" Hmmm yang mau di pinang sudah tidak sabar nunggu jam pulang," kata Pak Hardi ngeledek, karena Mira terlihat gelisah dan berkali kali lihat jam. Mira tersipu sipu malu.
Jam pulang kantor yang ditunggu berjalan begitu lambat, Mira yang sedang di depan komputer selain berkali kali lihat jam tangan juga membuka hp.
" Yang, langsung pulang, aku sudah di rumahmu" pesan pribadi dari Rafa dengan menulis Yang, "Secepat itu kamu memutuskan meminangku," guman Mira dalam hati di depan komputer. Dan hari kedua bekerja di kantor ini sudah bisa membuka file file 25 orang pegawai, dan menulis syarat syarat yang belum di masukan di file komputer untuk para pegawai yang sudah diteliti. Mira di rumah belum sempat menscan juga syarat syarat kepegawaian.
" Semoga nanti habis acara bisa menscan Ijazah, SK Pengangkatan pegawai dan lain lain," guman berikutnya.
Mira menatap layar monitor komputer tapi kali ini lagi kurang fokus, sehingga tangan kanannya tidak menggerakkan mouse.
" Mba Mira lagi melamun nih," ledek Mba Efin di belakang Mira sambil membungkung melihat layar monitor, Mira tersenyum.
" Mba Mira, ditutup saja komputernya, kurang 5 menit apel pulang," ucap Pak Muladi mendekatinya.
Setelah apel pulang selama kurang lebih 5 menit Mira cepet cepet lari ke fingerprint yang ada di dekat pintu, teman teman sekantor sengaja memberi kesempatan untuk fingerprint pertama dan absen lewat aplikasi di android juga sudah sukses, buru buru Mira menuju ke mobil setengah berlari, teman teman pada meledek, Mira hanya menanggapi dengan senyuman.
Sepanjang menyetir pikiran Mira selalu penasaran pada Rafa, dan Mira kadang berpikir negatif tentang Rafa, sebenarnya Mira ingin membuka aplikasi media sosial seperti fb atau instagram untuk mencari keberadaan Rafa, tapi di kantor sebagai pegawai baru tidak enak hati. Dan sampai detik ini Mira belum tahu tentang identitas Raffa, yang dia tahu dia berada di rumah baru sebelahnya Siska, rumah Siska yang sederhana memang ada dibelakangnya. Walau disepanjang perjalanan otaknya selalu berpikir tentang keberadaan Rafa tapi Mira yang sudah lincah mengemudi tetap konsentrasi di jalan, dan akhirnya sampai di rumah, Mira terkejut juga karena dipasang tenda juga kursi kursi sudah di tata rapi, Mira disuruh untuk memarkir mobil di rumah tetangga di sebelah rumahnya, yang disitu sudah terparkir mobil mewah Raffa, Mira memperhatikan nomer mobilnya berinisial Raffa, " Mahal tentunya pesen nomer plat mobilnya," gumannya.
" Raffa Raffa kamu membuat aku penasaran," gumannya kembali. Mira yang menggunakan baju hijab seragam kantor masuk ke rumah, Mira melihat teras depan di pasang dekorasi dengan rangkaian bunga sedap malam sehingga bau wangi menyebar di sekitarnya, Raffa menjemputnya dengan senyum menawan, tapi Mira sampai detik ini belum bergetar hatinya, jadi ketemu ya datar saja.
" Hmmm Mira, aku jatuh cinta padamu, tapi kamu kulihat tidak menunjukkan respon cinta padaku," guman Raffa saat menjemput diteras Mira pulang dari kantor.
" Aku tahu kamu penasaran tentangku," guman Raffassya selanjutnya, Raffa mengikuti Mira sampai ikut masuk kamar, dan di kamar Mira pada meja riasnya ada beberapa tangkai bunga sedap malam yang diletakan di vas kristal bening yang di beri air, dan Raffa duduk disisi kasur.
" Mira, nanti sekalian kita menikah siri," kata Raffa lembut dengan menatap Mira tak berkedip.
" Apa apa Ffa, aku tidak setuju!" ucapnya dengan nada protes.
"Mira berpikir tentang Raffa kayak di berita yang beredar di media sosial tentang lelaki banyak uang bisa melakukan apa yang diinginkan setelah itu akan ditinggalkannya, seperti laki laki yang berusaha mendekatinya beberapa hari terus pergi tanpa kata," gumannya dalam hati.
"Atau jangan jangan Raffa orang kurang sehat otaknya," guman selanjutnya.
" Apa kata mu Mira, aku lelaki waras kok ," Mira kaget.
" Kok Raffa tahu yang aku pikirkan, tadi aku bukankah ngomongnya lirih, aneh lho jangan jangan ia punya panca indra ke enam yang bisa dengar omongan lirih orang lain," Mira wajahnya terasa panas, mungkin merah kayak udang di goreng, dan Mira memberanikan diri bicara agar Raffa keluar dulu dari kamar.
" Ffa, aku enggak enak merasa tubuhnya bau kecut, tolong keluar dari kamarku dulu."
" Ok, jangan lama lama lho ya, pakai baju yang bagus biar nanti terlihat paling cantik sendiri," Raffa berdiri dari tempat duduknya terus keluar kamar sedang Mira mengunci pintu kamar sampai dua kali,
Mira mengambil baju di almari masuk ke kamar mandi di kamarnya terus pintunya di tutup, sengaja tidak di kunci karena pintu kamar juga suda terkunci.
" Mas Raffa, Mba Mira sudah selesai? nanti habis Magrib mau dirias," ujar Mba Dina salon rias yang di booking Rafa.
" Ya sebentar lagi, dia sedang mandi," jawab Rafa datar. Mirapun selesai bersih bersih tubuhnya, masuk kamar terus menghubungi Siska.
" Sis, kamu kenal Raffa, yang rumah baru bersebelahan sama rumahmu? hari ini dia meminangku, " vicall Mira ke Siska.
" Selamat Mir, semoga kamu dulu yang menikah baru aku menyusul, aku nanti datang Mir, dan kenapa kamu baru ngabari aku?" jawabnya datar tak bisa di potong omongannya.
" Sis, dijawab pertanyaanku tentang Raffa ini" desaknya.
" Mir, mau Magrib dulu" jawab Siska menutup sambungan vicallku, pintu kamar diketuk dari luar, suara Rafa memanggil
" Mir, Sholat Magrib dulu," lembut suaranya. Mira berpikir" jangan jangan si Rafa punya kepribadian ganda."
Dan Mira keluar menuju ke tempat wudlu dekat Mushola rumah, Raffa mengikuti dari belakang.
Sholat Magrib yang menjadi imamnya Raffa.
Sehabis Sholat, Mba Dina yang sudah nunggu mengajak Mira segera dirias di kamarnya, baju hijab warna putih tulang dari bahan brukat yang terlihat mahal sudah disiapkan, bajunya terlihat baru.
" Sepertinya semuanya sudah disiapkan oleh Rafa," pikir Mira yang awalnya sempat bingung pada kostum yang akan dipakai, bahkan Ibuku juga sempat kebingungan, yang berhubungan dengan makanan yang akan di suguhkan, sehingga hanya menyediakan ala kadarnya, karena Rafa tadi malam berbicara dengan Mira dan Ibu yang datang cuma 4 orang, sehingga Ibu juga hanya menyediakan porsi 15 ditambah dengan keluarga.
Katering datangnya habis Magrib, molor dari kesepakatan, tetangga satu RT Mira dan Rafa di kirim dus dusan.
" Mba Mira bisa cantik banget," sanjung Mba Dina yang merias.
" Aku puas dengan hasilnya," lanjutnya, dan berkali kali Mira di jeprit pakai kamera, katanya untuk dimasukkan ke fb maupun instragram untuk dijadikan model buat promisi salonnya.
" Yang, aku mendatangkan penghulu sekalian untuk nikah siri," kata Raffa setelah Mira selesai dirias sedangkan Mba Dina keluar kamar, karena Rafa ingin berbicara dengan Mira.
" Kamu tadi sudah ngomong, tapi jangan coba coba kamu meminta lebih dariku," Mira yang masih tetap bingung dengan langkah tergesa gesa yang di ambil Raffa tanpa berdiskusi dulu dengannya maupun dengan Ibu, Mira sempat matanya berembun, Ibu sudah tak punya siapa siapa, kakek neneknya sudah wafat, sedang Ibu anak tunggal, ada sih saudara jauh itu juga tak ada di kampung, saudara jauh semua ada di luar kota, paling pada Oom Iqbal adik Bapak yang sering datang untuk meminta ibu jadi pendamping, sebab beliau seorang dudaa.
" Apa karena status Ibuku, juga karena Ibu hidup jauh dari saudara sehingga Raffa meremehkan kami?"
" Mira, kamu jangan berprasangka buruk padaku, aku serius kok, percaya padaku ya, ok," tangannya di angkat kayak mau mengusap air bening di pojok mataku tapi aku cepat cepat melengos.
" Kok ia tahu juga yang ku pikirkan, ah Raffa tentu punya panca indra ke 6 lelaki di depan ku," Raffa tersenyum.
" Ok, Mir, paling tidak kita sudah khalal, dan satu minggu lagi kita ijab kabul resmi," jawabnya tanpa beban, tapi matanya menatap Mira sampai ke dalam hati.
" Mir, kecantikanmu tidak jauh dengan di foto, aku tidak salah memilihmu."
Mira semakin penasaran tentang Raffa, dan hanya mampu diam dalam keadaan sekarang.
Acara dimulai setelah Isya, tamu tamu sudah memenuhi tempat duduk, Siska dengan calon suami datang, tapi aku belum bisa bertanya tentang Raffa, dan tamu tamu yang datang sebelumnya sudah menyalami Mira dan Raffa, tamu tamu kagum melihat kecantikan Mira. Raffa tak mau jauh dari Mira.
Acara pertama meminang, keluarga Raffassya memperkenalkan diri, juru bicara Raffa mengenalkan Ibunya Siska sebagai Ibu kandungnya, dan memperkenalkan suami Ibunya yang merupakan ayah tiri, juga Ayah kandung dan Ibu tirinya yang mengasuhnya menjadi orang sukses juga di kenalkan, saat itu Mira mulai tahu tentang Raffa, dan Mira tidak habis pikir kenapa Siska tidak cerita. Dan berikutnya acara memasang ring di jari manis terus dilanjutkan ijab kabul tetapi baru nikah siri, dan ijab kabul resmi diputuskan hari Sabtu depan, Raffa menghendaki hari Minggu ini, tapi keluarga Mira keberatan karena perlu persiapan.Jam 11 malam sudah selesai, para undangan sudah bubar, Raffa karena sudah merasa syah sebagai suami tidur sekamar dengan Mira.
" Mir, sekarang kita sudah syah secara agama tanpa takut dosa," kata Rafa lembut di pembaringan,
" Ya, tapi jangan macam macam, aku ngantuk besok harus berangkat kerja, jangan banyak ngomong."
" Kamu ketus terus Mir." Mira terlelap tidur disebelah Rafa drngan posisi memunggungi, sementara Rafa tak bisa memejamkan mata sedikitpun, dia hanya mampu mengelus rambut Mira yang tebal dan halus, juga memandangi punggung Mira.
" Ya aku harus sabar menghadapi Mira, toh ini karena sikap ku yang sejak awal, aku tahu tidak mau mendekatinya, aku hanya melihatnya dari jarak paling dekat 50 m," dan akhirnya Rafa hanya mampu tidur 2 jam saat menjelang pagi, sehingga bangun kesiangan.
" Mira, aku antar ke kantor sekalian aku mau ngurus syarat syarat yang di butuhkan untuk menikah resmi," Mira sudah siap siap berangkat ke kantor dan mengajak sarapan pagi, Mira sekarang cenderung lebih banyak diam, tapi menyetujui ajakan Raffa diantar ke kantor.
Mira yang berniat menscan syarat syarat file kepegawaian belum terlaksana, akhirnya file dokumen dimasukkan ke tas ransel, berniat nanti di kantor bisa menscannya. Raffa hanya bisa melirik ke Mira, yang hanya diam.
" Mira, kamu marah terus ke aku," tanya Raffa lembut di mobil setelah lama diam diperjalanan menuju kantor Mira.
" Hmmmm," katanya tanpa melihat Raffa yang menyetir santai, mata Mira hanya memandang ke depan lewat kaca mobil.
" Mira, aku tahu marahmu, karena langkah yang ku ambil tanpa memperhatikan perasaanmu."
Kali ini sepertinya Raffa tidak tahu yang berkecamuk dalam benak Mira.
Yaah Mira masih belum percaya dengan dirinya yang secepat ini menikah dengan orang yang sama sekali belum pernah dikenalnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments