Kedua orang yang berstatus suami istri yang telah berusia senja, jalan terseok seok pada tengah malam, di jalanan Ibu kota yang tak pernah sepi, lampu lampu jalan sebagai penerang kota tak membuat kedua orang itu berbinar hati nya, gelisah itu yang ada di dadaa keduanya, yang mereka pikirkan anak serta cucunya yang masih satu minggu usianya, kedua orang itu masih diam, lalu untuk menenangkan hatinya yang tidak karuan mereka duduk di halte.
" De, duduk sebentar untuk menata hati, " Kiara menurut, lalu duduk di bangku besi panjang.
" Mas, mereka sudah pergi lama tentu sudah jauh," dia merasa nyaman dengan suami dan tak merasa sedih kini suami jatuh miskiin, apalagi Kiara juga punya tabungan sehingga tak bingung untuk hidup sehari hari.
" De, kita ke Cilacap saja ya, Vera cs tak tahu kita punya rumah disana."
" Naik kereta Mas?"
" Iya, cuman ini masih malam kita tidur di rumah dekat stasiun saja," rumah yang akan dituju oleh keduanya tak diketahui oleh Vera cs, rumah kecil yang hanya dipakai untuk menginap berdua kalau ingin pergi naik kereta, bahkan Alissa, Juna apalagi Paman sama Bibi tak ada yang tahu.
Memang baik Hardiansyah, Juna demikian Jono punya rumah kecil, cuman mobil bisa masuk ke jalan depan rumahnya, dan di masing masing rumah ada mobil, karena mereka kalau datang seringnya pakai taxi bahkan tetangga tak tahu kalau Hardiansyah seorang pengusaha besar, demikian Juna, tetangga tahunya sama ekonominya dengan mereka, karena keseharian kalau disitu sederhana, sebab baik Hardiansyah juga Juna ingin seperti tetangga hidupnya.
Pagi langit Jakarta gelap tertutup kabut, keduanya hampir dini hari baru rebahan di kasur, sehingga tak bisa pagi itu menuju ke rumah yang ada di sebuah kampung di Cilacap, Kiara pagi ini bangun melakukan kegiatan kaya orang orang di perumahan ini, bersih bersih rumah juga menyediakan sarapan untuk berdua.
" Mas, aku goreng bandeng," di kulkas sebelum Alissa melahirkan baru diisi penuh, sehingga tak binggung untuk makan.
" Bikin teh lemon De!" pinta suami.
" Iya ini aku sudah buatkan."
" Mandi dulu Mas, baru sarapan!"
" Nanti saja pingin santai menikmati minum teh," Kiara ikut duduk di sebelah suami sambil lihat orang perumahan keluar bekerja juga ada yang mengantar anak ke sekolah.
" Mas, nomer kita di off,"
" Iya, terutama nomer yang satu, kalau nomer yang hanya khusus untuk berempat juga di off tadi malam," ucap Hardiansyah.
" Sekarang di buka Mas, ini punyaku juga."
" Ada sms dari Juna, dia belum ketemu Jono," kedua orang itu menjadi resah, takut kalau Jono sama Isah yang bawa Aruna di tangkap oleh anak buah Manyu terus dieksekusi.
" De, orang orang di rumah besar tahunya keluarga kita mau di bunuh!"
" Katanya cuman Alissa sama Juna yang belum dengar rencana Manyu, makanya kemaren kedua orang pada bingung," cerita Kiara.
" Iya, aku saja baru tahu kemaren kan, " jawab Hardiansyah.
" Di bales smsnya De, untuk sementara kita jangan telponan dulu dan jangan memberitahu keberadaan kita, yang penting kita bisa berhubungan pakai ponsel!" ucap Hardiansyah lagi, Kiara menuruti perintah suami.
Demikian yang terjadi pada Juna, semalaman menjagai Alissa yang tak bisa tidur, ia selain menangisi Aruna juga ASI nya terasa sangat sakit karena tidak disusuuu oleh babynya.
" De, aku menghubungi orang tua Isah, katanya enggak pulang, juga pada Jono," ucap Juna, berdua di pagi itu sebelum berangkat ke kampung Isah juga Jono telah telpon dulu sama orangtuanya.
" Mas, semoga Jono sama Isah tidak ditangkap orang orang Manyu," ucap Alissa, ia gemetaran sambil menahan ASI penuh, juga resah di hatinya mengingat tentang Aruna, bagaimanapun juga mereka terpukul hatinya harus kehilangan kontak dengan Isah sama Jono yang membawa Aruna, apalagi keduanya lagi bahagia bahagianya dengan hadirnya baby pertama.
" De, kamu tiduran saja, biar aku yang masak," ucap Juna, di dalam kulkas masih ada bahan bahan terutama telor, juga di frizer banyak bahan lauk beku.
" Aku buatin juz jambu biji De," ucap Juna lagi, Alissa tiduran karena tubuhnya tidak nyaman oleh ASI yang penuh, walau otaknya tak bisa tenang memikirkan Aruna.
Sementara Jono dan Isah yang sangat sayang dengan Aruna merasa tenang bersembunyi di Jogja, rumah tak sengaja mereka beli, karena Hardiansyah satu bulan yang lalu memberi hadiah uang sangat banyak padanya, kedua orang itu tulus juga ikhlas selama puluhan tahun, terutama pada Jono, sedang Jono memilih di Jogja karena transportasinya mudah baik lewat udara maupun darat, kebetulan Jono baru saja ke Jogja sehingga rumah sudah bersih, dia sangat kaget di beritahu Isah agar cepat pulang ke Jakarta saat itu.
"Ada berita Vera dengan anaknya mau meminta semua aset aset milik kakek Hardiansyah, ART, juga Satpam sudah pada minta pesangon terus pada kabur, karena gosip keluarga Hardiansyah mau di bunuh," pesan dari Isah.
" De, kamu tetap berada disitu, kita lebih baik mati bersama majikan, jangan beritahu pada Juna sama Alissa, " pesan Jono.
" Mas, jangan melamun!" Isah sambil menggendong Aruna yang sudah wangi juga kenyang duduk di kursi panjang sebelah suami.
" Iya, aku ingat kemaren baru datang kesini, terus langsung keburu buru pulang Jakarta setelah baca sms mu."
" Aku jadi kepikiran mereka berempat, coba nonton berita di tv, siapa tahu ada berita," Isah ambil remote di meja depannya dan memilih salah satu chanel berita.
" Mereka tentu tak mau melakukan pembunuhan selama Pak Hardiansyah menyerahkan semua asetnya," tandas Jono.
" Semoga Mas, kalau di nalar tentu iya bener katamu," jawab Isah.
" Beli nasi gudeg saja ya?" ucap Jono terus bangkit menuju dasaran mbok Tujinah di pojokkan jalan depan rumahnya.
" Lengkap ya mas, ayam, telor juga kreceknya," tandas Isah.
" Aruna jangan ditinggal kalau tidak tidur!" ucap Jono.
" Iya," Isah sebenarnya mau buat minuman kopi kesukaan Jono, juga teh hangat buat dia karena Aruna tak tidur sehingga Isah hanya fokus pada baby Aruna.
Satu bulan Isah sama Jono merawat Aruna, sejauh ini di media tak ada kabar berita mengenai Hardiansyah, istri juga anak sama menantu, sedang kedua orang itu tetap bersembunyi, Jono mau ngojeg sepeda motor masih ragu ragu kalau ketemu orang orangnya Manyu, dan saat Jono dapat hadiah karena kesetiaan juga keikhlasan ikut Hardiansyah tak hanya untuk sekedar beli rumah saja.
" De, tanah sebelah bisa untuk buat kamar untuk kost ya?" ucap Jono.
" Apa punya uang untuk buat kamar?"
" Ini masih cukup banyak yang di kasih pak Hardi, bisa untuk biaya sekolah Aruna kelak."
Sementara Abimanyu dengan Vera mengambil alih perusahaan, semua pegawai hanya diam, kasak kusuk di belakang tentang keberadaan Hardiansyah dan Juna juga pada takut.
" Siapapun bos nya aku tetap ngikut saja," kata Anintya bagian keuangan.
" Iya benar, kita hanya karyawan yang penting kerja setiap bulan dapat upah layak," jawab Tari.
Dan kebijakkan pada perusahaan yang di ambil alih oleh Manyu meneruskan Hardiansyah, sehingga para karyawan tak merasa keberatan pimpinan diambil alih oleh adiknya.
Dan para karyawan mereka tahunya saudara kandung, sehingga tak ada yang bisik bisik dibelakangnya.
" Ma, kita tetap cari Juna, dia bisa berbahaya bagi kita, kalau Hardi tak perlu dirisaukan bentar lagi dia sama istrinya yang sudah tua juga mau menghadap yang diatas!" ucap Manyu,
" Juga kita tak melihat bayinya, itu dulu anak Juna cowok atau cewek!" ucap Vera,
" Aku tidak tahu juga!" ucap Manyu.
Vera dan Abimanyu hanyalah istri kedua dari ayah Hardiansyah, sebenarnya keduanya punya hak mengelola bersama, bahkan Hardiansyah selalu melibatkan Abimanyu untuk bekerja bersama di perusahaan nenek moyangnya, tetapi keserakahan Vera agar Manyu yang jadi penguasa tunggal dengan harus menyingkirkan Hardiansyah juga anak serta cucunya, dan Manyu yang selalu takut pada Mamanya menurutinya.
" Manyu, kamu lihat si Juna, dia hanyalah seorang menantu tetapi Hardiansyah lebih mempercayakannya dari pada kamu!" tandas Vera.
" Iya Ma, dia memiliki kemampuan untuk memajukan perusahaan," ucap Manyu.
" Kamu malah membela Juna," lantang Vera.
" Buuukaan begitu Ma, ok ok maaf, iya bener kata Mama, Juna kaya anak emasnya Hardi!" tandas Manyu, walau Manyu mengakui kalau Juna punya kemampuan dalam pengembangan bisnis.
Hampir setiap hari Vera selalu membisik bisiki kalimat itu berulang ulang akhirnya kerja sama Vera dengan Manyu juga para pendukungnya bisa mengusir Hardiansyah serta Juna agar hengkang dari Wisesa grup, kakeknya Hardi juga Manyu dulu yang berjuang dari nol.
Sementara itu Juna dan Alissa masih berada di Jakarta, Juna pernah mencoba meng on kan ponselnya, nomer nomer tak di kenal muncul, dengan nada ancaman pembunuhan pada keluaga istri, anak, mertua bahkan keluarga Juna apabila sampai berani muncul di publik.
" De, kita keluar Jakarta saja," ajak Juna, ia telah memberitahu istrinya tentang ancaman itu.
" De, kita sudahi saja pencarian Aruna, semoga sama Isah dan Jono mendapat pendidikan yang baik," lanjut Juna.
" Mas, aku tadi nyoba kirim uang ke rekening Isah, bisa masuk," ucap Alissa, dan keduanya percaya Isah sama Jono ada di suatu daerah di pulau Jawa.
" Mas, di nomer lamamu muncul pesan dari Jono atau Isah?"
" Enggak ada mereka, kita positif saja De, Isah dan Jono orang setia pada Papa," ucap Juna, dia berusaha menghibur istrinya yang sangat sedih hatinya karena harus terpisah dari Aruna. Kalau dengan kedua orang tua masih bisa berhubungan ponsel, dan sampai saat inipun Alissa sama Juna belum tahu tentang tempat tinggal Papa serta Mamanya, mereka masing masing sampai waktu yang tepat dan aman baru memberi tahu tempat tinggalnya, untuk sementara kalau pengin ketemu kencan di suatu tempat yang aman.
Juna dan Alissa kalau pengin keluar, selama satu bulan di Jakarta selalu pakai kostum yang tak di kenali orang.
" Mas, ke rumah Bandung atau Jogja?"
" Jangan disitu, orang orang Manyu banyak berada di dua kota itu!"
" Di Solo saja Mas!" pinta Alissa, di kota ini ada rumah kecil letaknya agak di dalam, ada kelebihan tanah bisa untuk bertanam atau beternak hanya untuk kegiatan sehari hari biar tak jenuh sehingga bisa terhibur agar tak berpikir terus tentang Aruna.
" De, kamu bisa hamil lagi besok kalau sudah tiga bulan dari melahirkan Aruna," ucap Juna, Alissa saat melahirkan Aruna tanpa operasi cesar, ia ingin merasakan sakitnya saat lahiran.
Juna menyetir mobil ke Solo hari itu dengan kecepatan standar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments