuda itu ke belakang. "Mana mungkin aku lupa?" Katanya, lalu tertawa.
"Dan kakak masih menariknya sekeras itu! sakit tahu?" protes Amara yang kemudian menepuk dada pemuda itu dengan keras.
"Aw... sakit tahu! kamu masih juga seperti itu?" kini Dimitri yang protes. Namun akhirnya mereka berdua tertawa bersama.
"Kalau sama aku kangen nggak?" Daryl datang menghampiri mereka berdua.
"Sama aku juga?" Darren menimpali, dan dia mendekat juga.
"Kangen jugalah, ..." Amara Kemudian berpindah memeluk dua pemuda itu secara bergantian.
"Duh duh, yang baru ketemu lagi? ... sampai lupa sama yang lain?" Dygta terlihat mendekat.
"Hai kak?" Dimitri pun memeluk sang kakak, "Gimana..." lalu dia melihat ke belakang dimana sepasang anak kembar berusia 10 tahun, dan anak kembar lainnya yang berusia 9 tahun berada.
"Keponakan?" ucapnya, yang melebarkan senyuman menatap ke empat keponakannya yang tengah menunggu.
"Om!!!" kemudian ke empat anak tersebut menghambur dan memeluk pemuda itu secara bersamaan.
"Eh, ...pelan-pelan! jangan begini! om nggak bisa jalan, nanti jatuh!" dia mencoba menghentikan ke empat anak itu yang bergelayut di kakinya. Dan kehebohan seperti biasa seketika terjadi di dalam rumah besar tersebut.
***
"Jadi ... gimana Moscow sekarang?" Dygta duduk disamping ibunya saat mereka berkumpul di meja makan untuk memulai acara makan malam pertama setibanya Dimitri di tanah air.
"Masih dingin seperti biasa." jawab Sofia sekenanya.
"Bukan itulah, ... kalau cuaca sudah pasti."
"Ded baik, yang lainnya juga." lanjut Sofia, yang meletakan makanan di piring suami dan anak-anaknya.
"Syukurlah, ...
"Arfan?" Satria dengan nada tanya, karena pria itu belum menampakkan diri sejak mereka tiba dirumah besar tersebut.
"Papi nggak kenal papanya anak-anak ya? kalau sudah ketemu kerjaan dia lupa segalanya." Dygta menyuapkan makanannya kemudian mengunyahnya dengan pelan.
"Ah, ... papi memang lupa. Tapi jangan khawatir, sebentar lagi dia bisa sedikit bersantai." ucap Satria yang menyentuh lengan putri sambungnya tersebut.
"Benarkah? aku ragu, sepertinya dia akan sulit bersantai. Papi tahu, usaha kita semakin berkembang saja."
"Papi janji, setelah ini Dimitri akan segera turun tangan."
"Oh ya?"
"Apa? secepat itu? baru saja aku pulang sudah papi suruh kerja? teganya!" Dimitri bereaksi, kemudian meneguk air minumnya hingga habis setengahnya.
"Sudah saatnya Dim. Kamu tahu, papi sudah janji...
"Ya ya ya, nggak usah dibahas lagi. Aku sudah mendengarnya berkali-kali setiap kalian datang berkunjung ke Moscow." pemuda itu menghentikan percakapan.
"Jadi kapan aku harus mulai bekerja? besok? oke oke,... " dia kemudian bangkit.
"Tidak langsung bekerja juga, kamu bisa istirahat dulu untuk beberapa hari. Dan setelahnya ...
"Nggak usah. Kalau di tunda aku bisa berubah pikiran." sergah Dimitri.
"Tapi Dim, ...
"Nggak apa-apa. Sudah tugas aku kan?meneruskan bisnis keluarga, walaupun aku belum siap secara penuh, tapi memang sudah waktunya. Untuk itu aku di sekolahkan bukan? aku punya tanggung jawab disini." ucapnya, yang melangkahkan kakinya menuju teras belakang.
"Dim?" panggil Sofia.
"Aku mau istirahat dulu Ma. Besok aku harus bekerja." katanya, yang malah keuar dari rumah.
"Sudah, biarkan saja seperti itu." Satria menyentuh pundak istrinya.
"Tapi sayang? Dimitri barusaja tiba. Kamu sudah menyuruh dia bekerja?"
"Aku tidak menyuruhnya, aku hanya mengatakan kalau setelah istirahat dia bisa bekerja."
"Sama saja." ucap Sofia.
"Tidak Fia, ...
"Sayang, ...
"Kalaupun iya memangnya kenapa? dia juga menyadari kalau tanggung jawab itu harus dia ambil bukan? karena memang sudah waktunya, dan seharusnya dia yang mengambil alih."
Sofia teriam.
"Biarkan dia belajar bertanggungjawab."
"Terserah padamulah... "
🌺
🌺
"Akhirnya kamu pulang juga jagoan? bagaimana keadaanmu?" Arfan baru saja tiba setelah menyelesaikan pekerjaannya malam itu. Dan segera mendatangi Dimitri yang tengah menyendiri di taman belakang rumahnya.
"Hai Om?" pemuda itu meletakan ponsel pintarnya setelah melakukan panggilan video dengan beberapa teman kuliahnya di Moskow.
"Om kira kamu tidak akan mau diajak pulang?" Arfan menepuk pundaknya beberapa kali.
"Sepertinya tidak bisa menolak ya? aku harus cepat pulang untuk bekerja di perusahaan?"
"Begitulah, ...
"Apa aku punya pilihan lain?" pemuda itu tergelak.
"Sepertinya tidak. Siapa yang akan meneruskan usaha keluargamu kalau kamu tidak pulang?"
"Kan ada Om?" Dimitri menunjuk kepada kakak iparnya tersebut.
"Tidak bisa." Arfan menggelengkan kepala. "Kamu yang harus meneruskan. Dan adik-adikmu tentu saja, kalau mereka sudah lulus nanti."
"Yeah, ... setidaknya aku tidak sendirian seperti papi dulu kan?" Dimitri terkekeh.
"Benar sekali, papimu bahkan melakukannya di usia yang lebih muda darimu. Dia kehilangan masa remajanya, dan harus melupakan banyak keinginannya demi usaha keluarganya yang harus terus berjalan. Dan sekarang, sudah waktunya dia pensiun."
"Tapi ... apa aku bisa melakukannya?"
"Tentu saja bisa. Kamu seorang Nikolai, darah pengusaha handal mengalir deras di tubuhmu. Sudah tentu kamu bisa, dan mampu mengambil alih tanggung jawab itu mulai sekarang."
"Tapi aku sendirian sampai Daryl dan Darren lulus beberapa tahun lagi." dia menoleh kepada dua saudara laki-lakinya yang asyik bermain alat musik kesayangan mereka di sisi lain halaman belakang tersebut.
"Tidak, kamu tidak akan sendirian. Om akan mendampingimu sampai kamu mampu melakukannya sendiri." Arfan berusaha mebesarkan hatinya.
"Benarkah?"
"Ya, dan selama itu pula, Om sendiri yang akan mengajarimu banyak hal yang tidak kamu pelajari di kampus."
Dimitri terdiam.
"Jangan khawatir, aka ada banyak orang juga yang membantumu di perusahaan." dia kembali menepuk pundak pemuda itu.
"Baiklah, ... kalau Om yang bicara, aku hanya akan menurut saja."
"Itu baru jagoan, ... kamu pasti bisa." ucap Arfan lagi, seperti dia tengah berbicara dengan anak yang baru saja beranjak remaja. Namun itu cukup ampuh untuk meningkatkan kepercayaan diri pemuda tersebut.
🌹
🌹
🌹
Bersambung ...
Aih, ... ada om Arfan? 😍😍🤭🤭
biasa genks, like komen sama hadiahnya kasih yang banyak. Vote juga kalau udah ada. oke.
nih sun dari om Arfan 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 178 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus sabar
2023-03-03
1
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
om arfaannnnn😍😍😍😍 kembar² trnyta anaknya😂😂😂😂
2023-02-22
1
Vie ab
wahhh om tokcer bet dah kembar nya doble
2022-08-28
1