Ketika malam tiba, Aulia lebih dulu masuk ke kamar bersama maminya. Sedangkan Dimas masih menemani keluarganya di depan, usai menemani ketiga anaknya juga Sandra tidur lebih dulu. Sampai detik ini pun, Dimas selalu menemani anak anaknya tidur bergantian di tempat berbeda, karena sekarang mereka masing masing telah beranjak remaja dan dipisahkan kamar oleh Dimas dan Rena.
"Mami, aku nanti kalau udah nikah harus gimana? aku engga tahu" ucap Aulia dalam pelukan Rena di atas ranjang, menutupi tubuh dengan selimut bersama.
"Hm, gimana ya sayang mami bingung jawabnya. Pokoknya kamu harus nurut apapun ucapan suami kamu selama itu untuk hal hal yang baik, kamu juga harus bisa mengingatkan saat suami kamu melakukan hal yang salah. Mengingatkan dengan lembut dan bicara dari hati ke hati bukan bertengkar, jangan menanggapi apapun dengan amarah karena engga akan ada jalan keluar untuk itu. Siapkan semua kebutuhan suami kamu bahkan sebelum dia meminta, mendampingi di semua kondisi mau itu senang ataupun susah" panjang lebar Rena menjelaskan.
"Oh ya, seorang istri juga harus bisa memanjakan mata, lidah dan telinga suami. Maksudnya, memasak dengan menyiapkan makan setiap hari, tampil cantik meskipun tidak dengan make up berlebih, selalu wangi, bertutur kata yang lembut dan memuji suami itu juga penting" tambah kembali Rena.
"Kaya mami dong, tapi kan kita gak boleh pakai parfum mi?" jawab Aulia mencerna dengan baik ucapan mami yang tersenyum menatapnya.
"Pakai parfum kalau ada suami sayang, kalau keluar rumah lebih baik jangan. Lagipula wangi juga gak harus pakai parfum kan? dari shampo juga sabun itu udah bikin wangi sayang, mami aja engga pernah pakai parfum soalnya papi suka protes" cubit Rena pada hidung mancung putrinya.
Kedua asik mengobrol dengan Aulia terus bertanya tentang menjadi seorang istri. Apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, tidak ada satupun terlupa dalam setiap pertanyaan Aulia yang tetap ingin dalam dekapan maminya. Aulia memang ingin tidur bersama malam ini, sebelum menjadi seorang istri dan akan terus mendampingi suaminya.
"Kamu ngapain sih tidur di sini? papi kan mau tidur sama mami" tegur Dimas begitu masuk kedalam melihat putrinya di atas tempat tidur.
"Aku mau tidur sama mami kok, papi tidur sama adik aja" ucap Aulia.
"Enak aja, minggir sana. Jatah papi tuh buat peluk mami malah diduluin lagi" protes lelaki sudah naik ke atas ranjang menggeser kaki putrinya.
"Engga mau, aku mau sama mami" rengek manja Aulia kembali mendekat memeluk maminya.
"Udah mau nikah masih aja manja" gerutu Dimas tidur di samping istrinya.
"Sayang jangan di punggungi dong, masa aku tidur sama rambut sih" tambah Dimas memprotes.
"Engga mau, mami harus hadap sini" protes tak mau kalah Aulia, mengeratkan pelukan pada maminya.
"Ya gak mau, pokoknya papi gak mau tidur sama rambut" mulai Dimas berdebat.
"Ya aku juga gak mau pi" seru Aulia, membuat maminya membuang napas kasar.
"Udah gini, adil kan?" ucap Rena tidur terlentang.
"Terus yang dipeluk siapa?" memelas Dimas dan Aulia bersamaan masih sama sama memiringkan tubuh menghadap Rena.
"Gini aja, udah malam ayo tidur" ucap Rena menarik kedua tangan suami dan anaknya ke atas perut memeluk dirinya.
Menahan rasa sesak dengan kedua orang dekat pada tubuhnya, Rena mencoba terpejam. Dimas dengan sikap nakalnya, menyusupkan wajah dileher istrinya mencium hingga Rena harus menahan geli, karena tak ingin terdengar Aulia. Bibirnya terkatup menahan apa yang dilakukan suaminya dalam diam.
Seperti takkan pernah berubah dengan sikapnya, Dimas terus saja bertingkah seolah pengantin baru setiap hari. Tanpa ingin melepaskan sikap manja juga kehangatan sama sekali. Staminanya memang sama seperti parasnya yang tak pernah mengenal usia dan tetap muda. Malah banyak yang mengatakan jika semakin berusia, Dimas semakin tampan dan gagah.
******
Dini hari pukul 02.45 seperti biasa Dimas menjadi imam untuk keluarganya melakukan sholat malam. Anak anaknya pun sudah memiliki kesadaran sendiri, dan seperti memiliki alarm sendiri dalam tubuh mereka untuk bangun dini hari. Kebiasaan rutin yang dibiasakan Dimas dan Rena pada keluarganya, membuat mereka memiliki tanggung jawab sendiri akan kewajiban, walaupun tanpa diingatkan setiap hari. Malah terkadang mereka lah yang mengingatkan ketika papinya sibuk bekerja sampai lupa waktu.
Usai sholat malam, mereka melanjutkan mengaji sembari menunggu waktu subuh tiba. Dimas selalu memeriksa setiap bacaan anak anaknya, menyempurnakan bacaan mereka. Setiap satu minggu sekali Dimas selalu meminta anak anaknya untuk menyetorkan beberapa ayat sekaligus, yang sudah ia minta dihapalkan dalam waktu satu minggu.
Setelah kehilangan Kakeknya, Dimas dan Rena memang memperdalam ilmu agama mereka dan tinggal dalam sebuah pesantren selama tiga bulan. Semenjak itu, mereka memiliki guru sendiri untuk mengajari mereka setiap harinya. Ingin lebih memahami dan bukan hanya bisa membaca Al Qur'an saja. Setiap ilmu yang dimiliki selalu diterapkan pada anak anaknya, dan membuahkan hasil terbaik diluar apa yang diharapkan.
Sama sekali tidak mengira jika anak anaknya mampu memiliki kemandirian dalam hal ibadah, terlebih Aulia yang sangat memperdalam agama juga keimanannya bersama Rena. Keduanya terkadang sering terlihat mengaji bersama, dimana mereka bergantian untuk membaca ayat dan terjemahan pada setiap surat yang di baca.
Tanpa malu akan usia, mereka selalu bertanya akan apa yang tidak di mengerti dalam arti sebuah ayat. Karena memang takkan pernah ada batas usia untuk selalu belajar dan belajar. Setiap bulan mereka mendatangi panti asuhan, mengaji bersama dan memberikan kebahagiaan pada anak anak yatim piatu dengan harta yang mereka miliki.
Menuangkan, mempraktekkan, mengajarkan tentang bagaimana berbagi, tentang bagaimana cara kita menghargai dan menghormati siapapun tanpa melihat siapa dan apapun mereka. Dimas dan Rena tidak mau anak anaknya menjadi anak manja, sombong yang selalu membedakan karena mereka dilimpahkan kenikmatan dunia, dititipkan harta dalam hidup.
Ajaran tentang rejeki yang datang juga bagian dari rejeki orang lain yang dititipkan, membuat anak anaknya selalu menyisihkan uang jajan mereka untuk turut membantu yang membutuhkan. Tidak akan miskin hanya karena berbagi, dan malah menjadikan mereka semakin berlimpah akan harta dari kelancaran bisnis mereka.
Namun yang terpenting bagi Dimas dan Rena adalah kedamaian hati yang di dapat, serta kekayaan memiliki anak anak soleh juga soleha. Anak anak penuh pengertian dan berbakti walau dengan candaan juga sikap konyol mereka. Saling melengkapi satu sama lain antar saudara.
Tyo pun mengikuti jejak kakaknya untuk bisa berdiri menata keimanan serta agama. Walau Siska belum bisa memantapkan hati untuk berhijab, namun adanya niatan sudah membuat Tyo senang dan membantu istrinya perlahan. Tyo tak ingin memaksa dan siap menunggu hingga Siska bisa memantapkan hatinya lebih dulu. Karena Tyo tidak mau jika hanya dengan paksaan untuk membahagiakannya, maka suatu saat Siska akan melepas dengan mudah.
Paling tidak kini Siska sudah perlahan menutup aurat dengan selalu mengenakan pakaian panjang setiap hari, dan hanya tampil seperti biasa ketika di kamar bersama suaminya. Yang terpenting adalah hatinya sudah lurus memantapkan diri dalam agama serta keimanan yang bertambah. Seluruh keluarga besar pun sangat mendukung keputusan Tyo dan Dimas untuk menjadi imam lebih baik dalam keluarga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Megawati
ngulAng y kok kejauhan sih...
2020-07-02
2
Endang Purwati
aaddeeemmmm nyaaa keluarga ini...
2020-06-29
2
Cinta Sayank
kok di ulangi LG si cerita ya di sni
2020-06-22
3