Part 3 Siswa Pindahan

Bertahun tahun Juna bersembunyi beserta keluarga, Juna dan Alissa dalam persembunyian selalu cari Aruna hanya mampu lewat media, kalau mereka datang ke rumah di beberapa kota hanya di rumah tak berani ke mall atau ke pasar besar, kebutuhan sehari hari mereka beli di toko kecil atau di warung yang ada di lingkungan rumah nya, dan di jalankan sampai anak kedua dan ketiga tumbuh dewasa, sebenarnya bisa saja mereka tanya ke bu Sanif tentang Isah dan Jono, tetapi rasa takut pada ancaman Vera dengan mata mata di berbagai tempat itu yang membuat Juna tidak berani bertemu banyak orang.

Sementara itu pada liburan tahun ajaran baru Isah mengajak keluarga kecil berlibur ke kampung orang tua.

" Sah, gadismu cantik lho," kadang Isah serta Jono kalau ada yang nyanjung pada putri semata wayang jantungnya deeeg.

" Memang Isah sama Jono juga tak terlalu jelek amat kok," ucap Tari, teman SD Isah.

" Iya donk, buatnya penuh perjuangan,"ucap Isah.

" Kulitnya kaya kamu Sah putih bersih," sanjung Saniah.

" Besanan Sah, sama aku,"ucap Mely.

" Mba, Aruna anak pembantu," ucap Isah, ia menunduk karena merasa tak sepadan dengan Mely istri juragan paling kaya di kampung,

" Kalau anaknya pada mau, orang tua tak bisa apa apa bukan?" ucap Mely lagi.

" Cuman aaakkuu mindeer mba, membayangkan saat di pelaminan," ucap Isah nunduk lagi, memang Mely hanya ngeledek Isah saja, karena dalam hati tentu tak akan boleh anaknya yang bontot menikah dengan anak Isah.

" Menurunkan status donk," guman Mely di hati, bibirnya mencibir, bahkan ia di hati tertawa terbahak bahak bisa ngeledek Isah.

Aruna memang tumbuh sebagai gadis yang cantik, juga cerdas, dia sudah berumur 16 tahun sudah lulus SMP, malah bisa di terima sekolah di SMA terkenal di kota gudeg, dan ia hanya tahu orangtuanya ialah Isah sama Jono, bahkan keluarga di kampung Jono maupun Isah tahunya Aruna putri mereka.

Sementara selama ini, keluarga Hardiansyah sengaja tak menghubungi Isah maupun Jono, mereka belum berani berinteraksi dengan banyak orang, mereka menjadi orang orang yang tertutup, karena ingat dengan ancaman Vera, dan tetangga yang hampir orang orang sibuk, penduduk kebanyakan pedagang di pasar sehingga pagi pagi habis subuh sudah berada di pasar, pulangnya menjelang Ashar, sehingga tak mempedulikannya, apalagi Hardiansyah sudah tua, walau belum mencapai umur 60 tahun, dan lingkungan yang penting kalau ada iuran bayar, demikian Juna sama Alissa di Solo, yang sudah nambah anak, adik Aruna cewek hanya selisih satu tahun dan adiknya lagi cowok selisih tiga tahun dengan Arine, Juna dan Alissa selalu mengantar jemput dua putra putrinya, mereka berusaha melindungi dari Vera terutama, demikian Isah sama Jono keduanya selalu ngantar jemput Aruna sekolah.

" Yah, di SMA nya aku mau naik motor sendiri ya," ucap Aruna.

" Run, ayah enggak tega di kota kamu naik motor, coba deh belajar nyetir mobil saja," ucap Jono.

" Lah Ayah!"

" Abis kamu anak satu satunya ayah bunda, Run," tandas Isah, Aruna masuk kamar, ia ingin kaya teman teman tidak setiap hari diantar jemput berdua sama ayah bundanya.

" Bunda juga kasihan sendiri di rumah kalau aku hanya diantar ayah, enggak apalah biar bunda tak melulu di rumah," Aruna yang tadinya agak kesal dengan ayah bundanya menjadi kasihan juga.

Satu tahun berlalu, Aruna naik klas 11 IPA 2, klas di rolling, dari klasnya saat klas 10, yang masuk klas 11 IPA 2 hanya 7 anak cewek dan cowok, dan di klas 11 IPA2 mau ada siswa pindahan dari Jakarta katanya cowok.

Di SMA ini rata rata anak berotak encer, tidak pandang ekonomi, yang penting cerdas, oleh karenanya tak pernah ada siswa terlambat, ataupun bolos tak ikut pelajaran hanya duduk duduk di kantin, tak ada sama sekali.

" Run, siswa baru dari Jakarta katanya tampan lho!" seloroh Sisi, dia teman satu klas 10 IPA 1."

" Kamu sudah lihat Si?" tanya Aruna,

" Belum juga, Melan tadi lihat di antar mobil sport,"ucap Sisi.

" Anak orang kaya berarti itu Si," ucap Arun.

" Run, bener tampan banget," Sisi dan teman yang lain berdiri saat siswa baru datang bersama dengan Radhit.

" Senyumnya, menawan, jadi gemes pengin nyubit pipi imutnya," seloroh Jeni,

" Namanya Affandra Varen," celetuk Wulan di atribut nama.

Yang menyambut siswa pindahan dari Jakarta di klas IPA 2 rata rata cewek.

" Duduk di depan Ndra," ucap Andra,

Aruna kaget, karena Fandra duduk di bangku sebelahnya, Arun memang hari pertama masuk agak ketelatan, sehingga dapat bangku di depan sendiri, dan ia di klas ini memang paling terlihat melek sendiri,

" Aruna, seger kamu jadinya duduk deket cowok tampan," seloroh Sesil, walau klas 10nya tak sekelas ia suka ngeledek teman dari mulai masuk ke kelas tadi ia sudah membuat teman pada ketawa.

Affandra tersenyum melihat sepintas wajah Aruna yang agak memerah.

" Sil, tuh murid baru jadi melihatku," Aruna ikut ngeledek,

" Thing thing thing"

" Listriknya mati hari pertama masuk ," celoteh para siswa,

" Wali kelas nanti sehabis upacara siswa baru masuk mau pembentukan pengurus klas," ucap Angga.

" Wali kelas kita bu Siska Rahayu ya," ucap Agha.

" Iya tuh, di daftar siswa yang nempel di kaca jendela," ucap Indri. Affandra walau anak Jakarta tetapi murid baru iapun lebih banyak menunduk dengan tersenyum dan sesekali melirik Aruna, batinnya berkata,

" Aruna kamu cantik banget sih, aku kok hatinya sudah beda ke kamu," walau mereka belum pada kenalan tentu sudah tahu donk namanya abis hem putihnya ada atribut nama bordir, si Ffandra baru beberapa menit di kelas duduk di kursi sebelah Aruna hatinya sudah terpikat padanya, lucu bukan, ini kecepetan naruh hatinya donk, abis bagaimana lagi karena Aruna memang paling melek sendiri di kelas malah kayanya di sekolah ini, cerdas lagi, terus nada bicaranya lembut.

" Aaahhh," Ffandra mendesah lirih membayangkan wajah cantik sebelahnya yang lagi ngomong dengan Sesil di atribut nama, di belakangnya juga kadang mencuri pandang sama murid baru, keduanya sempat matanya bertubrukkan terus tersenyum menunduk, bel sudah 10 menit berlalu, ini hari pertama tahun ajaran baru, jadi guru guru ikut sibuk pada ke lapangan di tengah gedung kelas kelas, untuk mengadakan upacara siswa baru klas 10, tentu klas 11 dan 12 semua anak pada di dalam ruangan tak ada yang berada di luar, enggak enak banyak guru di lapangan disamping itu mereka memberi contoh pada adik kelas yang baru beberapa jam masuk ke sekolah ini, mereka masih berseragam biru putih, terlihat banget anak anak pilihan yang di lapangan itu.

" Ffan, di sekolah asalmu di Jakarta kalau hari pertama masuk ajaran baru suasananya kaya gini," ucap Aruna, walau lirih tentu Ffandra dengar abis bangkunya agak mepet hanya sebatas keramik 30 cm batasnya dengan meja Aruna, berarti meja Ffandra tidak lurus dengan belakangnya, ini lagi bebas sehingga meja meja siswa pada kaya ular tak beraturan karena para siswa di klas Aruna lagi pada ngobrol dengan teman teman terutama sama teman seklas 10 apalagi habis liburan panjang tak pernah pada ketemuan.

" Iya sama," senyum Ffandra ngomongnya sempat menatap wajah ayu di depan matanya.

" Uuuh daadaaku!" Ffandra ngeluh abis daadaanya tak bisa di ajak diam, jantungnya kok kenceng sih denyut denyutnya ditanyai gadis cantik Aruna, dia berusaha menyapu wajah putihnya dengan menggusar gusar hidung mancungnya, untuk mengurangi denyut kenceng daadaanya, karena Aruna.

" Iiih maaf Ffan!" Aruna bangkit dari kursi pinggul sebelah kanan nyenggol tangan kiri Ffandra, karena tangan Ffandra lagi menjulur di meja, sedang Aruna biasa milih kursi yang mepet tembok biar jam nyantai bisa nyender punggungnya ke tembok dinding, Ffandra yang kesenggol tangannya, justru yang dirasa tak hanya tangan saja bahkan yang paling ngerasa banget di dalam daadaanya.

" Iiya Ruun, tak apa," sempat ia tergagap, batinnya penginnya nyenggol nyenggol lagi.

" Sering sering saja nyenggol Run, aku tak nolak kok!" hatinya berkata, lha si Runa kemana kok berdiri, berjalan ke arah pintu, eemm ia buang sisa sisa oyotan pensil, dia tadi sambil cerita dengan Sesil sambil mengoyot pensil.

" Pensil kamu sudah di oyot Ffan," Aruna ngajak bicara karena ia belum ada yang ngajak bicara, sehingga Aruna yang disebelahnya ngerasa kasihan, bisa bisa mulut si Ffandra kaku donk.

" Iya belom," jawab Ffandra lirih.

" Mana tempat pensilmu, sini aku mumpung pegang pengoyot," Aruna jadi yang super aktif nich pada Ffandra, toh Ffandra semakin seneng dengan sikap Aruna, tangannya mengambil tas ransel di bawah kursi terus membuka jepitan tas, dan mengambil kotak pensil lalu di kasihkan ke Aruna.

" Ini gimana membukanya Ffan?" Aruna merasa kesulitan bukanya, akhirnya Ffandra berdiri terus narik kursi mepet dengan Aruna, dan memberitahu cara bukanya, keduanya cuek duduk mepet, toh teman teman lain juga lagi asyik bercerita sehingga tak ada yang memperhatikan, paling Sesil yang ikut nimbrung berdiri di belakang kursi keduanya.

" Tempat pensil mahal Run," ucap Sesil,

" Iya, semuanya serba baru, disini belum ada kaya gini," ucap Aruna,

" Untukmu mau Run," pinta Ffandra,

" Bener Ffan, lha alat tulismu mau diletakkan dimana, ohya tukaran dengan punyaku ya, cuman ini warna cewek juga sudah bladus," ucap Runa, nyerocos juga si Aruna kalau ngomong.

" Iya, enggak papa, kamu juga warna cowok," Ffandra tersenyum menyerahkan tempat pensil beserta isinya.

" Semuanya nih sama isinya?" tanya Aruna, ia sempat menatap wajah tampan yang berjarak dekat ini.

" Ok, klo gitu tukaran saja Ffan, ini punyaku beserta isinya juga," ucap Runa lagi, Ffandra tentu tak menolak pada cewek cantik berwajah putih mulus alami ini.

" Kamu kok cantiik banget Run," ucapnya lirih, Ffandra menunduk.

" Apaa Ffand," sempat tangan Aruna mencubit keras ke tangan Ffandra,

" Iih sakit lho," protes Ffandra,

" Awaas kamu kalau bilang gitu lagi," ancam Aruna.

" Mau diapakan?" tanya Ffandra,

" Mau nyubit sampai birulah,"

" Kukira maauu...." dasar Ffandra anak metrololitan walau anak baru, tetep berani sama cewek ini yang dari awal ia yang ngajak bicara terus.

" Mauuu apa?" matanya sempat melotot ke wajah tampan di depannya, Sesil yang ngerasa di cuekin kedua tangannya pegang kepala keduanya terus disatukan,

" Sesil, apaan kamu nich!" protes Aruna yang sempat pipi sama pipi menempel dengan pipinya Ffandra, Sesil di tabok perutnya sama Aruna, ia bener bener kesel sama Sesil.

" Awas Sil tunggu balasanku!" ancam Aruna selanjutnya, si Ffandra seneng donk sama perlakuan Sesil, dalam hati,

" Kenapa tadi hanya pipi sama pipi, kalau tadi aku menoleh tentu hidung atau mulutku yang nempel ke pipinya, aku kurang cerdas kali ini, emmm pipinya halus banget cewek ini," Ffandra kerasa banget bekasnya di pipi, walau ini bukan pengalaman pertama baginya, cuman ini lain banget kok.

Terpopuler

Comments

Tika77h

Tika77h

hehehe, terimakasih komen nya,

2022-01-31

0

Shinta Teja

Shinta Teja

jangan2 si fandra adik nya Aruna lagi...

2022-01-31

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 Juna di PHK
2 Part 2 Mereka Berpisah
3 Part 3 Siswa Pindahan
4 Part 4 Ffandra jadi Ketua Kelas
5 Part 5 Bagas Jeles
6 Part 6 Ffandra Pakai Motor
7 Part 7 Jono jadi tahu Ffandra anak Ferdi
8 Part 8 Chat dari Tasya
9 Part 9 Orang Tua Tasya datang ke Sekolah
10 Part 10 Aruna di UKS
11 Part 11 Ke Gerai Roti
12 Part 12 Ke Rumah Aruna
13 Part 13 Main di Rumah Aruna
14 Part 14 Ffandra Tidur di Kamar Danis
15 Part 15 Nginep di Rumah Jono
16 Part 16 Memancing
17 Part 17 Aruna Kecegur Kolam
18 Part 18 Cerita Tasya
19 Part 19 Ffandra ke Rumah Runa
20 Part 20 Nasehat Bu Arini ke Tasya
21 Part 21 Ulah Tasya
22 Part 22 Di kira Arine
23 Part 23 Jatuh dari Sepeda
24 Part 24 Menyelipkan Bunga di Telinga
25 Part 25 Ffandra dan Runa Naik KRL
26 Parg 26 Rekaman Suara Jono
27 Part 27 Masuk Sekolah
28 Part 28 Tugas Matematika
29 Part 29 Ffandra ke Kantin
30 Part 30 Ffandra Kost
31 Part 31 Tasya Tak Masuk Sekolah
32 Part 32 Ke Solo
33 Part 33 Ke Rumah Juna
34 Part 34 Sikap Arine
35 Part 35 Juna Ketemu Ferdi
36 Part 36 Serangan Tasya
37 Part 37 Kedatangan Keluarga Juna
38 Part 38 Juna mulai berani Mengajak ke Mall
39 Part 39 Makan Bareng di Warung Kampung
40 Part 40 Tasya ke Rumah Arine
41 Part 41 Chat tentang Tasya
42 Part 42 Tasya di ajak Davka
43 Part 43 Kata Dani Bersaudara
44 Part 44 Ffandra tak Bersemangat
45 Part 45 Runa dan Ffandra Bersaudara
46 Part 46 Ffandra Sakit
47 Part 47 Danis Tidur di Rumah Runa
48 Part 48 Runa Jatuh
49 Part 49 Video di Kirim ke Bu Siska
50 Part 50 Menginjak Kaki
51 Part 51 Ke Rumah Rinda
52 Part 52 Di Kebun
53 Part 53 Davka mulai tahu Karakter Tasya
54 Part 54 Aruna di bawa ke Rumah Sakit
55 Part 55 Arine Jatuh
56 Part 56 Arine Meminta Maaf
57 Part 57 Membuka Brangkas
58 Part 58 Tasya sulit berbaik
59 Part 59 Ffandra datang
60 Part 60 Pulang ke Jogja
61 Part 61 Kembali ke Sekolah
62 Part 62 Ferdi pindah ke Jakarta
63 Part 63 Pertunangan
64 Part 64 Dani dapat Kabar
65 Part 65 Runa Kuliah di Jakarta
66 Part 66 Ending
Episodes

Updated 66 Episodes

1
Part 1 Juna di PHK
2
Part 2 Mereka Berpisah
3
Part 3 Siswa Pindahan
4
Part 4 Ffandra jadi Ketua Kelas
5
Part 5 Bagas Jeles
6
Part 6 Ffandra Pakai Motor
7
Part 7 Jono jadi tahu Ffandra anak Ferdi
8
Part 8 Chat dari Tasya
9
Part 9 Orang Tua Tasya datang ke Sekolah
10
Part 10 Aruna di UKS
11
Part 11 Ke Gerai Roti
12
Part 12 Ke Rumah Aruna
13
Part 13 Main di Rumah Aruna
14
Part 14 Ffandra Tidur di Kamar Danis
15
Part 15 Nginep di Rumah Jono
16
Part 16 Memancing
17
Part 17 Aruna Kecegur Kolam
18
Part 18 Cerita Tasya
19
Part 19 Ffandra ke Rumah Runa
20
Part 20 Nasehat Bu Arini ke Tasya
21
Part 21 Ulah Tasya
22
Part 22 Di kira Arine
23
Part 23 Jatuh dari Sepeda
24
Part 24 Menyelipkan Bunga di Telinga
25
Part 25 Ffandra dan Runa Naik KRL
26
Parg 26 Rekaman Suara Jono
27
Part 27 Masuk Sekolah
28
Part 28 Tugas Matematika
29
Part 29 Ffandra ke Kantin
30
Part 30 Ffandra Kost
31
Part 31 Tasya Tak Masuk Sekolah
32
Part 32 Ke Solo
33
Part 33 Ke Rumah Juna
34
Part 34 Sikap Arine
35
Part 35 Juna Ketemu Ferdi
36
Part 36 Serangan Tasya
37
Part 37 Kedatangan Keluarga Juna
38
Part 38 Juna mulai berani Mengajak ke Mall
39
Part 39 Makan Bareng di Warung Kampung
40
Part 40 Tasya ke Rumah Arine
41
Part 41 Chat tentang Tasya
42
Part 42 Tasya di ajak Davka
43
Part 43 Kata Dani Bersaudara
44
Part 44 Ffandra tak Bersemangat
45
Part 45 Runa dan Ffandra Bersaudara
46
Part 46 Ffandra Sakit
47
Part 47 Danis Tidur di Rumah Runa
48
Part 48 Runa Jatuh
49
Part 49 Video di Kirim ke Bu Siska
50
Part 50 Menginjak Kaki
51
Part 51 Ke Rumah Rinda
52
Part 52 Di Kebun
53
Part 53 Davka mulai tahu Karakter Tasya
54
Part 54 Aruna di bawa ke Rumah Sakit
55
Part 55 Arine Jatuh
56
Part 56 Arine Meminta Maaf
57
Part 57 Membuka Brangkas
58
Part 58 Tasya sulit berbaik
59
Part 59 Ffandra datang
60
Part 60 Pulang ke Jogja
61
Part 61 Kembali ke Sekolah
62
Part 62 Ferdi pindah ke Jakarta
63
Part 63 Pertunangan
64
Part 64 Dani dapat Kabar
65
Part 65 Runa Kuliah di Jakarta
66
Part 66 Ending

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!