Tuhan tidak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan umatnya. Ya, Tuhan memberikan begitu banyaknya cobaan padaku karena aku masih kuat dan aku masih mampu untuk menjalaninya. Aku hanya harus sabar dan banyak berdoa agar semua masalah yang aku hadapi ini bisa terselesaikan dengan indah.
Aku bekerja di sebuah pabrik kain yang tidak jauh dari rumah sakit Ibuku di rawat. Kerjaanku lancar dan alhamdulillah dari sana sedikit demi sedikit aku bisa mengumpulkan uang untuk biaya perawatan Ibu.
Tapi beberapa bulan kemudian, ada PHK besar-besaran di pabrik itu karena mereka tidak bisa menjual barang dalam jumlah besar, akhirnya aku kena PHK. Lalu aku bekerja sebagai pelayan disalah satu restoran di Jakarta, tapi uang yang aku kumpulkan tidak bisa menutup biaya rumah sakit.
Akhirnya aku berniat untuk membuka usaha jahit, karena aku punya keahlian menjahit baju dan aku bisa mendesain suatu baju atau gaun. Dengan uang yang ada aku bisa membeli mesin jahit dan kelengkapannya, aku juga membuat papan nama di depan rumah agar orang-orang tahu kalau aku menerima jahitan.
1 bulan 2 bulan memang masih sepi, namun 5 bulan kemudian awalnya aku mendapat orderan baju seragam anak sekolah dasar sebanyak 100 potong baju, bulan berikutnya aku menerima orderan dari SMP dan SMA di dekat komplek. Dari sana usahaku makin dikenal orang.
Tidak mau membiarkan kesempatan ini, aku berniat untuk membuat gaun pengantin dengan desain yang aku buat. Rumah kontrakanku aku sulap menjadi butik kecil-kecilan, disana aku pajang gaun pengantin, gaun pesta, kaos juga setelan jas untuk laki-laki yang tentunya aku buat dengan tanganku sendiri. Dan aku membuat daster-daster cantik dengan harga yang murah untuk emak-emak di komplek. Hasilnya, aku mendapat banyak uang dari itu.
Aku bertekad untuk membeli sebuah ruko dipinggiran kota agar aku bisa jadikan ruko itu butik, tapi uangku masih kurang untuk membeli ruko itu. Setelah aku berfikir, aku akan memutuskan untuk menjual rumah Ayah yang ada di Bandung toh rumah itu juga sekarang tidak terisi. Akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke Bandung dan segera mengiklankan rumah mendiang ayah itu.
"Maafin Senja Yah, Senja harus menjual rumah ini." Gumamku
♧♧♧
3 bulan kemudian akhirnya rumah itu terjual, dan bagusnya ruko yang aku incar itupun masih ada. Tanpa berfikir panjang aku langsung menemui pemiliknya dan melakukan transaksi jual beli.
2 bulan kemudian aku akan launching butikku yang pertama, iya yang pertama karena aku yakin aku akan membuka lebih dari 1 butik.
Aku dibantu sahabatku Laras untuk menjalankan usaha butik ini. Butik pertamaku ini menjual banyak gaun pesta dan baju-baju yang sedang trendi pada masanya. Setiap hari pengunjung datang dan banyak sekali pesanan baju yang masuk. Usahaku semakin lama semakin maju, aku yakin ini semua tak luput dari doa Ibu, meskipun sudah hampir 1 tahun Ibu di rumah sakit dan masih belum mengenaliku sebagai anaknya.
"Ja, butik kamu ini kewalahan dengan banyak pesanan yang masuk, apa kita perlu buka butik ke 2?" tanya Laras.
"Aku ga yakin uangku cukup atau tidak untuk membeli ruko lagi, karena bulan lalu kita membeli 1 rumah untuk dijadikan tempat produksi," timpalku.
"Ini, ada toko yang akan dikontrakan di salah satu mall besar disana, ini alamatnya." Ucap Laras sambil menunjukan sebuah kertas berisi iklan toko tersebut.
"Apa kita coba kontrak aja untuk 6 bulan disana, pasti bisa kan?"
"Kalau kamu mau, kita bisa kesana untuk tahu lebih detailnya."
"Oke kalau begitu sekarang kita kesana!" Ucapku dengan semangat yang menggebu.
Setelah sampai di mall tersebut, aku langsung menuju toko yang dimaksud.Beruntung aku bertemu pemilik toko tersebut, meskipun sudah berumur tapi penampilannya tak kalah dengan anak muda sekarang. Namanya tante Gita, dia mengontrakan tokonya karena orang yang sebelumnya mengontrak disana tidak memperpanjang waktu kontraknya.
"Mari dilihat dulu, ini cukup luas dan terletak di tengah-tengah mall, jadi ini sangat strategis sekali," ucapnya sambil tersenyum ramah.
"Aku mau tau harganya,dan sebenarnya aku mau kontrak dalam waktu 6 bulan saja, apa bisa?" Tanyaku ragu.
"Kalau boleh saya tahu, apa usaha yang akan kamu jalani di toko ini?"
"Aku mau buat untuk butik tante, karena butik yang aku punya selalu kewalahan dalam menerima pesanan, jadi aku mau tambah butik lagi," jawabku.
"Apa kamu dari Senja Collection?"
"Tante tau Senja Collection?"tanya Laras.
"Ah siapa yang tidak tahu butik itu? sebenarnya Tante langganan butik itu tapi lewat online dan lihat baju ini, bukannya berasal dari butik itu?" jawab Tante Gita sambil menarik baju yang ia pakai.
"Mana ownernya, kamu apa kamu?"sambung beliau sambil menunjuk aku dan Laras.
"Aku Tante, aku Senja," sambil mengangkat tanganku.
"Tante akan beri diskon buat kamu, sebentar," ucap tante Gita sambil berlalu mengambil tasnya.
"Kenapa Tante Gita ngasih diskon padahal kita belum tahu harganya kan?" bisik Laras.
Aku hanya tersenyum pada Laras.
"Ini kuitansinya, untuk 6 bulan." Tante Gita menyerahkan kuitansi untuk kontrak toko selama 6 bulan.
"Apa? Tante ini gak salah tulis harga kan?" tanya Laras dengan heran.
"Enggak, ini benar dan kamu bisa bayar ini setelah butik kamu beres!" ucap tante Gita dengan senyum ramahnya.
"Kalau gitu besok aku bawa uang cash untuk pembayarannya, nanti aku akan telepon Tante." ucapku.
"Ini kartu nama Tante, disana ada alamat rumah dan kantor Tante, nanti kamu bisa menghubungi Tante ya. Kalau begitu kita deal ya!" Tante Gita mengulurkan tangannya.
"Deal tante, terimakasih." Akupun mengulurkan tangan tanda setuju.
♧♧♧
Keesokan harinya aku menugaskan beberapa pegawai butik aku untuk membereskan butik baru agar cepat bisa digunakan. Sedangkan aku sudah ada janji dengan Tante Gita di rumah Tante Gita.
"Apa kabar Senja?" sapa tante begitu aku sampai ke rumahnya.
"Alhamdulillah baik Tante." jawabku.
"Ayo masuk, hanya ada anak Tante di dalam itupun dia akan pergi kerja lagi."
"Iya tante."
"Kita minum teh dulu ya, jangan terlalu keras untuk bekerja kamu harus rileks dan santai, Tante lihat muka kamu tegang sekali."
"Iya tante."
Aku sudah tidak bisa berkata lagi, setiap kata yang beliau ucapkan memang benar, aku terlalu kaku, tegang, dan sangat tidak rileks. Aku sendiri pun bisa merasakannya, tapi aku tidak bisa merubahnya.
"Ini teh lemon buat kamu, coba dulu biar aura wajahmu tidak tegang," sambil menyodorkan segelas teh lemon yang sangat wangi.
"Iya Tante."
"Hahaha saking tegangnya yang kamu ucapkan dari tadi hanya iya Tante iya Tante." tiba-tiba tante Gita tertawa lepas.
"Ma ,aku pergi ya."
Tiba-tiba kudengar suara laki-laki di rumah tante Gita.
"Nak, coba kesini dulu!" ucap tante Gita padanya.
"Ada apa mah?"
"Kenalkan ini teman mamah, namanya Senja." ucap tante Gita.
"Teman?" gumamku.
"Sejak kapan Mama berteman dengan orang yang beda usia?" tanya laki-laki itu.
"Sejak sekarang." beliau tersenyum dan melihatku.
"Aku Senja." ucapku sambil mengulurkan tangan.
"Aku Rama, anaknya teman kamu." jawab dia.
"Ah terlihat cocok sekali." ujar tante Gita melihat aku dan anaknya bersalaman.
"Ah dia mulai lagi, aku berangkat ya Ma." dengan melambaikan tangan laki-laki itu pergi meninggalkan kami berdua.
Aku yang tak tahu harus berbuat apa, hanya bisa tertunduk.
"Itu anak pertama Tante, umur dia sudah 30 tahun tante paksa dia menikah dia malah gak mau, sudah berapa perempuan cantik Tante kenalkan ya seperti itu tadi reaksinya." terang tante Gita.
"Mungkin anak tante punya pacar jadi dia gak mau dijodohin." ucapku polos.
"Tante yakin dia belum punya pacar, orang yang ditaksir pun Tante yakin dia gak punya."
"Oh iya Tante, ini uang pembayaran toko." aku mengalihkan topik pembicaraan.
"Senja, apa kamu mau jadi istri Rama anak Tante?" Tante Gita mengagetkanku.
Mimpi apa aku semalam. Aku tahu akan ada pelangi setelah hujan badai, namun pelangi yang aku inginkan bukanlah lamaran seorang ibu untuk anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Naoki Miki
Haii mampir yuk ke krya q 'Rasa yang tak lagi sama'
Cuss bacaa jan lupa tinglkan jejaakk🤗
tkn prfil q aja yaa😍
vielen danke😘
2020-10-24
0
Kadek
semngt
2020-07-13
1
Zes
lnjut baca
2020-07-07
0