“Ya udah kalau Abi setuju, Ummi ikut aja, karna sekarang tugas Ummi nganterin Ghiffari, jadi gak bisa nganterin kakak Silvi lagi, karna beda arah.” Ummi berkata sambil mengelus rambut Ghiffari yang duduk di pangkuannya.
... ...
Di tempat yang berbeda.
“Ayah, Yasser sambung sekolah di Meraksa boleh?” Yasser bertanya pada Ayahnya yang sedang membenarkan cangkulnya.
“Udah abang tanya berapa biaya pendaftarannya dan biaya bulanannya disana?” Ayahnya Yasser bertanya balik.
“Mahal disana bang, yang sekolah disana anak orang-orang kaya, kerjaan Ayah cuma petani, ibu juga tukang cuci, gak ada uang kita untuk biayanya bang kalau disana,” suara mamanya Yasser yang tiba-tiba datang, dengan secangkir kopi di tangan nya, sambil menggendong adiknya Yasser yang paling kecil dan meletakkan gelas kopi di samping suaminya.
"Ga papa ma, abang cari tau dulu berapa biayanya, besok kan masih pembukaan pendaftaran siswi baru, coba abang kesana, tanya sama guru disana,” Ayahnya membela.
“Iya yah.” Jawab Yasser.
“Bisa pergi sendiri kan dengan sepeda?” tanya ayah.
“Bisa yah.” Yasser menjawab dengan semangat 45.
Yasser terlahir dari keluarga biasa, Ayahnya petani di kebunnya sendiri, ayah nya menanam sayuran seperti kangkung, bayam, singkong, dan cabai. Terkadang ada juga ditanam jagung, uang hasil panen itulah yang dikelola oleh ibunya Yasser agar bertahan sampai panen kedepan.
Yasser anak pertama, dia mempunyai adik 3 orang.
Adiknya yang pertama perempuan bernama Qistie khumaira, tahun ini naik kelas 3 SD.
Adiknya yang ke 2 laki-laki bernama Muhammad iqbal, tahun ini masuk TK B.
Adiknya yang ke 3 juga laki-laki bernama Farhan muzzammil, masih berumur 6 bulan.
Ibunya Yasser tukang cuci gosok kain orang. Setiap sore dia mengambil kain kotor dari rumah 1 ke rumah yang lain, dan malamnya dicuci. Pagi di jemur, begitu kering langsung diambil di setrika. Dan diantar kembali ke rumah pemiliknya.
Ibunya Yasser tidak punya mesin cuci, tapi sudah punya mesin pompa air hasil tabungan upah cuci gosok di tambah hasil kebun.
Untuk antar jemput kain ke pemiliknya di bantu sama suaminya dengan motor butut mereka.
Ke esokan harinya ...
“Ayah, Yasser brangkat dulu ya, mau ke SMP Meraksa,” Yasser mencium tangan Ayahnya.
“Tapi Yasser, ini masih jam 7, apa gak terlalu pagi kamu ke sana?” tanya Ayahnya sambil melihat jam yang masih menunjuk angka 7 lewat 5.
"Ga papa yah, biar nanti kalau Yasser nanya-nanya belum banyak orang disana,” jawabnya.
“Ya udah kalau gitu, udah pamit sama ibu?”
“Udah Yah,”
“Ini uang 50 ribu untuk beli formulir pendaftaran, kalau dapat, kalau gak dapat, besok aja kamu daftar, karna hari ini baru bisa kita panen cabe,” Ayahnya berkata sambil menyerahkan uang 50 ribu.
“Iya Yah”. Yasser mengambil uang dan memasukkan dalam tas ranselnya.
Dia mengambil sepeda dan mengayuhnya dengan cepat.
Dia sampai ke pintu sekolah yang ditujunya, terlihat sebuah jam berukuran besar menempel di dinding sekolah dekat dengan pos sekolah yang menunjukkan jam 8 kurang 15 menit, mungkin sengaja di tempelkan jam disana, biar murid- murid datang ke sekolah tepat waktunya.
“Assalamu’alaikum,” Yasser memberi salam pada satpam sekolah yang sedang menyapu lantai pos sekolah.
“Wa’alaikum salam, mau mendaftar Dek ya, tunggu aja dulu di sana, guru-gurunya bentar lagi keluar.” Pak satpam memberi arahan sambil menunjukkan sebuah tenda yang sudah disiapkan beberapa kursi.
Yasser menuju ke sana, dan memilih kursi paling depan untuk menunggu guru-guru itu keluar.
Di sana masih sepi, hanya ada satpam dan penjaga sekolah yang sedang menyapu halaman sekolah. Terdengar suara beberapa orang yang ada di dalam ruang di depan Yasser. Ruang TU.
20 menit lebih Yasser menunggu, akhirnya keluar seorang guru cantik dan masih muda.
“Oh udah ada yang nunggu, kesini terus.” Guru itu memanggil Yasser ke arah tempat duduknya.
“Adek mau daftar sekolah?” tanya nya.
“Iya Bu.” Yasser mengangguk.
“Ini formulirnya harga 30 ribu, disini udah lengkap syarat-syaratnya semua, dan ini halaman untuk pengisian biodatanya, kalau udah lengkap syarat dan biodatanya langsung di kembaliin, batas pengembalian formulirnya tgl 28, dan nanti tanggal 1 ikut tes, kalau lewat, bayar uang seragam dan uang pembangunan 500 ribu, seragamnya 2 pasang, seragam kotak-kotak sama seragam olahraga, untuk spp nya, sebulan 20 ribu.” Guru tersebut menjelaskan dengan detail pada Yasser, Yasser hanya mengangguk.
Yasser menyerahkan uang 50 ribu, dikembalikan 20 ribu, dan dia membawa pulang formulir itu.
Yasser dari kecil sudah menunjukkan sikap mandirinya, dia tidak ingin merepotkan orang tuanya untuk memenuhi keinginannya.
Yasser pulang kerumah dengan sepedanya. Tidak ada siapa-siapa dirumah. Dia menggantikan baju nya dengan baju hari-hari, dan menuju kebun dibelakang rumahnya yang dipisahkan oleh tambak ikan milik pak Amir.
Dari kejauhan terlihat Ayahnya Yasser dan mamanya sedang memetik cabai. Yasser menghampiri ke duanya.
“Assalamu’alaikum,” Yasser mamberi salam.
“Wa’alaikum salam,” mereka berdua menjawab dan Yasser mencium tangan ke duanya.
“Gimana bang, berapa biaya formulirnya?” Ayahnya Yasser bertanya.
“Biaya formulirnya 30 ribu ayah, udah Yasser beli, uang masuknya 500 ribu, dan SPP 20 ribu tiap bulan yah.” Yasser menjelaskan dengan hati-hati.
Mama dan Ayahnya Yasser berpandangan.
“Ya udah nanti kita bahas dirumah, bantu petik ini dulu biar cepat selesai.” Mamanya Yasser mencairkan suasana.
Yasser membantu memetik cabai, adik-adiknya sedang bermain di bawah tempat berteduh yang dibuat ayahnya, atapnya dari daun rumbia, dan lantainya dari bambu yang di belah-belah.
Matahari tidak terlalu panas, tapi cukup untuk mengeluarkan keringat mereka ber tiga yang sedang bekerja di bawahnya.
Berbeda dengan Silvi.
Silvi diantar oleh Abinya membeli formulir pendaftaran. Mereka datang jam 12 siang, karna Abinya lagi waktu istirahat kantor.
“Kak, nanti jam 12 siap-siap terus, Abi jemput, kita beli formulir pendaftaran”. Abinya berpesan sambil mengambil kunci mobil, dan pergi ke kantor dengan mobil.
Seperti janjinya, Abi silvi pulang menjemputnya.
“Assalamu’alaikum, kakak Abi pulang, yok kita kesekolah!” seru Abinya dari luar rumah.
“Iya Bi.” Silvi keluar dengan pakaian muslimahnya, dan tas kecil yang dipakainya.
Mereka sampai di sekolah, dan langsung memarkirkan mobil di parkiran sekolah, masih terlihat ada beberapa orang yang sedang mengantri untuk membeli formulir.
Silvi dan Abinya duduk di kursi antrian. Hingga sampai akhirnya giliran mereka.
“Ini pak formulirnya harga 30 ribu,” Guru yang duduk di tempat pendaftaran menyerahkan kertas formulir dan menjelaskan persyaratannya.
“Yok kak pulang,” Ajak Abinya Silvi.
Dia diantar sampai rumah, dan Abi nya langsung kembali ke kantornya.
.. ...
Malam harinya.
Yasser dan orang tuanya baru siap makan malam.
"Ma, gimana sekolahnya Yasser?” Ayahnya Yasser bertanya pada istrinya. Karna selama ini uang di simpan dan dikelola oleh istrinya untuk kebutuhan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
patmapaim
next canduu nih ceritanya, Smg terus thor🖤🤍
jan lupa mampirrrrrr balik🤍🖤
2020-06-20
0
VyLy✨
Serasa di beri tanggung jawab si yasser nya😗
Btw semangat ya kak🙌
2020-06-19
1
ciber ara
bagus
2020-06-15
0