"Mba Mira, selamat ya, acaranya tadi malam sukses, tentunya direncanakan sangat matang," kata teman teman baru di kantor, Mirapun hanya bisa berucap terimakasih.
Di kantor, Mira yang terlihat lelah, ada waktu untuk menscan syarat syarat kepegawaian terus langsung di masukkan ke E file, terus melanjutkan pekerjaan kemaren.
Mira sebenarnya penasaran tentang Rafa, sambil istirahat mencari Rafassya Aleandro baik di fb maupun instagram tetapi tidak menemukan, karena rasa penasaran dan juga menginginkan kejelasan tentang Rafassya satu satunya jalan mendesak ke Siska.
" Sis, tolong ceritakan tentang Raffa, aku sebagai istrinya ingin tahu tentangnya, " pesan Mira.
" Mir, pokoknya jangan kawatir tentang Raffa, paling nanti kamu dibawa ke Jerman," pesan dari Siska.
" Sis, bukan jawaban itu yang aku mau, " pesan balasan Mira.
" Mir, aku sibuk maaf ya, " pesan dari Siska. Mira semakin galau memikirkan semua ini, sampai pekerjaan di depannya sesiang ini baru dapat 2, dan hp di saku bajunya bergetar, emmm pesan pribadi dari Rafa.
" Mira, syarat syarat untuk ijab kabul sudah selesai, nanti tidur di rumahku ya," pesan Rafa,
" Aku tidak mau tidur di rumahmu Fa, " pesan Mira tegas.
" Percaya denganku, nanti Ibu dan Bapak juga Siska tidur di rumahku, " pesan Raffa.
" Kamu tadi nanya tentangku pada Siska, nanti akan aku jelaskan, " tulis selanjutnya.
" Aku tadi pulang ke rumahmu dan minta ijin pada Ibumu kalau kamu aku ajak tidur di rumahku, " tulisnya lagi,
" Fa, aku belum bawa ganti untuk kerja besok, " pesan balesan Mira.
" Ya sudah nanti pulang dulu, habis Magrib langsung ke rumahku, " pesan balesan Rafa.
Pulang kantor Mira di jemput Rafa yang sudah menunggu sekitar 10 menit yang lalu, dengan mobil di tepi jalan dekat pagar halaman kantor.
" Mira, mendekat kesini," ajak Rafa lembut, dengan tatapan mata sendu. Mira yang penat tenaga dan otaknya menuruti ajakkannya,
" Mir, aku pengin ngajak kamu ke rumahku, sebentar saja kok," pintanya.
" Tapi aku tidak mau masuk ke rumahmu," jawab Mira.
" Ok, kamu mau di mobil saja."
Hanya seperempat jam sampai di rumah Raffa, mobil langsung masuk ke halaman dengan pintu gerbang di buka pakai remote, sehingga Raffa tak perlu turun,
" Mir, turun dulu masuk ke rumah, jangan khawatir padaku," desaknya.
" Janji Ffa," tandas Mira.
" Sueer," jawab Rafa. Maka kedua sejoli itu turun dari mobil, pintu di buka oleh Raffa, Mira diajak keliling ruangan, rasa kagum Mira luar biasa, saat diajak ke ruang makan di depannya ada teras dan taman dengan tanaman anggrek dari berbagai jenis menempel di dinding dinding pagar yang dibuat menggunakan batu alam, dibawahnya ditanam bunga mawar putih yang sudah mulai berbunga dengan aroma harum menyebar di taman itu. Setiap ruangan sengaja tidak di beri hiasan, Raffa tidak senang dengan hiasan menempel pada dinding, lampu gantung dari kristal juga sederhana baik yang menggantung diruang tamu, ruang keluarga dan ruang makan. Perabotan semua dari kayu, dan marmer, semua serba simpel dan mudah dibersihkan. Rafa membiarkan Mira melihat lihat semua ruangan, hanya yang tidak berani di lihat oleh Mira kamar.
" Mir, tidak lihat lihat kamar," kata Raffa, Mira menggeleng.
" Kamu bisa lihat kamar, aku ke dapur buat minuman," lanjut Raffa.
" Enggak, aku ke taman saja," sahut Mira menuju taman di depan ruang makan dan duduk di kursi teras, sambil memandang anggrek yang sudah berbunga.
" Mir, diminum tehnya," suruh Rafa sambil membawa kue kering monde.
" Mir, rencana kamu akan aku bawa ke Jerman, aku sudah cerita sama Ibumu, Ibu menyetujui," kata Raffa lembut.
" Aku masih berat meninggalkan pekerjaanku," ucap Mira menunduk.
" Gajinya berapa nanti ku ganti," jawab Rafa.
" Ffa, sudah lama, aku mau pulang." Pinta Mira mulai gelisah, tapi melihat Raffa selama masuk di ruangan dia menepati janji tidak melakukan apa apa, hatinya agak tenang.
" Tapi nanti kamu tidur disini," jawabnya lembut, tangannya mulai memegang bahu Mira, dan Mira mulai takut karena sampai sekarang dia belum percaya dengan cinta Rafa, dalam pikirannya selalu Rafa akan meninggalkannya kalau sampai memberikan miliknya, Rafa seolah tahu apa yang selalu dipikirkan, sehingga menuruti keinginan Mira pulang ke rumah.
" Mir, kamu masih tidak percaya padaku," kata Raffa, masih gengsi untuk mengatakan secara langsung sayang dan cintanya pada Mira, saat di perjalanan mengantar Mira pulang ke rumah.
" Ya aku harus waspada padamu Ffa, yang habis aku tidak mengerti keputusanmu untuk menikah cepat padahal baru kenal," kata Mira panjang.
" Sudah kukatakan kalau aku mengenalmu satu tahun yang lalu," jawabnya lembut dengan tetap konsentrasi menyetir.
" Lewat media sosial kah?" tanya Mira penuh selidik.
" Ya bisa begitu," jawabnya santai.
" Tapi aku tidak berteman denganmu baik fb maupun instagram, di WA kamupun baru kemaren minta nomerku," jawab Mira panjang juga.
" Kamu temannya Siska, dan kamu sudah tahu Ibu kandungku ibunya Siska," jawabnya santai juga, dan tak terasa sampai di rumah sudah terdengar Adzan Magrib. Dan perbincangan tidak diteruskan lagi, karena Mira langsung masuk ke kamar terus mandi, Rafa sudah menyempatkan mandi tadi waktu mengajak Mira ke rumahnya.
Raffa duduk di ruang tamu di temani Faeyza adik Mira dan ibu Mira. Rumah yang tadi pagi masih ada tenda sudah di bongkar sehingga sudah kembali seperti biasa.
" Mas, kita Sholat di Mushola saja yuuuh," ajak Faeyza, Rafassya mengiyakan, berdua mereka menuju Mushola yang hanya beberapa meter dari rumah Mira, Rafa walaupun setelah lulus kuliah di sebuah perguruan tinggi bergengsi di Jakarta terus mendapat bea siswa untuk meneruskan kuliah kedokteran di Jerman dan langsung diangkat bekerja di sebuah rumah sakit di Jerman tidak menjadikan dirinya lupa pada tata cara pergaulan di kampung, dia yang memang mudah bergaul juga banyak senyum, disambut baik dengan berjabat tangan oleh jemaah laki laki di Mushola.
Mira dan Ibunya menyusul di belakang menuju Mushola, dan pulangnya bisa bersamaan.
Mira dan keluarganya bahkan keluarga Siska tidak ada yang tahu identitas Raffa, di KK hanya bertuliskan nama tanpa titel dan pekerjaan hanya ditulis kerja di Jerman. Raffa sejak cuti kali ini mengurus kepindahan KTP ikut ibunya, karena sejak tahu tentang Mira di foto profil WAnya Siska langsung jatuh hati pada Mira, dan kepulangannya juga langsung akan meminang Mira. Dan sore itu yang akhirnya ketemu Mira saat Mira mau mengajak Siska ke acara Dana itu suatu kebetulan bagi Raffa, sehingga Raffa dalam hati tidak salah memilihnya menjadi pendamping hidupnya,
Rafa sejak kecil tidak tahu Ibu kandungnya baru satu tahun yang lalu Bapaknya menceritakan tentang Ibunya dan Rafa mencari alamat Ibu langsung ketemu terus membeli tanah dan membangun rumah di dekat Ibu kandungnya. Pertemuan hanya satu hari, karena saat itu harus cepat cepat pulang ke Jerman, nasib Rafa hampir sama dengan Faeyza cuma kalau Faeyza tidak tahu bapaknya waktu kecil dan Raffa bahkan tahunya Ibu kandungnya istri Bapaknya sekarang.
" Makan dulu Nak Rafa," ajak Ibu Mira, dan akhirnya berempat makan malam bersama.
" Gimana Nak Rafa masakan Ibu," tanya Ibu Mira,
" Hmmm enak Ibu, boleh aku nambah," kata Rafa, sambil menyendok nasi di tempat nasi. Ibu mengangguk mau menyuruh Mira untuk mengambilkan nasi tidak jadi karena sudah mengambil sendiri. Mira membantu Ibu mengangkat piring ke dapur dan langsung di cuci, setelah itu ikut bergabung di ruang keluarga sambil nonton tv.
" Fae, kamu ngajar di SMP situ," tanya Raffa datar dengan matanya sesekali nonton berita di tv.
" Iya Mas, jadi dekat sama Ibu," jawab Faeyza yang baru diangkat bersamaan dengan Mira.
" Iya Nak, kalau Mira dibawa ke Jerman aku masih ditemani Fae, semoga Fae kelak dapat istri yang mau menerimaku," jawab Ibu panjang dengan doa untuk Fae.
" Ibu, Mira masih sayang meninggalkan pekerjaan yang baru beberapa hari," kata Mira dengan menekuk alisnya.
" Iya, bisa kedenda juga Mba kalau keluar," timpal Faeyza datar.
" Dendanya nanti aku bayar," sambung Raffassya.
" Aku ikut kalau sudah 3 tahun bekerja, siapa tahu bisa pindah di kedutaan," kata Mira, yang masih ragu pada Raffa, dan saat itu Mira jadi ingat pada Bapaknya yang lebih memilih istri keduanya untuk meninggalkan Ibunya yang harus berjuang menjadi single parent, mungkin trauma masa kecil itu yang membuat Mira sering ditinggal lelaki yang baru melakukan pendekatan.
" 3 tahun, tapi coba aku pikirkan, semoga bisa sebagai bahan pertimbangan!" kata Rafa yang dalam pekerjaan sehari harinya bekerja dalam team sehingga jadi tidak merajuk hatinya apabila usulnya tidak diterima.
" Tapi kamu besok menempati rumah kita yang baru ya," pintanya selanjutnya. Mira mengangguk dengan mata melihat Ibunya untuk meminta persetujuan, Ibunya mengedipkan mata tanda menyetujui.
Sore itu Rafa meminta ijin pada Ibu untuk membawa Mira ke rumahnya, Ibu menyetujuinya. Dalam hati Mira berguman " Ibu kenapa percaya pada Rafa yang baru aku kenal beberapa hari yang lalu," Mira mengikuti Rafa dengan hanya membawa baju kerja untuk sehari dan sepatu kerja. Ibu dan Fae mengantarkan sampai halaman depan, setelah mobil keluar keduanya masuk rumah, dengan diiringi doa, semoga Raffa laki laki yang bisa menjadi imam bagi Mira. Ibu menitikkan air mata ingat suaminya yang tega meninggalkan keluarga demi wanita yang bernama Desy, Faeyza tahu kesedihan Ibu, maka Fae berusaha menghiburnya, dan menemani di ruang tengah meneruskan nonton sunetron kesayangannya di tv.
" Fae, ke mushola sudah Adzan Isya," kata Ibu, dan keduanya menuju ke mushola setelah pintu semua dikunci.
Fae berjalan dibelakang Ibunya yang ketemu dengan ibu ibu tetangga, dan akhirnya Fae mempercepat langkah biar cepat sampai ke Mushola.
" Bu Hanifah, kesabaranmu sekarang mulai memetik hasilnya," sebelum Sholat, Ibu Mun berbisik di telinganya.
" Iya Bu, Aamin dan terima kasih atas doa nya."
Imam sudah datang dan Sholat di mulai, semua kusuk menjalankan Sholat.
Selesai Sholat semua pulang ke rumah, demikian Bu Hanifah yang diikuti Fae di belakangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments