Bab 4

Sore hari, Aulia sudah mulai di poles wajah cantiknya dengan sedikit make up. Aulia tidak mau di rias oleh orang lain, dan meminta maminya sendiri yang melakukan. Bahkan kebaya yang dikenakan pun buatan tangan Rena, karena juga ingin membahagiakan putrinya di hari terpenting dalam hidupnya.

Air mata Rena sesekali menetes merias wajah putih nan mulus di hadapannya. Serasa tidak mempercayai jika putri kecilnya akan menjadi seorang istri dan pergi meninggalkan rumah bersama suaminya. Aulia menyeka air mata pada wajah cantik wanita selalu sabar dihadapannya, lalu memeluk erat tubuh tetap bagus dalam usia bertambah itu.

Melanjutkan merias walau terhenti saat mata mulai berkaca kaca, Rena merasa beruntung bisa mendampingi putrinya dalam hari paling membahagiakan hari ini. Sebisa mungkin wanita berhijab biru tua itu menahan air mata, agar putrinya juga tak ikut menangis. Hati seorang Ibu seolah tak rela ditinggalkan putri yang telah dirawatnya selama ini, meski bukan lahir dari rahimnya sendiri.

Beberapa jam mempersiapkan putrinya, Rena melanjutkan untuk mengganti pakaiannya sendiri dan siap di dalam kamar yang sama. Rena sengaja membantu putrinya berhias dalam kamarnya, karena kamar pribadi Aulia tengah dipersiapkan Siska juga Tyo sebagai hadiah untuk keponakan mereka.

Pintu terbuka perlahan, terlihat sosok laki laki tinggi dengan tubuh tegap memasuki kamar. Senyumnya indah merekah pada wajah tampan nan segarnya. Matanya mulai berkaca kaca melihat putri yang hampir tak dikenali karena riasan itu, membuat Aulia sangat cantik dan berbeda dari hari hari biasa.

Dimas memeluk dan mencium kening putri selalu berdebat dengannya dari kecil. Bulir air mata keluar begitu saja tanpa perintah dan perijinan, saat menatap wajah cantik nan anggun dalam hijab serta kebaya putih tersebut. Ia pun meraih tubuh istrinya dan memeluk bersama sampai Natalie datang menghampiri di kamar luas dengan tiga orang tetap saling memeluk.

Dimas keluar akan kabar jika calon besan dan calon menantunya sudah tiba bersama keluarga besar mereka. Dimas menyambut semua yang lebih dulu di sambut oleh Papa, Papa mertua serta Adiknya. Dalam ruang tamu tersebut sudah terlihat beberapa orang yang akan menjadi saksi ikatan suci antara dua insan sore ini.

Sebuah acara sederhana tanpa kemewahan seperti keinginan putrinya sendiri. Beberapa tetangga saja yang hadir sebagai saksi juga ketua RT kompleks tempat rumah Dimas dibangun. Semua sudah berkumpul dan tak lama Rena datang bersama Natalie menuntun Aulia hadir.

Acara sakral nan suci itu berjalan haru dan penuh kebahagiaan ketika semua sudah berteriak kata sah. Kelegaan hati juga mendera batin seluruh keluarga besar termasuk Aulia dan Dion. Keduanya jelas terlihat bahagia dalam status baru yang di sandang bersama. Sebuah status dengan ikatan suci juga cinta yang tak lagi di sembunyikan seperti dulu.

Dimas memeluk Aulia dan Dion bersama usai acara selesai. Cukup lama Dimas memeluk sepasang suami istri baru tersebut sampai tangannya melepaskan. Ia meraih tangan Dion dan di satukan bersama Aulia. Menatap kearah keduanya bergantian dengan tatapan terpancar rasa bahagia di dalamnya.

"Papi titip kesayangan Papi, jaga dia, sayangi dia, bimbing dia menjadi lebih baik, terima semua kekurangan dan kelebihannya tanpa syarat. Kalau dia melakukan kesalahan maka tegur dengan cara baik, jadikan ini pernikahan pertama juga terakhir kalian bersama. Dion, kalau mungkin jangan pernah biarkan air mata jatuh dari mata indahnya, biarkan hanya senyum yang terukir dalam wajahnya" ucap tulus Dimas menatap Dion menahan air mata.

"InshaAllah Papi, Dion akan selalu ingat dan menjalankan semua ucapan Papi semaksimal mungkin. Dion sangat mencintai Aulia, Dion juga ingin membahagiakan dia dan menjadikan dia hanya satu satunya dalam hidup Dion karena Allah" tulus Dion berucap.

"Engga usah muluk muluk, engga bisa menuhi Papi hajar kamu" ucap Dimas membulatkan mata Dion terkejut.

"Papi, Auli udah mau nangis terharu ujungnya tetap aja" senyum Aulia, ditatap aneh Dion.

"Papi bercanda Dion, biasa Papi suka gitu tapi bisa jadi ancaman juga buat kamu" senyum Aulia melihat wajah heran suaminya.

"Kok Dion sih? sayang, biar usia kalian sama tapi dia tetap suami kamu. Panggil nama ke suami tuh engga baik loh, dengerin tuh Mami kalau panggil Papi kaya gimana" tegur Dimas menasehati membuat Aulia cengengesan.

"Iya, mas Dion" senyum Aulia lirih mengatakan.

"Engga usah nama, mas aja cukup. Gak sopan tahu gak panggil sumi pakai namanya juga" kembali Dimas menegur menasehati.

"Engga usah Pi, agak risih dipanggil mas gitu, engga terbiasa" cengengesan Dion.

"Terus mau dipanggil apa? mamang? akang?" tanya Dimas menahan tawa.

"Sayang aja boleh gak Pi? biar kaya Papi ke Mami" ragu ragu Dion mengatakan, ditatap oleh mertuanya.

"Engga Pi, mas aja" takut Dion akan tatapan dingin mertuanya.

"Rundingan aja ya berdua, Papi lapar" ucap Dimas menepuk pundak menantunya dan berlalu pergi.

Aulia tersenyum menatap kepergian Papinya, tapi Dion seolah bisa bernapas lega mengusap lembut dadanya. Aulia memperhatikan laki laki baru meminangnya itu aneh, dan mengembangkan tanya dalam benaknya.

"Kenapa sih?" lembut Aulia bertanya.

"Aku kenapa ya tiap kali dilihat sama Papi, napas sama jantung aku kaya berhenti langsung gitu?" ucap Dion ditertawakan kecil Aulia sembari menggeleng.

"Makan yuk" ajak Rena sudah menghampiri kedua pasangan baru tersebut.

"Iya Mami" sahut Dion dan Rena bersama.

Tetap dengan tawa kecilnya, Aulia melangkah ke arah meja berisi penuh hidangan tersebut. Rena mengajarkan putrinya agar mengambilkan makan untuk suaminya. Karena sudah tahu apa apa yang di suka ataupun tidak di suka oleh Dion, Aulia mudah saja mengambilkan makan untuk laki laki yang langsung duduk bergabung dengan Tyo, Dimas, Erwin dan Teddi dan Anggara berbincang.

Usai mengambilkan, Aulia mengantar piring berisi makanan pada laki laki dengan balutan setelan jas putih juga peci putih, yang tengah berada di samping Anggara. Keluarga menatap Aulia yang malu malu menyodorkan piring di hadapan suaminya.

"Makasih ya, kamu engga makan?" ucap Dion meraih piring dari tangan Aulia usai menoleh ke arah semua laki laki yang tengah duduk bersamanya.

"Makan sama mami di sana" lembut Aulia tetap dengan wajah malu.

"Gabung dong, masa udah nikah makan pisah pisah entar dikira berantem lagi" goda Dimas sembari menikmati makan.

"Iya, kaya sungai aja tengah ada jembatan. Hajar aja kaya jalan tol sana bebas hambatan, udah sah gini" tambah Tyo.

"Ya kan Dion engga kaya kamu sama Dimas" goda Teddi ke arah kedua putranya.

"Iya, suami Auli engga kaya papi sama om" ucap Aulia, langsung Dimas dan Tyo saling tatap tersenyum.

"Cie, suami" celetuk Dimas dan Tyo bersamaan menggoda, memerahkan wajah Aulia dan Dion seketika.

"Papi sama om ih" malu Aulia.

"Kalian berdua ini" seru Erwin menggelengkan kepala.

Anggara dan Dion belum mengetahui kegilaan kedua saudara itu ketika bersama merasa terkejut. Terlebih Dimas selalu terkenal akan sikap dinginnya selama ini. Seolah seperti orang lain yang sangat berbeda dari Dimas juga Tyo yang selalu serius dan dingin ketika di perusahaan, namun di rumah dan bersama, keduangnya sangat berbeda dan terlihat hangat bersama kekonyolan mereka.

Terpopuler

Comments

Titik Sj

Titik Sj

kok diulang lagi ceritanya. padahal msh puanjang

2020-10-24

0

desakputupadmawati

desakputupadmawati

Aduh ngulang jd scroll trs deh

2020-07-29

0

Endah Siau

Endah Siau

😍😍😍😍😍

2020-05-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!