Jadilah Sesil berjalan berdua dengan Ffandra, terus Sisi, Rani dan cewek cewek lain menyusul dibelakangnya.
" Ffand, sudah tahu letak kantinnya?" tanya Rani.
" Iya sudah, kemaren aku sengaja datang, keliling lingkungan sekolah, biar enggak bego banget hari ini," jelasnya, ia tersenyum ke cewek cewek klas lain yang menyapanya,
" Murid baru Sil, cakeep lho,"seloroh Nia, yang di tanya mengiyakan.
" Sil, Bagas dikemanakan?" tanya Dena, Ffandra sedikit meraba raba otaknya.
" Sesil dengan Bagas?, mungkin kedekatanku dengan Sesil yang membuat Bagas tak suka padaku," guman Ffandra, dan mereka sampai juga di kantin, masih ada kursi, Ffandra duduk bersama Sesil dan teman yang lain, tak lama di susul berdua Bagas dengan Aruna, mood Ffandra semakin kesal, sehingga bakso yang ada di depannya tak menarik lagi.
" Ffand, cepetan di makan, beda ya baksonya dengan yang di sekolah asalmu," senggol Sesil, Ffandra sempat melirik Aruna, dia kalem saja sambil makan bakso juga, dan Ffandrapun akhirnya mencoba makan bakso, dengan nahan rasa kesal lihat Aruna asyik ngobrol dengan Bagas sambil makan dengan lahapnya, sementara Runa tak lagi menyapanya.
Bel masuk berbunyi, semua masuk ke kelas, masih belum efektif kegiatan belajar, klas 11 ipa 2, penghuninya neruskan pada ngobrol lagi. Aruna sudah pindah duduknya dekat Bagas lagi, walau tas masih tetap di bawah kursi yang kini di duduki Ffandra kembali, gabung dengan Sesil dan Radhit, Sisi, Mia juga Danang ikut ngumpul bareng di tempat Ffandra duduk.
" Ffand, jangan masukkin di hati ya omongan Bagas," ucap Radhit.
" Iya Ffan, masukkin saja di perut terus besok pagi pagi di buang ke kloset," ucap Sisi.
" Run, sambil tunggu bel pulang kita ke perpustakaan yuk," ajak Bagas.
" Paling perpustakaannya penuh, oh ya Gas, ketua kelas diberitahu supaya ambil buku paket ke perpust," Aruna bangkit mendekat ke Ffandra yang lagi ngobrol di kursinya, Bagas mengikuti.
" Ffand, pinjam buku paket ke perpust, tuh klas lain sudah pada ambil, maaf Ffand bukan nyuruh, tapi yang tanda tangan peminjaman ketua kelas, nanti kami yang bawa bukunya," Aruna kaya bu Siska ngomongnya panjang, dan Affandra langsung berdiri, ia tahu di sekolahnya di Jakarta juga sama kaya disini.
" Maaf Run, aku masih belum respon pada kebutuhan kelas, masih perlu adaptasi, dan tolong diingatkan terus ya Run," ucap Ffandra.
Agar tak terlalu berjubel di perpust maka untuk pengambilan buku paket di batasi 6 anak, Ffandra harus menarik nafas berat sehari ini karena harus menyaksikan kebersamaan Bagas dengan Aruna, dia masih belum banyak bicara sebagai anak baru, makanya biar tak kaku mulutnya mengunyah permen rasa mint.
" Ffan, deket perpust juga ada kantin, nanti kita bisa beli jajan disitu, siomaynya enak lho," tandas Radhit.
" Ok siap Dhit."
" Sudah mulai ramai, pengurus kelas 11, 12 berada di perpust antri mengambil buku paket," agak keras Aruna ngomongnya sehingga Ffandra yang ada dibelakangnya dengar, dan rombongan klas 11 ipa2 sampai.
"Mas Ffandra ketua klas 11 ipa2, sini kamu yang tanda tangan," pinta petugas perpust pada name tag Suryanto.
" Iya mas, ngantri dulu ya,"ucap Ffandra,
" Enggak papa, cowok cakeep dulu!" ledek Maurin ketua klas 12 ips1.
Aruna melaporkan buku buku paket yang telah di ambil pada Ffandra.
" Ffand, yang telah diambil Matematika, Kimia, Biologi sejumlah siswa, yang lain besok lagi berat bawanya," ucap Aruna mendekat ke Ffandra, Bagas tak suka pada sikap Aruna iapun mendekat pada keduanya, dan Ffandra menengokan kepala ke mereka, kesal juga pada Bagas, sedang Sesil hanya nahan dongkol lihat sikap Bagas.
" Gas, bantuin nich aku, malah nimbrung disitu, biarin percayakan pada ketua Ffandra," tandas Sesil ketus.
" Sil, kamu bantuin aku ya, biar Bagas lama lama tak jeles terus padaku kalau Aruna dekati aku!" batin Ffandra, Bagas tak enak hati, iapun nyingkir terus ngangkat buku paket.
" Cowok yang bawa lebih banyak donk bukunya," ucap Ffandra, nada bicaranya ada penekanan tetapi tak membuat teman yang lain tersinggung, malah pada mendukung.
" Ok juragaan!" sahut Radhit tertawa, Ffandra nonyor kepala Radhit dengan tertawa memamerkan gigi giginya yang rapih.
Bagas dengan dongkol ngajak Sesil keluar sambil bawa buku paket matematika, dan tak lama anak empat itu menyusul dibelakangnya, tak banyak bicara keenam anak itu menuju ke kelas karena membawa buku paket tebal cowok 20 biji, cewek 10 biji.
" Besok keranjang dorong di bawa," pinta Aruna ngos ngos nafasnya.
" Kalian nunggu disini dulu, aku mau ambil kranjang," ucap Ffandra, ia meletakan buku di teras depan kelas lain.
" Ffan yang dibawah tangga ngambilnya," pinta Runa, Ffandra mengiyakan, ia meneruskan langkah setengah berlari.
" Ffand, yang lainnya dimana?" tanya Vina sama Sandra.
" Masih disana, nich sekalian dibawa ke kelas," pinta Ffandra, ia tak jadi meletakkan buku paket ke kelas karena saat mau naik Vina dan Sandra mau turun.
" Kamu mau ngapa?" tanya Sandra.
" Ambil kranjang!" Ffandra menuju bawah tangga yang terdapat banyak keranjang dorong, dengan langkah cepat mendorong keranjang disusul oleh teman teman dari klas lain pada ambil kranjang juga.
Hari pertama masuk sekolah telah merampungkan dua tugas, sedang buku buku paket masih banyak yang belum diambil, besok lagi harus sudah di ambil semua untuk seluruh pelajaran.
" Thet thet thet" bel istirahat, semua siswa di klas bergegas keluar menuju kantin.
" Tadi aku sudah pesen 6 porsi siomay Ffand," ucap Aruna.
" Berarti kita ke kantin deket perpustakaan, " jawab Ffandra, terus ngajak Sesil, Radhit, Sisi sedang Runa lagi dekati Bagas yang moodnya lagi kesal.
Berenam menuju kantin siomay, Ffandra duduk di kursi sebelah Aruna, setelah ambil teh botol di kulkas, karena yang lain minum air mineral sehingga Ffandra enggak nawarin.
" Enak juga siomay nya," ucap Ffandra.
" Mau lagi Ffand!" ucap Aruna, dia enggak mempedulikan Bagas yang cemberut lihat Ffandra disebelahnya, toh Aruna selalu nganggap Bagas teman seperti yang lain, dia belum mikir masalah cinta, sebenarnya Aruna kesal juga pada sikap Bagas karena hari ini ia mintanya kemana mana bareng, sementara Aruna menjaga Sesil, ia sudah tahu sejak klas 10 Sesil ada hati dengan Bagas, sementara Bagas inginnya sama Aruna.
" Orang tua mu kerja apa?" ingatan ini yang terngiang di otak Aruna saat ia diajak Bagas ke rumah orang tuanya.
" Enggak kerja bu, dulu pernah jadi pembantu dan sopir di Jakarta," Aruna sengaja cerita apa adanya, Maminya Bagas wajahnya terus berubah dan melengos.
" Lha sekarang untuk hidup dan biaya sekolahmu gimana?"ucap Maminya Bagas, bibirnya mencibir.
" Iiituuu eee ada kamar untuk kost kost an," Aruna menunduk.
" Banyak kamarnya?"
" Eeengggak, cuma 8,"
" Pembantu sama sopir bisa beli tanah dan bikin rumah sama kost juga, hebaatlah," terlihat wajahnya nyinyir, Aruna menunduk lihat sikap Maminya Bagas, ia langsung menilai Maminya tak suka padanya.
" Oh iya kemaren itu si Sesil anak juragan kayu, kamu tahu kan rumahnya, juga diajak kesini sama Bagas," tambah nya, Aruna tambah nunduk lagi, dan ia ingat kata bunda juga ayah.
" Jangan mikir cowok, besok kalau dapat jodoh diusahakan yang sederajat dengan kita Run."
Runa sangat asyik dengan flashback nya, sampai teman yang lain siomaynya sudah habis di piring ia baru makan dua biji.
" Run, makan sambil ngelamun," ucap Ffandra.
" Mau, Ffand?" ucap Aruna.
" Boleh, lagi enggak berselera makan," ucap Ffandra, dan Sisi yang disebelah kiri Runa ikut ikutan nusuk siomay di piring Aruna.
Menit berlalu, berenam yang sudah berada di kelas, pada sibuk memasukkan buku paket yang barusan di bagi, Aruna terus membuka buku matematika lalu di baca bab I, dan setelah dicerna mencoba buka soal soal latihan bab I, dia baru buka buka dulu, otaknya belum mencerna, semua siswa juga sama kaya Aruna pada buka buka buku paket, tak ada yang ngobrol kaya sebelum ambil buku paket, Ffandrapun asyik juga baca Biologi materi 1, dan bel pulang berbunyi, walau belum ada guru, tetap semua siswa duduk manis.
" Ffand mimpin doa pulang," pinta Aruna, Ffandra dengan sigap mimpin doa, selesai semua keluar satu satu.
" Run, naik apa pulangnya?" tanya Ffandra,
" Dijemput bunda sama ayah," tandas Aruna.
" Waah anak Mama, Papa," tandas Ffandra, Aruna tersenyum memperlihatkan kedua pipinya yang dekik.
" Kamu di jemput?"
" Iya, bareng keluarnya Run," pinta Ffandra, Aruna mengangguk dan tak mempedulikan Bagas, dia harusnya tahulah perasaan Aruna dengan sikap Maminya saat diajak ke rumahnya.
Berdua menuju halte depan pagar sekolah untuk nunggu jemputan.
"Ffan, aku sudah di jemput, duluan ya," ucap Aruna dan ia bergegas menuju mobil terus buka pintu belakang.
" Run, anak pindahan dari Jakarta?" tanya bundanya, dadaa Isah berdesir juga Jono lihat pemuda itu.
" Iya bun, kenapa?"
"Ya, kawatir saja, abis kamu masih SMA, cowok itu agak beda kalau menatap wajahmu," ucap bundanya.
" Aaahhh masa bund, aku melihatnya biasa biasa saja kok, mungkin ia lagi beradaptasi dengan lingkungan baru bund, jadi kelihatan beda," jelas Aruna, ia memang tak merasa Ffandra aneh padanya sehingga tak perlu dipikir, toh Aruna juga tak ada rasa apapun pada cowok tampan si Ffandra.
" Yang penting kamu jangan dulu dulu mikir aneh aneh, sekolah saja yang pinter, ayah bunda akan bangga," ucap ayah, ia tetap konsen nyupir di jalan padat penuh mobil baik angkot maupun mobil jemputan dan motor anak anak.
Sementara yang di halte depan sekolah lama lama banyak yang datang kebanyakan cewek.
" Ffandra, cowok pindahan dari Jakarta ya, ganteng lho," seloroh Juwita di atribut nama.
" Kanalin donk, aku klas 12 ips 2," ucap Maurin dan Juwita berbarengan. Ffandra tersenyum dan menerima kenalan mereka.
" Bener nich cowok Jakarta banyak yang kinclong yang pindah kesini, tuh yang di klas kita si Andrean bukankah cerah banget," ucap Juwita.
" Gimana si Andrean enggak meling, dia campuran Spanyol," jelas Maurin.
Affandra cengar cengir dengar omongan keduanya.
" Napain Ffand, kamu nyengir kuda," seloroh Juwita.
" Ya tentu dengerin omongan kamulah mba," jawab Ffandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments