Rafassya melajukan mobil dengan kecepatan sedang, ia tahu Mira masih belum percaya juga ragu dengan ketulusan hatinya, sehingga Rafa lebih baik konsen menyetir.
Mira yang belum percaya pada cinta Rafassya mau menerima ajakan Rafa untuk menginap di rumah barunya. Di mobil Mira lebih banyak diam dengan hanya memandang lampu lampu jalanan dengan cahaya ke kuning kuningan, sehingga Rafapun ikut mengimbangi Mira dengan diam, matanya sesekali melirik wanita disampingnya sambil memainkan jari jarinya pada benda berbentuk lingkaran yang dipegangnya.
" Sudah sampai," suara Raffa memecah keheningan malam, tangannya menekan tombol dipintu, kaca pintu perlahan turun, dan tangan mengambil remote di dashboard mobil, menekan warna hijau lewat pintu mobil yang kacanya telah terbuka, sekali tekan pintu gerbang membuka sendiri. Mobil masuk ke halaman, terus dengan remote pintu gerbang ditutup kembali, pintu garasi terbuka dengan menggunakan remote, dengan masih di dalam mobil pintu garasi ditutup kembali pakai remote. Mira yang memiliki trauma masa kecil dengan bapaknya.
" Pagarnya tinggi tertutup lagi, dari luar enggak terlihat kalau ada orang di dalam," guman Mira dan otak nya berpikir ke hal yang tak baik maklum ia trauma pada rumah tangga orang tua nya. Raffa meliriknya, tentu ia tahu yang dipikirkan oleh Mira.
" Mira, ada CCTV kok, jadi tak perlu khawatir, " Mira terjengit tubuh nya karena yang dipikirkan selalu bisa dibaca oleh nya.
" Atau ia punya anthena yang bisa menangkap semua yang ku pikirkan," dan Raffa bersikap biasa artinya ia menahan rasa di dadaaanya tentu semua yang ia lakukan hanya ingin mendapat kepercayaan dari Mira, bahwa dia benar benar menyayanginya, tulus, ingin hidup bersama di sisa hidup.
" Ayo turun Mir," ajak Rafa setelah melihat Mira di buat bengong dengan yang ia lihat. Mira membuka pintu, dan tas ransel di bawa masuk menuju ruang tengah lewat garasi.
" Fa, kamarmu mana," tanya Mira hati hati. Rafa memberitahu kamar dirinya.
" Aku tidur di kamar lain Fa," pinta Mira, Rafa merajuk dengan permintaannya, tapi akhirnya mengabulkan keinginan Mira.
" Mana Siska, Ibu dan Bapaknya katanya mau tidur disini," gumannya lirih saat masuk ke kamar di sebelah kamar Rafa.
Mira mau menanyakan ke Rafa tidak enak hati nanti dikira cerewet, atau jangan jangan Rafa membohongi keluarganya mengaku Ibunya Siska sebagai Ibu kandungnya. Kalau memang Ibu kandungnya tentu rumah Siska di renov atau malah dibongkar di buat yang bagus. Mira mebaringkan tubuhnya di kasur yang sangat empuk dengan sprei motif warna pink yang baru Mira buka dari plastik, tadi Rafa memberikannya supaya dipasang. Matanya menerawang keatas memandang plafon yang dibuat sedemikian bagusnya, berkali kali Mira memejamkan mata tak kunjung bisa tertidur, akhirnya tengah malam Mira menuju ke dapur, tadi sore tahu di dapur ada beberapa mie instans, berniat untuk membuatnya, saat nembuka pintu kamar di kagetkan oleh suara Rafa.
" Belum bisa tidur?" tanya Rafa lembut tapi terdengar seolah keras ditelinga Mira sampai dia merajuk.
" Iiiya, pengin buat mie instans," jawabnya merajuk, Rafa yang sedang membuka ipad dan duduk di sofa panjang di ruang tengah yang hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendek, memicingkan matanya.
"Buat 2 sekalian," pintanya. Mira membuat 2 bungkus mie instant dari merk terkenal di Indonesia, dengan cara mie direbus dulu, air rebusan di buang, mie diletakan di mangkuk dengan bumbu terus diorak arik mie itu dengan bumbunya, terus merebus air di beri bakso, kebetulan di frizer ada bakso dan membuat telor mata sapi. Bakso sudah naik keatas saat di rebus terus diletakan di mangkuk dan airnya disiramkan ke mie dan telor mata sapi diletakkan diatas mie. Mira menuju ruang makan dengan membawa 2 mangkok mie instans, terus menuju ke ruang tengah dan mendekati Rafa yang lagi serius membaca pada ipad nya, dan Mira walau duduk disampingnya tapi tidak mau mencampuri urusan pekerjaan Rafa.
" Fa, mie nya sudah matang dimeja makan," ucapnya lirih lembut. Berdua berjalan beriringan menuju meja makan, dan mereka menikmatinya.
" Emm enak," ucap Rafa lirih, matanya melirik Mira, tapi Mira tak menghiraukannya karena asyik menikmati mie buatannya.
Keduanya menghabiskan mie, dan Mira mengambil mangkuk Rafa, tangan Rafa memegang tangan Mira yang sedang mengambil mangkuknya.
" Mir, mungkin kalau tidur dikamarku, kita bisa tidur," bisik Rafa ditelinga Mira.
" Aku tidak memikirkan hal itu Fa," sahutnya dengan nada agak keras, Mira tetap berpandangan bahwa Rafa akan meninggalkannya, ya dia sudah merasa hubungannya sekarang halal tapi bisa terjadi Mira ditinggalkan begitu saja kalau dia menyerahkan dirinya, walau katanya tadi siang Rafa sudah selesai mengurus syarat syarat di KUA.
" Ok, kalau itu mau mu, aku sabar kok Mir."
" Sudah selesai Ffa?" Mira berdiri dan mengambil mangkuk lalu dibawa ke dapur langsung dicuci. Mira menuju kamar.
" Mir, tidur di kamar sebelah," pinta Rafa yang sudah berdiri disebelah Mira saat Mira membuka pintu kamar, Mira menggeleng.
" Ok, aku saja yang di kamarmu," jawab Rafa sudah masuk ke kamar, saat Mira mau membuka pintu kamar untuk keluar, dan Mira berguman " lebih baik tidur di sofa ruang tengah," tangan Mira di pegang erat dan pintu kamar di kunci dari dalam, kuncinya langsung di ambil Rafa, Mira langsung ketakutan dan duduk dilantai dengan menyenderkan punggung di pintu, mukanya ditelungkupkan ke kedua lututnya. Rafa akhirnya membungkuk dengan mengangkat kedua tangan Mira untuk berdiri.
" Mir, hanya tidur satu ranjang, aku juga sudah ngantuk, " ujar Rafa iba. Mira menggeleng, dan Rafa langsung menuju ke ranjang terus merebahkan tubuhnya, Mira yang sudah mulai lelah mengambil cover bed dan bantal diletakkan dilantai dan tertidur meringkuk, Rafa melirik tapi matanya sudah lelah sehingga tertidur. Tak lama Rafa bangun dan mengangkat tubuh Mira di letakan di ranjang, Rafa keluar menuju ruang tengah dan berbaring di sofa, akhirnya tertidur. Terdengar sayup sayup Adzan Shubuh dari Masjid yang agak jauh dari rumah Rafassya, Mira bangun dan kaget didapati tubuhnya sudah berada di ranjang, ia menelisik seluruh badan nya, tidak merasakan apa apa.
" Aman!" ia menapakkan kaki ke lantai terus menuju ke kamar mandi yang ada di kamar.
" Hmmm sudah ada sikat gigi baru dan handuk baru, mandi juga pakai air hangat," dan ia mensucikan diri untuk Sholat Shubuh dan keluar kamar, Rafa sudah siap menuju Mushola yang ada di rumahnya dan mengajak Sholat berjamaah.
" Rafa sepertinya hidupnya disiplin, walau semalam tidur kurang tetapi dia tetap bangun pagi," gumannya lirih, saat kakinya melangkah ke tempat Sholat.
Mira mencopot mukena dari tubuhnya dimasukkan ke hanger, dan digantung di almari kaca di Mushola rumah, terus menuju ke dapur, Rafa sudah di dapur sedang memanggang roti,
" Mir, buat minuman jeruk lemon tanpa gula untukku," pintanya, Mira mengambil lemon di kulkas di potong separo, yang separo di potong miring jadi beberapa bagian, di letakan pada dua gelas di beri air panas yang diambil dari dispenser yang ada di ruang makan dan yang separo diletakan pada tupperware dan dimasukkan ke kulkas,
" Kenapa tidak semua?" tanya Rafa, karena lemonnya cuma separo yang dibuat minuman.
" Kalau semua terlalu asem," jawab Mira datar. Rafa selesai membakar roti di oven kompor terus diberi selai, terlihat tidak canggung berada di dapur.
" Mungkin terbiasa sendiri," pikir Mira.
" Mir, kamu suka selai apa," tanya Rafa.
" Selai nanas saja," jawab Mira.
Mereka menikmati roti bakar dan minuman lemon berdua di ruang makan.
" Fa, habis makan masih ada waktu, aku menyiram bunga ya," kata Mira,
" Enggak usah, sudah ada Bi Ipah jam 7 datang," jawabnya sambil memasukkan roti bakar ke mulut.
" Jam buka kantormu 7.30 Yang?" tanya nya sambil berdiri menuju wastafel di ruang makan. Mira mengangguk.
" Berangkat jam 7.00, masih ada waktu satu setengah jam," katanya, Mira mengiyakan sambil membawa piring tempat roti bakar ke dapur dan langsung dicuci bersih. Rafa menuju ruang tengah terus membuka laptop nya, walaupun dapat cuti satu bulan tapi harus tetap memantau pekerjaannya.
Pagi ini Rafa membuka emailnya, dan ada permintaan dari Universitas di Singapura dan Jepang juga Indonesia di Fakultas Kedokteran untuk menjadi dosen terbang mengisi setiap dua minggu sekali, mulai bulan depan, jadwal di buat dalam waktu satu minggu.
" Mir, ada berita untukku, sini mendekat baca emailku," ajak Rafa, Mira agak ragu, tapi karena didesak akhirnya membaca email Rafa,
" Jadi Rafa seorang dokter ahli," guman di hati.
" Mir, berarti aku bisa 2 minggu sekali pulang," kata Rafa dengan ceria, yang tadinya Mira mau kirim pesan ke Siska untuk menanyakan kembali tentang Rafa akhirnya androidnya di tutup kembali.
" Berarti aku tetap kerja Fa, sesuai keinginanku," kata Mira, mulai ceria juga.
" Ya, tapi biasanya cuma 1 tahun,"jawab Rafa datar.
" Semoga bisa di perpanjang sampai 3 tahunan Fa,"ucap Mira berharap.
" Ya berdoa saja, semoga Allah mengabulkan," jawabnya.
" Syukur kembali ke tanah air," lanjut Mira, Rafa tersenyum.
Jam sudah menunjukkan pukul 6.30, Mira cepat cepat menuju kamar untuk ganti kostum batik bebas, karena Mira belum mempunyai seragam batik kantor jadi boleh menggunakan atasan bebas, dan membersihkan muka pakai pembersih dan di beri cream siang terus pakai bedak tipis, bibir dipoles lipstik warna pink, terus menuju garasi.
" Ada yang tertinggal. "
" Enggak ada, semua sudah ku masuk kan ke ransel."
" Emmmm, memang Mira masih polos, tak apa aku harus sabar. "
" Apa Ffa, aku menyakiti kamu. "
" Enggak kok cuma aku harus sabar menghadapi kamu. "
" Iya tentu lah, aku juga harus belajar untuk bisa menyesuaikan diri dengan mu kita kan baru saling mengenal, tentu butuh waktu lama untuk saling mengerti, iya kan."
" Ternyata kamu ngomong nya juga nyerocos Mir."
" Berarti kamu sudah mulai tahu tentang diri ku."
" Uuhhh di kira nya aku baru tahu kamu, he he he," Raffa ngomong di hati.
" Kok diam."
" Mau ngomong apa, kamu saja sudah hampir nyampai di kantor."
" Sini saja Ffa, biar aku jalan kaki saja ke dalam." Raffa menurut karena jalan pagi hari juga ramai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments