Putri Yang Hilang
Author POV
Pagi ini Hardiansyah datang ke kantor perusahaan Wisesa grup dengan tak bersemangat, Jono supir yang sangat setia hatinya mulai merasa tak nyaman, apalagi ia tak sengaja mendengar keluhan bos nya saat berangkat ke kantor.
" Tante Vera sama Manyu akan ke rumah nanti siang," sambil narik nafas panjang, dan raut wajahnya terlihat tak bersemangat.
" Jon, tolong nanti sekitar jam 10, Juna supaya ke kantor ku, terus kamu cepat cepat pulang ya." Jono bingung, dia tak bisa protes pada bos yang selama ini telah mempercayai nya, sehingga iapun hanya bisa mengangguk serta menurut perintah bosnya, yang ia ikuti selama bertahun tahun. Saat di kantor ia menuju ruang Juna dan mengatakan yang diperintahkan oleh Pak Hardiansyah, dan ia terus pulang, minta naik car online, tadi kunci mobil telah diminta oleh Pak Hardiansyah.
Sementara itu di ruang Pak Hardiansyah, sekitar jam 10 menatap lesu Juna yang telah duduk didepannya.
" Pa, apa salahku?" protes Juna pada Papa mertua yang tiba tiba memanggilnya ke ruang untuk menemuinya, dan Pak Hardiansyah menyodorkan amplop, Juna membuka amplop selembar kertas didalamnya diambil terus dibuka lalu dibaca, isinya dirinya di PHK, mulai jam ini harus meninggalkan pabrik, ia sangat terkejut dengan pemberhentian sepihak dari mertuanya, Juna bangkit mau protes pada sikap Papanya Alissa.
" Paa!" ucap Juna, hampir saja telapak tangannya di hantamkan ke meja di depan mertua, tetapi di tarik lagi, setelah melihat mata Papanya sayu, juga kosong.
" Paa!" Juna mengulangi panggilannya, Papa hanya menatap satu arah, akhirnya Juna memberanikan diri dengan melambaikan tangan di depan wajah mertuanya.
" Juna, cepat pulang, kami hanya ingin melindungi kalian!" usir Papa.
" Papa!" ucap Juna.
" Cepat pulang, bawa istri dan anakmu pergi jauh!" usir Pak Hardiansyah, ia telah bangkit dengan mendorong tubuh Juna, membuat Juna menabrak kursi tamu yang ada di ruang kantor Papanya, dan dia keluar kantor dengan bingung, wajahnya menunduk lesu untuk menuju ruang parkir mobil, Juna dengan membawa barang barang milik dirinya keluar dengan menyetir mobil penuh tanda tanya besar.
" Tak apalah aku di PHK, insyaAllah simpananku selama kerja di pabrik Papa mertua bisa untuk hidup dengan keluarga kecilku," guman Juna, cuman ia tak habis pikir, tiba tiba Papanya mem PHK nya.
" Ku lihat Papa sangat gelisah, kawatir padaku juga ke Alissa sama Aruna," gumannya lagi, sampailah ia di pintu gerbang.
" Koq sepi, tak ada satpam di pos?"Juna mulai gelisah, tentu ada yang membahayakan pada keluarga disini, ia hanya meletakkan mobil di depan teras, hatinya sudah mulai tak nyaman, Juna yang sangat peka dengan kegelisahan Papanya di kantor, berusaha celingukan kesetiap sudut rumah bahkan CCTV yang ada di setiap ruang jadi perhatian juga.
" Deee!" karena kawatir ia memanggil dari ruang tengah, rumah menjadi sepi, ART juga sudah tak ada, hanya Jono sama Isah istrinya yang menghampirinya.
" Den!" Juna hanya menatap mereka berdua terus masuk kamar menghampiri istri yang ia cintai, dan tiba tiba Mama membuka pintu kamar, saat Juna memeluk erat tubuh Alissa yang juga bingung, setelah Juna menceritakan dirinya tak kerja lagi di pabrik Papa.
" Cepat pergiii kalian, jangan datang lagi ke rumah ini!" usir Mama histeris.
" Maaa!" ucap Alissa.
" Cepaaatt, kemasi barang barang muuu!" pinta Mama, matanya merah, dan mereka hanya bisa menuruti perintah Mama, sedang Aruna telah di bawa Isah sama Jono lewat pintu samping.
" Ada apa ini Maa?" jerit Alissa.
" Jangan banyak tanya, cepat kalian nyusul Aruna, jangan bawa mobil lewat pintu dibalik lukisan!" usir Mama.
" Ayo Ma, ikut pergi!" Alissa menarik tangan Mama, sambil terisak.
" Tidaaak, aku mau menunggu Papa, kalian cepatt pergiii!" desak Mama, Alissa dan Juna tak bisa berbuat apapun, tetapi hatinya sangat gelisah, Juna dan Alissa tidak menyusul Isah sama Jono, keduanya bersembunyi di balik lukisan besar, di salah satu ruang yang di belakangnya berupa pintu baja, yang sulit di dobrak kalau sudah terkunci, dan di dalamnya lorong menuju rumah Alissa, di komplek rumah padat penduduk.
Kedua orang itu saling berpelukan bersender di pintu, sayup sayup terdengar suara orang masuk.
Sementara di ruang tengah Hardiansyah beserta istri, sudah tak berdaya menghadapi ibu tiri dan adik tirinya yang di kawal oleh 5 orang dengan wajah seeraam.
" Mas, kalau kamu masih pengin hidup serahkan perusahaan Papa padaku, dan tanda tangani surat penyerahan ini, kalau tak mau nyawa kamu dan semua anak maupun cucu jadi taruhan!" ancam Abimanyu.
" Cepaat tandatangani!" gertak Vera, Mamanya Abimanyu, dan Kiara istri Hardiansyah mendesak suaminya untuk menandatangani, ia tak memasalahkan hidup tak lagi bergelimpang dengan harta, yang penting masih bersama dengan suaminya, akhirnya dengan tangan gemetar Hardiansyah menandatangani penyerahan perusahaan pada adik tirinya.
" Manyu, dua orang ini dibunuh atau diusir saja!" tandas Vera.
" Sudah Ma, surat ini syah perusahaan jadi milik kita, kalau di bunuh bisa bermasalah, biar diusir saja supaya jadi jeemmbeel!" ucap Manyu.
" Pergi kalian dari sini, kami masih berperikemanusiaan!" usir Vera, tangan Vera dan Abimanyu mendorong Kiara dan Hardiansyah sampai Kiara hampir jatuh, tetapi berhasil di tangkap oleh suaminya, keduanya pergi setelah semua aset aset diserahkan ke Abimanyu dengan membawa tas yang berisi baju dengan beberapa lembar uang tunai, tetapi mereka tentu punya simpanan di bank sehingga bisa untuk hidup, dan untung tasnya tidak di geledah. Keduanya pergi hanya berjalan kaki, sedang Alissa dan Juna yang mendengar dari balik pintu hatinya mulai tenang, karena kedua orang tuanya tak di bunuh, mereka terus berjalan lewat lorong masuk ke perumahan, dan keduanya mencari Isah sama Jono, tapi tak ada di rumah kecil yang terhubung ke rumah besar peninggalan kakek buyutnya.
" De, kita tinggalkan rumah ini juga, suatu hari mereka tahu kalau ada pintu keluar menuju rumah ini," ajak Juna, Alissa nurut, Juna prihatin melihat Alissa, yang baru melahirkan apalagi ASI nya sedang penuh, sehingga tubuhnya tak karuan rasanya, kebetulan malam sudah sangat larut, Juna mencoba menghubungi Papa, juga Mama demikian ke nomer Isah sama Jono, tak ada yang aktif, sementara nomer Juna dan Alissa untuk menghindari di lacak oleh Manyu beserta Vera telah di ganti.
Alissa dan Juna kebingungan tak bisa bertemu dengan Aruna yang dibawa Isah sama Jono.
" Mas, kita ke stasiun saja, siapa tahu bibi pulang ke kampung."
" Istirahat dulu di perumahan kita, dicari besok," rumah yang Juna miliki keluarga tak ada yang tahu juga, ia melihat Alissa kurang sehat, akibat ASI yang tak disuusuui oleh Aruna, terlihat besar dan keras.
" Sakit rasanya Mas, tadi bawa alat untuk nyedot kok," ucap Alissa.
" Tahan dulu De, aku pesen taxi dulu!" ucap Juna, dan taxi tak lama datang setelah Juna menghubungi, mereka di antar ke lokasi perumahan, taxinya sengaja tidak langsung masuk ke jalan depan rumah.
Sementara Jono sebelumnya telah mendengar kalau Manyu akan meminta perusahaan, kabar yang di dengar keluarga mau dibunuh, oleh karenanya keduanya ingin menyelamatkan Aruna, sehingga ia bawa ke Jogja kebetulan keduanya punya rumah disitu, sedang Manyu maupun Vera tak hafal pada keduanya, karena keduanya tak pernah ketemu, dan baik Hardiansyah maupun Juna tidak tahu kalau mereka punya rumah di situ.
Aruna tak rewel di kereta, kebetulan membawa suusuu baby, dan bibi memang sejak Aruna lahir ia yang merawat, sehingga tak mengalami kesulitan.
" Mas, akte Aruna belum jadi ya?" ucap Isah,
" Juna kemaren bilang mau buat besok," jawab Jono,
" Berarti belum sempat bikin?" ucap Isah.
" Iya belum, kan niatnya besok mau ke capil bersamaku!" ucap Jono.
" Demi keselamatan Aruna, dibuat kita!" ucap Isah, ia kawatir kalau orang orang suruhan Manyu mencari dan membunuh, karena mereka berpikir Juna serta Alisa nasibnya sama kaya Papa, Mamanya, sebab saat disuruh pergi oleh Mamanya, ditunggu sampai dua jam di rumah yang terhubung tak juga menyusul, akhirnya Jono dan Isah keluar membawa Aruna, tentu dengan wajah sedih keduanya keluar dari rumah itu, Isah sempat menangis membayangkan pembunuhan keluarga Hardiansyah, apalagi Isah waktu masih gadis dialah yang merawat Alissa sejak umur 11 tahun, kini Isah usianya sekitar 35 tahun, dia ikut Papanya Alissa sejak umur 17 tahun, terus di jodohkan dengan Jono supir pak Hardi.
" Iya nanti dulu, kita harus tahu dulu tentang nasib mereka berempat," Jono menanggapi ide Isah agar akte Aruna nama orangtuanya mereka,
" Mas, tentu tindakan mereka tak akan kebuka di media, bisa saja langsung di kubur di dalam rumah!" tandas Isah.
" Demi keselamatan Aruna lho mas," tandas Isah lagi.
" Besok, kalau kita sudah menetap di kampung itu," ucap Jono. Mereka sampai di stasiun di kota yang dituju, mereka langsung menuju ke rumah yang dibeli satu bulan yang lalu, sedang Aruna telah tertidur nyenyak.
Sementara Hardiansyah dan Kiara yang diusir Vera sama Manyu, berjalan menyusuri jalan di dekat rumahnya, sedih harus berpisah dengan cucu dan anak serta menantunya yang sudah kaya anak sendiri, Juna orang kepercayaan Hardiansyah di perusahaannya, dari mulai kerja sampai akhirnya dijodohkan oleh Hardiansyah dengan putrinya.
" Jun, putriku belum punya pacar seumurannya" ucap Pak Hardi.
" Bener Pak, putri secantik itu?" ucap Juna.
" Iya, kadang aku kawatir kalau malam malam diajak teman cewek keluar,"ucap pak Hardi,
" Boleh aku yang ngawal Pak? kalau Alissa malam malam keluar," pinta Juna.
" Bener Jun, kamu mau jadi bodiguard nya Alissa?" tanya pak Hardi.
" Iya mau Pak dengan senang hati."
Maka sejak itu Juna selalu jadi pengawal sekali gus sopir Alissa.
" Jun, aku kan cuma punya anak satu satunya, sementara umurku semakin tua."
" Bapak lagi curhat ya, agar Alissa cepet nikah," Juna masih muda kadang pemikirannya dewasa, iapun mengerti kegalauan bos nya.
" Kamu memang selalu tahu dengan yang ada di otakku," ucap Pak Hardi,
" Terus calonnya siapa Pak?"
" Coba Jun, carikan suami untuknya lewat biro jodoh," ucap Pak Hardi, Juna bingung dalam hati dia juga mau koq dengan Alissa, apalagi setelah dekat dengan Alissa ia benernya jatuh cinta padanya, cuma ia masih belum berani, abis Alissa anak bos nya sementara ia hanya orang suruhan, apalagi orang tuanya ekonominya tak sebanding dengannya, ibaratnya ia kalah dulu sebelum berperang.
" Atau kamu mau jadi suaminya?" wajah Pak Hardi merah kaya wortel, sedang Juna menunduk malu.
" Beeenaarr Paak?"Juna sampai tergagap dengan permintaan bos nya.
" Iya bener serius koq, aku ikhlas kalau Alissa diperistri kamu!"
" Paaakkk, aaakuuu...." belum selesai Juna ngomong terus di potong sama Pak Hardi,
" Sudah sana bilang sama Bapakmu supaya melamar!"
" Taapii Alissa apa mau Pak?"
" Alissa nurut sama kami," tandas Pak Hardiansyah.
Hardiansyah meneteskan air mata sambil berjalan menggandeng istrinya mengingat pembicaraan dengan Juna saat mereka belum menikah.
Sementara keduanya ditengah malam hanya berjalan berdua, sambil mencari Alissa, Juna juga Aruna beserta Isah dan Jono.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
𝒮🍄⃞⃟Mѕυzу᭄
....
2024-05-10
1