Yang belum terjawab oleh Mira mengenai keputusan untuk secepatnya menikah, katanya mengenal sudah satu tahun yang lalu, karena melihat pada profil salah satu aplikasi sosial milik Siska, pernyataan ini masih membuat ragu Mira, juga pernyataan ibu Siska adalah ibu kandungnya.
Sambil berjalan menuju kantor Mira ingat saat berangkat diantar oleh Raffa
" Mir, istirahat siang bisa keluar?" Mira melirik Rafa dibelakang kemudi.
" Bisa Fa, pengin beli cemilan Fa," ujar Mira, karena di depannya ada gerobak jajan pasar seperti jajanan yang di buat Ibunya.
" Boleh," jawabnya semangat. Rafa menepikan mobil, kunci otomatis dibuka Rafa dan Mirapun membuka pintu terus keluar beli jajanan pasar.
" Kaya gini suka Fa," kata Mira di mobil.
" Ya suka, puluhan tahun tidak makan jajanan kaya gini, kemaren saja baru di rumah kamu," katanya menerangkan sambil menjalankan mobil serta menyuruh Mira untuk membuka kueku warna merah kesukaannya, dan minta di suapi, Mira menurutinya, Mira juga suka kueku maka belinya lebih banyak sama tahu bacem.
" Dihabisin nanti jajanannya Fa," Raffa melirik saja, tapi dalam hati tentu mengiyakan.
Mira sambil turun dari mobil sempat salim dengan cium punggung tangan Raffa.
" Hmmm, dalam hitungan hari hidupku berubah, mimpi kah aku? " Mira dalam hati tertawa ya menertawakan diri sendiri, pada takdir nya hari ini.
" Mba belum fingerprint dan absen pada android, dari tadi berjalan sambil melamun ingat tadi malam kali mba Mira?" Mira di goda sama Mba Dina tersenyum, dan Mira pun absen terus dilanjut apel pagi.
"Yang, jangan lupa siang makan diluar" pesan dari Rafa.
" Ya, jam 12.00 Fa " ia duduk di depan komputer lalu menyalakan.
" Mba Mira, belajar lagi, ini ada tugas tambahan, mengurusi pegawai yang mau naik pangkat golongan, syarat syaratnya sudah ada di file," kata Pak Muladi yang tinggal menghitung hari pensiun, yang nantinya semua pekerjaannya dilimpahkan ke Mira.
" Mba, di lihat di E file nya, siapa saja yang harus mengusulkan kenaikan golongan," lanjut Pak Muladi mendekat ke kursi Mira.
" Emmm, bau manten baru lho," goda Pak Muladi berikutnya, yang lain ikut menggodanya, sehingga ruangan yang tadinya hening jadi ramai. Mira karena pegawai baru di goda hanya tersipu sipu malu sambil tersenyum. Mira sudah 4 hari bekerja dan merasa betah karena suasana kantor sangat menyenangkan.
" Mba Mira, ikut makan di luar," ajak Mba Efin saat tiba istirahat siang.
" Apa sudah janjian sama Mamas," lanjut mba Efin, Mira pun mengangguk.
" Mir, aku sudah di depan pintu gerbang" pesan Rafa.
" Iya Mas, aku keluar " balesnya sudah pakai Mas, di pikir pikir kurang etis kalau panggil namanya saja, apalagi dengan teman sekantor ke laki laki Mira panggilnya juga Mas. Mira keluar hanya bawa dompet kulit produk handmade dari kota Malang pesen lewat jasa online. Hp juga bisa masuk.
" Hmmm Mira sudah manggil aku Mas, semoga sudah mulai punya kepercayaan padaku," guman Rafa di depan setir mobil BMW barunya. Melihat Mira berjalan mendekati mobilnya Rafapun tersenyum. Rafa membuka kunci otomatis pintu mobilnya, Mira masuk dengan tersenyum.
" Mau makan apa Mas?" tanya Mira menunduk.
" Mas koq melamun," ujar Mira mengagetkannya.
" Sate ya," jawabnya, Mira mengangguk.Rafa menjalankan mobil menuju warung sate, dan di kota ini banyak warung sate dan rata rata maknyus dilidah, sehingga mencari warung yang tidak banyak pengunjungnya karena Mira istirahatnya satu jam.
" Mas, tadi aku sudah menghubungi Bapak supaya jadi Wali, tapi jawabnya, seperti ini," kata Mira menunduk dan memperlihatkan pesan pribadi Bapaknya ke Rafa, disudut mata Mira ada bening air yang hampir tumpah.
" Hmmm Bapaknya tega pada anaknya sampai tidak mau jadi wali nikah yang diserahkan walinya ke adiknya si Fae," guman Rafa di hati dan merasa sedih juga. Dan ini mungkin yang membuat Mira tidak percaya pada laki laki atau takut kalau orang tua laki laki tak menyetujui. Rafa diam sambil menunggu sate pesanannya, diamnya Rafa diartikan lain oleh Mira, yaitu diartikan seperti beberapa pria yang mendekati akhirnya meninggalkannya, tapi Mira menahan rasa ini, karena ada orang lain di warung sate.
" Coba Mir, nanti dihubungi pakai vicall, kalau tidak berhasil Sabtu kita kesana, kamu tahu alamatnya," saran Rafa agak kesal.
" Alamatnya tanya ke bulik Tantri yang pernah kesana atau ke Oom Iqbal, rumahnya ada di kampung sebelah," kata Mira sedih. Sate dan nasi sudah terhidang di meja.
" Makan dulu yuk," ajak Rafa lembut dengan menatap Mira penuh iba. Mira mengangguk. Keduanya menikmati sate yang lumayan enak, Rafa tahu ke gusaran Mira.
" Jangan kawatir Mir, aku tak akan meninggalkanmu," guman Rafa dalam hati, sambil menyuapi nasi ke mulut Mira, tangan kirinya di letakan di bahu Mira. Mira memberanikan diri mrngusap mulut Rafa yang masih ada sisa kecap pakai tangan.
" Mas, kurang 20 menit lagi," kata Mira, Rafa berdiri menuju ke kasir, dan Mira membantu membawa pesanan untuk teman di ruangannya.
" Mir, agak mendekat duduknya," pinta Rafa lembut, Mira menggeser tubuhnya mendekatinya,
Rafa mengantar ke kantor Mira, sampai kantor masih kurang 10 menit, agak macet di jalan, juga Rafa mengemudinya pelan pelan.
" Mas, nanti aku pulang ke rumah saja," kata Mira saat turun dari mobil, Rafa mengangguk.
Rafa sambil menyetir mobil berpikir tentang Bapaknya Mira,
"Apa coba nanti aku hubungi setelah di rumah," gumannya.
Rumah Rafa dengan kantor Mira yang tidak terlalu jauh kalau di jalan tidak macet paling 5 menit sampai, ini jalannya agak macet kebetulan juga harus melewati pasar tumpah dan SD yang 6 hari sekolah sehingga sampai rumah 15 menit.
" Tut tut tut" Rafa mencoba vicall ke nomer Bapaknya Mira, setelah memasukkan mobil dihalaman rumah dan menutup pintu gerbang.
" Emmm sepertinya ada yang mengangkat selulernya," gumannya lirih.
" Assalamuallaikum, Pak Haris betulkah ini " kata Rafa, sambil menscreenshot tampilan wajah di layar ponselnya, juga merekam vicallnya dan menatap tajam wajahnya,
" Waallaikumsalam, iya betul saya Pak Haris, anda siapa " jawabnya disana, sepertinya tidak berada di rumah, kaya ada di kantor, mungkin lagi tidak sibuk sehingga vicall Rafa diterima.
" Oh, saya calonnya Mira putri Bapak " sambung Rafa di depan layar selulernya.
"Anda salah sambung, maaf "jawabnya, wajahnya terlihat cemberut, dan langsung vicallnya ditutup.
" Mira, ibu kamu orang yang kuat dengan membesarkan kedua anaknya seorang diri, dan sampai sekarang tidak mau menikah lagi," gumannya dan Rafapun masuk ke rumah rebahan di sofa di ruang tengah sambil menyetel tv.
Sedang Mira yang masih dikantor, hatinya sedih mengingat bapaknya.
Mira ingat saat kecil, ibunya sambil menyusui Fae menangis di kamar, saat itu Mira sudah di TK nol besar, jadi ingatannya kuat,
" Aku menceraikan mu, ini surat perceraiannya," kata Bapak sambil meninggalkan Ibu dan anak anaknya tanpa mempedulikan tangis Mira memanggil manggil bapaknya. Mira yang sedang berada di depan layar monitor cepat cepat mengambil tisue yang ada di depannya, sudut matanya yang mulai berair di sapunya dengan tisue.
" Mba Mira, minta tolong ajari cara memasukkan scan kelengkapan kepegawaian ke E file," pinta Bu Riri yang seusia dengan Ibunya yang selalu minta bantuan ke Mira selama Mira berkerja di kantor ini.
" Iya Bu,"jawab Mira cepat cepat membalikkan tubuhnya ke Bu Riri dan Mira dengan sabar mengajarinya.
" Mba Mira, sudah di data pegawai yang mau naik golongan," tanya Pak Muladi mendekat,
" Sudah Pak, ini sudah saya print, dengan syarat syarat yang harus dilengkapinya juga," jawab Mira sambil tersenyum manis.
" Mba Mira jangan lupa besok hari Sabtu libur," ledek Mba Andin mendekati Mira, Mira mengangguk dan tersenyum.
Tak terasa jam kantor usai, Rafa seperti biasa telah nunggu di dekat pintu gerbang.
" Mas, langsung pulang ya," kata Mira tersenyum setelah duduk di sebelah Rafa, Rafa sempat melirik senyum Mira yang di paksakan, Rafa sebagai seorang dokter sedikit tahu tentang yang dipikirkan Mira, karena Rafa sering menghadapi pasein dengan kondisi penyakit yang sama, sehingga perlu penanganan cepat, tetapi penyakit yang diderita pasien bisa mempengaruhi jiwanya.
" Mira, seperti memiliki trauma dengan bapaknya, dengan umur 25 tahun belum pernah pacaran, padahal Mira gadis yang cantik, berarti memang sikapnya tertutup selama ini dengan laki laki, aku memiliki keberuntungan disaat yang tepat Mira tak dapat berkutik ku ajak menikah," lamunan Raffa sampai membuat ia diam saat nyetir sampai melewati rumahnya tidak tahu.
" Koq Rafa setelah baca pesan singkat bapakku jadi lebih banyak diam, jangan jangan dia tidak berkenan kayak nya ia mulai menjauh denganku dengan cara diam," pikir Mira sedih,
" Yaaah laki laki akhirnya kalau sudah mengenalku beberapa hari mulai menjauh, tetapi aku begitu bodoh ke Rafa, koq mau aku di paksa menikah dengan nya," batin Mira, ia pun hati nya sedih.
" Mir, sudah sampai rumah," kata Rafa lembut ditatapnya wajah wanita cantik di sebelahnya dengan penuh cinta, ia ingin mengecup kening Mira tetapi belum berani.
Rafa belum pulang sampai sehabis Magrib, tadi siang sudah menghubungi ibu Mira, mau berembug tentang Pak Haris, langkah pertama mumpung masih ada waktu bisa membujuk Pak Haris agar mau menjadi wali nikahnya.
Malam itu berkumpullah keluarga Mira, bahkan adik adik Pak Haris juga orangtuanya di jemput sama Faeyza untuk hadir berembug membujuk Pak Haris agar mau menjadi wali.
Keluarga Pak Haris menangis mendengar video rekaman vicall Rafa.
" Setega itu Mas, kamu dengan putrimu"" kata Tante Sanie dengan tetesan air mata.
" Mungkin pengaruh Mba Desy yang begitu kuat," kata Oom Iqbal kesal juga, Rafa memberanikan diri untuk ikut berbicara,
" Bapak, Ibu, Oom dan Tante, maaf bukan berarti aku ikut campur dalam urusan keluarga ini, saya punya ide besok untuk mendatangi rumah Pak Haris di Indramayu," kata Rafa penuh wibawa, Mira yang sedari tadi cuma tertunduk dengan air mata yang sesekali jatuh, menatap Rafa, yang ditatap sambil berbicara ikut menatap juga dan tersenyum. Usul Rafa disetujui, bahkan kelurga Pak Haris mau bawa mobil sendiri untuk ke Indramayu. Kumpul kumpul keluarga diakhiri dengan makan bersama, yang sudah disiapkan oleh Ibunya Mira dengan bahan bahan yang sudah ada, seperti gurameh di belakang rumahnya dengan pekarangan warisan kakek Mira yang luas ada 3 kolam, ayam tinggal menyembelih, juga buah buahan lagi musim mangga, pepaya dan nanas ada di kebun di lokasi yang tidak jauh dari rumahnya. Snacnya ibunya yang mahir membuat jajanan di suguhkan di meja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments