Tiba- tiba umminya silvi teringat.
“O iya, saya lupa Ghiffari tadi kan saya titip sama Abi, gak bisa lama-lama ini, nanti Abi telat ke kantor, aduh ... mana udah janji sama Silvi pula buat bicara sama si Yasser, ya udah lah lain kali aja bicaranya, kalau ada waktu, maafin Ummi Silvi sayang ya, Ummi usahain besok yang ter baik untuk kamu sayang ya,” Gumam Umminya Silvi sambil melajukan motor pulang ke rumah.
“Assalamu’alaikum,” Ummi memberi salam sambil masuk ke dalam rumah.
“Wa’alaikum salam Mi, adek udah bangun ni Mi, udah Abi ganti popoknya juga, udah Abi mandiin, udah segeran ini,” Celoteh Abi dengan gaya bicara anak-anak sambil menggoyang- goyangkan badan Ghiffari, Ghiffari tertawa lucu di pelukan Abinya.
“Udah wangi anaknya Ummi, sini sama Ummi, Abi mau brangkat kerja dulu,” Ummi berkata sambil mengambil Ghiffari dalam gendongan Suaminya.
“Oa Bi, paket yang harus Abi bawa udah Ummi masukin semuanya ke mobil Bi ya, nanti jangan lupa seperti biasanya, resinya Abi kirim ke wa Ummi ya,” sambung Ummi lagi.
“Siap.” Abi berdiri tegak dan memberi hormat di depan Umminya Silvi, kemudian mengulurkan tangan untuk Istrinya, Istrinya mengambil tangan Suaminya dan menciumnya sambil tersenyum,
“hehe ... hati-hati Abi sayang ya,” Ummi berkata dengan cengengesan.
Di sekolah Silvi.
Pelajaran dimulai seperti biasanya. Ketika jam istirahat tiba. Silvi berpikir Yasser tak akan mengganggunya, karna dia udah nyuruh Umminya untuk tegur Yasser.
Silvi sedang makan bekal yang sudah Umminya siap kan dari rumah.
Umminya Silvi lebih sering menyuruh Silvi membawa bekal dari rumah, supaya Silvi gak sering jajan sembarangan.
Lagi asyik makan, tiba-tiba
“Plaak.”
“Awww.” Rintih Silvi.
Sebuah benda yang dilempar tepat mengenai kepala silvi dan masuk dalam bekalnya Silvi, dilihatnya benda itu, segenggam es mambo yang udah dihisap yang berhamburan dalam bekalnya, entah siapa pelakunya.
Silvi memutar kepala mencari siapa pelakunya, dilihatnya ada seseorang yang sembunyi di balik kursi.
Silvi memutar pandangannya, seperti mencari sesuatu, dan mengambilnya. Silvi menemukannya, dan di ambilnya batu kecil berukuran jempolnya itu dan menggenggamnya erat-erat, matanya sudah berkaca-kaca menahan amarah.
Dia berjalan pelan ke arah seseorang yang masih bersembunyi itu.
Dan tiba-tiba ...
“Aaa ... kaburrr.”
Anak laki-laki tersebut berteriak keluar dari persembunyiannya, dan itu Yasser, dia lari keluar kelas menghindari dari amukan Silvi.
Tapi naas.
Batu kecil dalam genggaman Silvi pun melayang secepat kilat ke arah Yasser yang sedang berusaha kabur. Dan ...
“Tuk.”
Pantulan suara hasil dari pertemuan batu kecil dengan kepala si Yasser.
“Aduuhh ...”
Yasser meringis sambil mengelus kepalanya dan terus berlari keluar kelas dengan cepat.
Air mata Silvi tumpah secepat batu kecil yang dilemparnya, dia marah, sakit hati, dan sedih. Bekal yang baru di cicipinya di penuhi dengan es bekas hisap orang yang menjijikkan.
“Dasar anak idiot, anak gila kau.” Silvi terus mengumpat ke arah Yasser dengan air mata yang terus mengalir, siswa-siswi lain mulai berkerumun menyaksikan drama di hadapan mereka.
“Kenapa ini, kenapa?” Tiba-tiba salah seorang guru membubarkan kerumunan siswi.
“Kamu kenapa?” tanya pak Rusli pada Silvi.
“Ss ... si Yasser pak,” jawab Silvi terbata-bata karna masih terisak.
“Ya udah ikut bapak aja sini, nanti di ruang BP kalian jelasin, mana si Yasser, panggil si Yasser, suruh ke ruang BP.” Perintah pak Rusli dengan suara marah sambil melangkah keluar kelas di ikuti oleh Silvi.
“Tunggu disini, bapak panggil wali kelas kalian dulu, biar kalian di hukum, asik berantem aja!” Pak Rusli memberi perintah dengan membentak.
Silvi melirik ke belakang nya, ternyata udah ada Yasser di belakang dia, makanya pak Rusli tadi bilang kalian.
“Ehh ... anak-anak bapak, masuk sini,” Pak Anwar keluar dari ruang kantor dan meminta mereka masuk ke ruang BP bersamanya.
“Kamu duduk disitu, dan kamu duduk di situ.” Perintah pak Anwar sambil memainkan telunjuknya ke arah mereka.
Mereka nurut seperti aba-aba pak Anwar, Silvi duduk di kursi dekat dengan dinding, dan Yasser duduk di kursi depannya Silvi yang di pisahkan oleh meja persegi, dan pak Anwar duduk ditengah mereka berdua.
Pak Anwar mengambil kertas dan pulpen.
“Nama kamu siapa?” tanya Pak Anwar pada Silvi dengan mununjuk ke arah Silvi menggunakan pulpen nya.
“Silvia Labiqa Raisya,” Jawab silvi gugup.
“Kamu?” lanjut pak Anwar dengan menodongkan pulpen ke arah Yasser.
“Khaleed Yasser Asy-Syam,” Jawab Sem dengan menunduk.
Pak Anwar menulis nama mereka berdua dikertas, kemudian mencoret satu persatu huruf nama mereka.
“Ooo ... ini banyak bintangnya si Yasser, makanya Yasser sering gangguin kamu Silvi, kalian ber dua Berjodoh ini, ya udah kalian duduk dulu disini ya, Bapak kesana bentar.” Ucap pak Anwar sambil beranjak masuk ke ruang data.
(“Jodoh apaan, liat mukanya aja aku mau muntah, macam anak idiot.”) Silvi mengumpat kasar dalam hatinya.
“Ini minum dulu teh nya ya.” Seorang guru PKL yang piket dapur menyodorkan 2 gelas teh dan 4 potong kue lapis untuk mereka.
Mereka berdua tak berkutik di tempat duduk mereka.
2 jam berlalu, teh dalam gelas mereka berdua udah habis, sedangkan kue belum tersentuh satu potong pun. dan mereka ber dua masih di ruang BP. Tapi tak satu kata pun keluar dari mulut mereka berdua.
Teeettt ... teeettt ... teeettt
Bel pulang sekolah pun berbunyi, Yasser dan Silvi sudah terlihat gelisah, mereka menoleh kesana sini mencari keberadaan pak Anwar.
Tiba-tiba pak Anwar keluar dari ruang data.
“Lho, ternyata kalian masih disini, lupa bapak sama kalian, ya udah kalian pulang, takut nanti orang tua kalian nunggu lama, ingat itu, jangan berantem lagi.” Pak Anwar memberi nasehat yang singkat dan padat.
Tak ada hukuman, tak ada penyelesaian masalah, mereka malah di jamu bak tamu special yang datang ke sekolah.
Mungkin hukuman untuk mereka dengan menyuruh mereka duduk 2 jam lebih tanpa bisa bergerak bebas. Entahlah, terkadang cara pak Anwar menyelesaikan masalah siswi-siswi nya aneh.
Yasser dan Silvi masuk ke lokal untuk mengambil tas mereka, Yasser lebih dulu keluar pulang, sedangkan Silvi harus membereskan tempat bekalnya, masih tersisa banyak nasi dan lauknya.
Di pandangnya lauk kesukaan dia masakan Umminya.
(“Lauknya banyak kali masih, dibuang sayang, di makan jijik,”) Silvi bergumam sendiri.
Kemudian dia berinisiatif menuang lauknya di atas plastik dekat tong sampah, karna biasanya ada kucing liar yang mencari makan dalam tong sampah sekolah.
Silvi keluar kelas, dan menuju gerbang sekolah, sudah ada Ummi dan adiknya Ghiffari dalam gendongan Umminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
ciber ara
hai thor aku sudah mampir salam dari shadow of princess ya 😉
aku bakalan kasih krisan ya
mohon maaf kalau ada perkataan yang kasar ya thor
2020-06-15
0
Roza
hi thor uda mampir ya
hi thor aku uda boom like rate and vote yah.
mampir juga keceritaku After I Meet You.
mohon doa dan dukunganya
2020-06-11
0
Lenna Cristy
semangat terus Kakak 🥰
2020-06-11
0