“Untuk uang bulanan sih kita sanggup yah, tapi untuk uang masuk, mama cuma punya simpanan 400 ribu,” Mamanya Yasser menjawab dengan perasaan bingung.
“Ga papa ma, besok kan kita jual cabe, semoga harganya bisa nutupin kekurangannya,” jawab Suaminya.
“Aminnn... “ mereka mengamini harapan mereka.
Ke esokan harinya di pasar.
“Bang saya bawa cabe rawit ini bang, hasil petik kemarin,” Ayahnya Yasser memperlihatkan cabai yang akan dijualnya kepada Bang Rudi, penjual sayuran.
“Tolak berapa satu kilo?” bang Rudi mulai menawar dan terlihat tertarik dengan cabai yang dibawa Ayahnya Yasser.
Memang kualitas cabai yang dijual ayahnya Yasser bagus-bagus, karna cabainya dirawat dengan baik.
“Seperti biasa aja bang, 35 ribu sekilo,”
“Gak ada laba aku kalau segitu Gus, Gimana kalau 25 ribu?, aku ambil semua ini,” bang Rudi menawar pada Ayahnya Yasser yang sering di panggil Agus.
“Ya udah boleh juga bang,”
“Naikkan ke timbangan dulu,” bang Rudi memerintah kan pada Ayahnya Yasser.
Ayah nya Yasser menimbang cabainya di timbangan milik bang Rudi.
“47 kilo Bang,” Ayahnya Yasser berkata sambil menunjukkan angka timbangan pada bang Rudi.
“47×25.000\= 1.175.000, oke ... ini uangnya.” Bang Rudi menghitung dengan kalkulator kemudian mengambil dompet dari saku celana jeansnya, mengeluarkan uang dari dompet dan memberikan untuk bang Agus ayahnya Yasser.
Ayahnya Yasser pulang ke rumah dengan motornya.
“Gimana Yah? Berapa harganya sekilo?” Mamanya Yasser bertanya ketika Suaminya masuk ke dalam rumah.
“Alhamdulillah Ma, rezekinya Anak-anak mau masuk sekolah, sekilo 25, cabai semua 47 kg, jadi ini uangnya, 1.150.000, tadi di jalan ayah isi bensin 10 ribu, ayah beli gorengan 10 ribu, rokok ayah 5 ribu.” Ayahnya Yasser menyerahkan uang dan gorengan di tangannya untuk istrinya.
“Ini 50 ribu untuk pegangan ayah, 100 ribu untuk tambahan uang masuk sekolahnya Yasser, yang lebihnya nanti hari pekan kita belanja buku tulis 3 lusin untuk mereka dan beli seragam untuk Yasser,” Mamanya Yasser membuat rincian yang harus di beli.
“Beli celana biru aja ma, baju putih masih ada baju lama, masih bisa di pakek,” sahut Yasser yang duduk di samping mereka, adik-adiknya mulai menikmati gorengan yang dibawa ayah mereka.
“Ya udah kalau abang bilang gitu, berarti uangnya bisa kita simpan, kalau udah banyak bisa kita beli mesin cuci, biar Mama bisa ambil kain lebih banyak dari rumah tetangga,” Mamanya Yasser berkata dengan penuh harapan.
Mamanya Yasser udah lama ingin membuka usaha laundry, tapi belum ada modal untuk membeli mesin cuci, jadi usaha cuci nya terbatas karna masih manual, hanya beberapa rumah aja yang di terimanya.
"Iya Ma," Yasser manjawab dengan senyum bahagianya.
Yasser dan Silvi sudah mengembalikan formulir pendaftaran sebelum tanggal 28. Formulir Silvi dikembalikan sama Abinya, sedangkan Yasser mengembalikannya sendiri.
Tanggal 1.
Yasser dan Silvi bersiap-siap ikut tes masuk sekolah.
Silvi ke sekolah diantar Abinya, dan Yasser dengan sepedanya. Yasser lebih dulu sampai di sekolah dari pada Silvi, karna Yasser berangkat jam setengah 7.
Yasser duduk di halaman sekolah dengan siswa yang lain, mereka saling berkenalan satu sama lain, 15 menit berlalu, bel berbunyi. Dan suara mikrofon terdengar.
“Tes tes, satu dua,” Suara pengeras suara terdengar dari dari kantor guru. Seorang guru keluar menghadap halaman sekolah dengan mix dan kertas di tangannya.
“Kumpul-kumpul, kumpul semua ke sini,” Pak guru memberi aba-aba dengan pengeras suara.
Semua siswa yang akan mengikuti tes berkumpul, Yasser memilih barisan depan di pojok kiri, sedangkan Silvi berdiri di tengah barisan paling kanan.
“Assalamu'alaikum wr wb," Guru laki-laki yang berumur sekitar 40 tahun itu memberi salam.
"Wa'alaikum salam wr wb," murid-murid yang akan ikut tes itu pun menjawab dengan serentak.
"Sekarang bapak akan mengumumkan nama-nama yang masuk ruangan ke satu sampai ruangan ke 7, nanti kita akan memilih, hanya tertinggal 6 lokal saja. Satu lokal 35 orang, kita disini hanya mempunyai 6 lokal untuk kelas 1, jadi nanti kita akan pilih siapa yang tinggal dan siapa yang tidak tinggal, sekarang bapak akan panggil nama kalian satu-satu, usahakan kalian menjawab dengan baik dan benar pertanyaan yang diberikan, kita mulai panggil yang masuk ruang 1, Aulia Rahman, Muhammad Syukri ... ...,” Guru tersebut memanggil satu persatu nama tersebut sampai 35 orang untuk ruang 1, kemudian lanjut ruang 2 sampai habis.
Sampai akhirnya nama Silvi di panggil masuk ruang ke 3, sedangkan Yasser masuk ruang ke 7.
3 jam berlalu.
Tes menjawab soal dan tanya jawab sudah selesai, mereka disuruh kumpul lagi di halaman sekolah.
“Assalamu’alaikum wr wb," Guru laki-laki tersebut memberi salam.
"Wa'alaikum salam wr wb," jawab mereka serentak.
"Kalian baru aja mengikuti tes yang di berikan sama guru-guru kita disini, nanti tanggal 15 kalian kembali untuk lihat pengumuman yang ditempelkan di mading sekolah, yang tidak lewat bapak harap kalian berbesar hati, dan bisa memilih sekolah lain, untuk yang lewat, tanggal 19 masuk sekolah seperti biasa, nanti seragam sekolah diberikan saat kalian sudah sekolah, sekalian ukur badan untuk proses jahitnya, untuk uang seragam di bawa pada hari pertama masuk sekolah, ini saja yang bisa bapak sampaikan, sekarang kalian boleh pulang.” Pak guru tersebut memberi arahan.
Siswa-siswi membubarkan diri, dan menuju pintu keluar, Yasser memilih duduk dihalaman sekolah, untuk menghindari biar tidak bertemu dengan Silvi.
Silvi pulang di jemput oleh Abinya, karna bus sekolah belum bekerja, masih dalam suasana libur kenaikan kelas.
Keadaan sekolah sudah sepi, Yasser menuju parkiran untuk mengambil sepedanya. Dia mendayung sepedanya pulang ke rumah.
Tanggal 15.
“Ma, hari ini pengumuman siapa yang lewat dan siapa yang gak lewat,” Yasser berkata pada Mamanya.
“Jadi kenapa Abang belum siap-siap?” Mamanya bertanya.
“Nanti siang-siang aja Abang liat Ma, kalau pagi-pagi banyak orang Ma, nanti kalau gak lewat malu Ma ditanya sama orang-orang disana.” Yasser menjelaskannya dengan nyengir pada Mamanya. Padahal yang sebenarnya Yasser hanya ingin menghindari supaya tidak bertemu dengan Silvi.
Mamanya hanya mengikuti saja maunya Yasser, karna Mamanya pun tidak bisa berbuat banyak, semua kesibukan Yasser dengan sekolah di selesaikan oleh Yasser sendiri, dia melarang orang tuanya membantunya pendaftaran, dia tidak mau merepotkan mereka, menurut Yasser, orang tua nya udah cukup lelah dengan kerjaan mereka.
Silvi hari ini ke sekolah dengan motor Umminya, karna Abinya tidak bisa mengantar Silvi.
“Kakak siap-siap terus ya, Ummi mandiin adek dulu, nanti siap liat pengumuman, kita ke toko beli seragam kakak,” Umminya Silvi berkata pada Silvi.
“Iya Ummi.” jawab Silvi.
Silvi pergi ke sekolah di bonceng Umminya, adiknya Ghiffari sudah bisa berdiri di depan.
Mereka sampai disekolah, Umminya silvi memarkir motor di parkiran sekolah, dan menyusul Silvi menuju ke mading sekolah.
Silvi mencari cari-cari namanya, “S S S huruf S mana uruf S?” Silvi bergumam sambil terus mencari namanya, agak sulit menemukannya, karna nama yang ditulis tidak berdasarkan abjadnya, masih huruf acak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Mimi Dhava
aku like lagi. like back ya
My Husband Is-Cuek
2020-06-09
1
Epron Putra
hay ka
2020-06-08
1
Yanti Nayaka
intip2 karya kakak
semangat ya
2020-06-07
1