Chapter 4 - Monopoli

Nanti malam ketiga kakakku akan tidur bersama di kamarku, tapi aku akan mengajak mereka bermain apa?!?! sialan! aku asal sebut saja hendak memainkan permainan, nyatanya aku sendiri juga bingung mau main apa?!

Setelah cukup lama memikirkan ide, aku menemukan ide permainan yang kurasa akan menarik untuk dimainkan bersama mereka.

Hohohohoho.. fix sih main ini aja!

Aku memanggil bibi Joy dan para pelayanku Nina, Risha, dan Sasha untuk membantuku mempersiapkan bahan-bahan yang kuperlukan untuk membuat permainan ini.

Kuminta mereka membelikan beberapa lembar kertas tebal, tinta menulis, dan tinta warna. Aku akan membuat alat untuk bermain Monopoli. Permainan jadul yang tak pernah lekang oleh waktu.

Dulu aku sering mainkan ini sama David saat kami masih kecil. Kami membuat semuanya dalam dua jam dan kemudian menjemur alat-alat permainan yang sudah jadi agar tintanya dapat dengan cepat mengering

Dengan dibantu oleh bibi Joy, Frans, Nina, Risha dan Sasha, alat bermain monopoli ini pun dapat dengan cepat selesai. Wah parah sih ini, repot banget ternyata buat beginian! Tapi demi have fun bareng ketiga saudaraku, tidak apalah.

"Nona, apa ini? ini bagus sekali nona," tanya Nina dengan sorot matanya yang berbinar-binar.

"Ini alat untuk memainkan permainan bernama monopoli bersama dengan ketiga kakakku nanti," jawabku sambil menyusun alat-alat permainan monopoli kedalam kotak kayu dengan rapi.

"Nona memang luar biasa!!! bisa memikirkan dengan rinci untuk membuat peralatan ini saat masih balita.. ahh.. bibi benar-benar sudah kehabisan kata-kata untuk memuji Nona," puji bibi Joy.

"Nona memang si jenius Jewel of Luksemburg, " puji Risha.

"Saya sungguh kagum pada Nona," ucap Sasha sambil menepuk-nepuk pundakku.

Aku tersenyum manis pada mereka berempat. "Hahaha.. kalian terlalu memujiku. Tapi terima kasih.."

"Nina, tolong siapkan air mandiku, aku hendak segera mandi. Ketiga kakakku akan segera datang kemari," pintaku.

"Baik nona, akan segera saya siapkan," jawab Nina.

"Risha, Sasha, kembalilah melanjutkan pekerjaan kalian lagi. Terima kasih telah membantuku membuat alat permainan ini," ujarku pada mereka sambil memberikan permen lingkar kesukaanku.

"Terima kasih banyak Nona," jawab Risha dan Sasha.

"Apabila Nona memerlukan bantuan kami lagi, kapanpun kami siap membantu Nona," gumam Sasha.

"Untuk Nona kami yang satu ini, kami siap kapanpun Nona membutuhkan kami," sambung Risha.

Aku hanya bisa tertawa dan menggelengkan kepala mendengar ucapan mereka. Bukan apa, kata-kata manis itu malah terkesan lucu karena ekspresi mereka yang berlebihan.

"Hehehe..tentu.. aku pasti akan memanggil kalian saat aku hendak meminta tolong kalian," jawabku tersenyum manis.

"Baik nona, kami permisi dulu," ucap Risha dan Sasha sambil menundukan kepala.

"Bibi, ini permen lingkar untuk bibi. Tolong berikan juga untuk Frans dan Nina ya bibi," ucapku sambil memberikan permen lingkar ke tangan bibi Joy.

"Terima kasih banyak Nona. Bibi akan memberikannya pada Frans dan Nina nanti," jawab bibi dengan tatapan menghangat.

"Bolehkah hari ini aku makan malam di kamarku bibi? aku lelah. Aku akan menunggu ketiga kakak ku di kamar."

"Baiklah Nona, bibi akan ambilkan susu untuk nona," jawabnya sambil mengelus kepalaku lembut.

Bibi pergi ke dapur untuk mengambil susu untukku. Saat tengah mempersiapkan susunya, bibi Joy dipanggil oleh kepala butler Jeff.

"Joy, kau dipanggil oleh tuan Duke," kata kepala butler Jeff padanya.

"Baik Jeff, aku akan segera ke ruang makan."

Bibi Joy bergegas menuju ke ruang makan keluarga Luksemburg, disana terlihat Duke, Duchess dan trio brothers sedang menyantap menu makan malam.

"Bibi Joy, putriku tidak ikut makan malam di ruang makan hari ini?" tanya Duke penasaran.

"Tidak Tuan, nona merasa lelah. Makanya tidak ikut makan malam disini," jawab bibi sambil menundukan kepala.

"Apa putriku sedang sakit bibi Joy?" tanya Duchess khawatir.

"Tidak Nyonya, tadi siang Nona sibuk membuat alat permainan yang akan ia mainkan bersama ketiga Tuan Muda," lapor bibi Joy.

Suasana ruang makan keluarga hening dan ketiga bersaudara itu langsung turun dari kursi meja makan, mengelap mulut mereka dengan kain lap putih dan berjalan mendekati bibi Joy.

"Bibi Joy, biar kami bertiga yang membawakan susu ini ke kamar Jewel," ucap Stanley sambil mengambil nampan susu dari tangan bibi Joy.

"Butler Jeff, tolong ambilkan buah apel dan jeruk sekarang," pinta Arthur.

"Bawakan juga buah anggur butler Jeff," sambung Halbert.

"Baik Tuan Muda, ini sudah saya persiapkan semuanya sesuai permintaan," jawab kepala butler Jeff.

"Bagus, terima kasih butler Jeff," ucap Arthur.

"Terima kasih butler Jeff," sambung Halbert.

"Sama-sama Tuan Muda," jawabnya masih dalam posisi menundukkan kepala sedikit memberi hormat.

"Ayah, ibu kami permisi terlebih dulu untuk ke kamar Jewel yah," ucap Stanley.

"Baiklah, kalian boleh pergi. Ayah dan ibu akan menyusul untuk melihat kalian nanti saat pekerjaan kami telah selesai," jawab Duke tersenyum gembira melihat anak-anaknya begitu akur dan perhatian satu dengan lainnya.

"Baik ayah, ibu," jawab Stanley, Arthur, dan Halbert serempak.

Sementara dikamar, aku baru saja selesai mandi dan mengenakan piyama tidurku. Sambil menunggu bibi Joy dan ketiga kakakku, aku melanjutkan membaca buku tentang sihir ditemani oleh Nina.

Saat aku mulai berkonsentrasi untuk membaca, ketiga kakakku datang dengan membawakan nampan berisi susu dan buah. Arthur menghampiri dan menggendongku.

"Ku dengar kau sudah berjuang membuat permainan untuk kami bertiga. Aku dan kedua kakakmu ini tersentuh dengan perhatianmu Jewel. Jadi kami bawakan makan malam untukmu." Kata Stanley sambil mengelus kepalaku.

Aku tersenyum bahagia melihat perhatian mereka bertiga. "Terima kasih, Kak. Aku sayang kalian," ucapku. Aku pun segera menyantap makanan yang telah mereka bawakan untukku.

Tak butuh waktu lama untukku menghabiskan susu dan buah yang mereka bawakan. Usai melihatku selesai makan, mereka pun menanyakan permainan yang akan kami mainkan.

"Jadi apa yang akan kita mainkan Jewel?" tanya Halbert penasaran.

"Kita akan bermain monopoli Kak Halbert," jawabku tersenyum ceria.

Mereka bertiga mengernyitkan dahi mereka bersamaan. "Monopoli? permainan apa itu Jewel? kakak tidak pernah mendengar permainan ini," tanya Arthur bingung.

"Iya, aku juga belum pernah mendengarnya," sambung Halbert

"Memang permainan monopoli ini permainan seperti apa?" tanya Stanley.

"Ini adalah permainan yang aku buatkan khusus untuk ketiga kakakku. Namanya permainan monopoli. Permainan ini merupakan permainan papan dimana para pemain melempar dua dadu enam sisi untuk bergerak di sekitar papan permainan, membeli dan memperdagangkan properti, dan mengembangkannya dengan rumah dan hotel.

Pemain mengumpulkan uang sewa dari lawan mereka, dengan tujuan untuk membuat mereka bangkrut. Uang juga dapat diperoleh atau hilang melalui kartu kesempatan dan dana umum"

Aku ambil kotak alat permainan monopoli dan aku susun agar rapi. Lalu aku lanjut menjelaskan lagi.

"Untuk memainkan Monopoli, dibutuhkan peralatan-peralatan ini kak. Yang pertama adalah bidak-bidak untuk mewakili pemain. Dalam kotak Monopoli disediakan sepuluh bidak yaitu topi, setrika, anjing, kapal perang, mobil, gerobak, gelas, meriam, kuda dan sepatu.."

"Tunggu sebentar, bagaimana kau bisa membuat semua bidak-bidak ini?" tanya Stanley yang sangat terkejut seolah tidak percaya adiknya yang baru berusia dua tahun bisa membuat semua ini.

"Aku meminta Frans untuk mengukirnya tadi, aku membuatnya dari kayu. Aku juga memintanya untuk mencari kayu dan mengukir kayu itu sesuai dengan gambar yang aku buat kak," jawabku.

"Lanjutkan penjelasanmu Jewel," pinta Arthur sambil memperhatikan dengan serius.

"Yang kedua adalah dua buah dadu bersisi enam. Masing-masing dari pemain nantinya akan bergantian mengocok dadu ini dan menjalankan bidak sesuai dengan jumlah angka dadu yang keluar. Lalu apabila kakak berhenti di nama-nama properti yang terdapat pada papan ini.

Kakak bisa memutuskan untuk membelinya atau tidak. Kalau kakak membelinya, maka properti tersebut adalah milik kakak dan setiap pemain lain yang berhenti di kerajaan milik kakak pada papan ini harus membayarkan uang kepada kakak.

Ini kartu hak milik untuk setiap properti. Kartu ini akan diberikan kepada setiap pemain yang membeli properti itu. Di atas kartu tertera harga properti, harga sewa, harga gadai, harga rumah dan penginapan," ucapku sambil menunjukan kartu hak milik.

Pemain akan jalan satu putaran dulu tanpa satu pun pemain dapat membeli properti. Setelah satu putaran, barulah kita bisa mulai membeli properti.

Di papan ini, terdapat empat gambar kereta kuda. Pemain memperoleh sewa lebih tinggi bila ia memiliki lebih dari satu kereta kuda. Tapi di atas kereta kuda ini, tidak dapat dibangun rumah ataupun penginapan.

Terdapat dua perusahaan pada papan ini, yakni perusahaan penerang dan perusahaan air. Pemain memperoleh sewa lebih tinggi bila ia memiliki keduanya. Rumah dan penginapan tidak boleh dibangun di atas perusahaan ini.

Pada papan ini, terdapat pula kartu-kartu dana umum dan kesempatan. Pemain yang mendarat di atas petak ini harus mengambil satu kartu dan menjalankan perintah di atasnya.

Lalu ini adalah uang palsu yang hanya digunakan untuk memainkan permainan ini. Ada 1, 5, 10, 20, 50, 100 dan 500. Stock rumah dan penginapan juga terbatas ya kak, hanya 32 rumah dan 12 penginapan. Rumah berwarna hijau semetara penginapan berwarna merah," terangku.

Akhirnya selesai juga penjelasan panjang kali lebar kali tinggiku ini. Phewww..melelahkan menjelaskan dengan menggunakan tubuh mungil ini. Setelah aku mengelap keringat di dahiku.

Stanley, Arthur dan Halbert tampak takjub dengan permainan ini hingga mengangakan mulut mereka.

"Kak, apa kau yakin kalau Jewel adalah anak usia dua tahun?" Tanya Arthur pada Stanley.

"Entahlah Arthur, aku kehabisan kata-kata," jawab Stanley yang masih syok.

"Aku tidak menyangka permainan serumit ini dibuat oleh adikku sendiri," ungkap Halbert dengan wajah tidak percaya.

"Tuan Muda, Nona lah yang membuat permainan ini. Saya, bibi Joy, Frans, Risha dan Sasha juga sangat tercengang tadi saat membantu nona membuat semua peralatan ini," ungkap Nina.

Keadaan menjadi hening. Ketiga kakak ku masih memandangiku dan alat permainan ini.

"Sudahlah kak, ayo kita mainkan ini. Aku yakin kakak pasti akan suka dengan permainan ini," ucapku sambil menenangkan ketiga kakak ku yang masih terheran-heran.

"Baiklah, karena sudah dibuat susah payah oleh Jewel. Mari kita coba mainkan ini," ucap Stanley.

"Tentu saja, aku juga penasaran dengan permainan ini," ungkap Arthur.

"Jewel, kakak akan memainkannya untukmu," ucap Halbert.

Kami pun memulai permainan monopoli ini. Ketiga kakakku yang memainkannya, sementara aku menjadi pemandunya.

-To be continued

Terpopuler

Comments

<<[]©®Gu Han®©[]>>

<<[]©®Gu Han®©[]>>

bagus nih novel

2021-02-25

1

Brenda

Brenda

kayak nya author nya udah pro nulis

2020-06-28

27

Saint Shiera

Saint Shiera

👍👍👍

2020-06-10

6

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Memori Masa Lalu
2 Chapter 2 - Keluarga Luksemburg
3 Chapter 3 - Permata Keluarga
4 Chapter 4 - Monopoli
5 Chapter 5 - Mimpi Buruk
6 Chapter 6 - Pertemuan Dengan Lydia I
7 Chapter 7 - Pertemuan Dengan Lydia II
8 Chapter 8 - Bangun
9 Chapter 9 - Rencana Pembunuhan
10 Chapter 10 - Misteri Kematian Morgan
11 Chapter 11 - Penyusup & Pasar
12 Chapter 12 - Oriel True Self I
13 Chapter 13 - Oriel True Self II
14 Chapter 14 - Oriel True Self III
15 Chapter 15 - Magic Voun
16 Chapter 16 - Tantangan Goddard
17 Chapter 17 - Insist
18 Chapter 18 - Tes Pelatihan Fisik
19 Chapter 19 - Beast Man
20 Chapter 20 - Perundingan Siasat I
21 Chapter 21 - Perundingan Siasat II
22 Chapter 22 - Unique Magic Ardolph
23 Chapter 23 - The End Of Mamon
24 Pengumuman
25 Chapter 24 - Cerita Dunia
26 Chapter 25 - Harapan Yang Memupus
27 Chapter 26 - Hati Yang Membeku
28 Chapter 27 - Sepuluh Tahun
29 Chapter 28 - Sang Naga Suci
30 Chapter 29 - Master Jimbo
31 Chapter 30 - Benang Aliran Sihir
32 Chapter 31 - Penyihir Naga Suci
33 Chapter 32 - Terjebak Cinta Buta I
34 Chapter 33 - Terjebak Cinta Buta II
35 Chapter 34 - Kekecewaan Seorang Ibu
36 Chapter 35 - Mengaitkan Umpan
37 Chapter 36 - Suratan Takdir
38 Chapter 37 - Aroma Busuk
39 Chapter 38 - Memilih Dia
40 Chapter 39 - Keinginan Yang Sama
41 Chapter 40 - Harapan Kesembuhan
42 Chapter 41 - Elgant Hatred
43 Chapter 42 - Missing
44 Chapter 43 - Pertemuan Tak Terduga
45 Chapter 44 - Penguasa Kegelapan
46 Chapter 45 - Kobaran Api
47 Chapter 46 - Sekte Pemuja Iblis I
48 Chapter 47 - Sekte Pemuja Iblis II
49 Chapter 48 - Parasit
50 Chapter 49 - Keraguan Raja
51 Chapter 50 - Di Balik Dinding
52 Chapter 51 - Megion Pernomacia
53 Chapter 52 - Bloody Night
54 Chapter 53 - Kecemasan Adasha
55 Chapter 54 - Pasrah
56 Chapter 55 - Flame Oak Fight (I)
57 Chapter 56 - Flame Oak Fight (II)
58 Chapter 57 - Flame Oak Fight (III)
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Chapter 1 - Memori Masa Lalu
2
Chapter 2 - Keluarga Luksemburg
3
Chapter 3 - Permata Keluarga
4
Chapter 4 - Monopoli
5
Chapter 5 - Mimpi Buruk
6
Chapter 6 - Pertemuan Dengan Lydia I
7
Chapter 7 - Pertemuan Dengan Lydia II
8
Chapter 8 - Bangun
9
Chapter 9 - Rencana Pembunuhan
10
Chapter 10 - Misteri Kematian Morgan
11
Chapter 11 - Penyusup & Pasar
12
Chapter 12 - Oriel True Self I
13
Chapter 13 - Oriel True Self II
14
Chapter 14 - Oriel True Self III
15
Chapter 15 - Magic Voun
16
Chapter 16 - Tantangan Goddard
17
Chapter 17 - Insist
18
Chapter 18 - Tes Pelatihan Fisik
19
Chapter 19 - Beast Man
20
Chapter 20 - Perundingan Siasat I
21
Chapter 21 - Perundingan Siasat II
22
Chapter 22 - Unique Magic Ardolph
23
Chapter 23 - The End Of Mamon
24
Pengumuman
25
Chapter 24 - Cerita Dunia
26
Chapter 25 - Harapan Yang Memupus
27
Chapter 26 - Hati Yang Membeku
28
Chapter 27 - Sepuluh Tahun
29
Chapter 28 - Sang Naga Suci
30
Chapter 29 - Master Jimbo
31
Chapter 30 - Benang Aliran Sihir
32
Chapter 31 - Penyihir Naga Suci
33
Chapter 32 - Terjebak Cinta Buta I
34
Chapter 33 - Terjebak Cinta Buta II
35
Chapter 34 - Kekecewaan Seorang Ibu
36
Chapter 35 - Mengaitkan Umpan
37
Chapter 36 - Suratan Takdir
38
Chapter 37 - Aroma Busuk
39
Chapter 38 - Memilih Dia
40
Chapter 39 - Keinginan Yang Sama
41
Chapter 40 - Harapan Kesembuhan
42
Chapter 41 - Elgant Hatred
43
Chapter 42 - Missing
44
Chapter 43 - Pertemuan Tak Terduga
45
Chapter 44 - Penguasa Kegelapan
46
Chapter 45 - Kobaran Api
47
Chapter 46 - Sekte Pemuja Iblis I
48
Chapter 47 - Sekte Pemuja Iblis II
49
Chapter 48 - Parasit
50
Chapter 49 - Keraguan Raja
51
Chapter 50 - Di Balik Dinding
52
Chapter 51 - Megion Pernomacia
53
Chapter 52 - Bloody Night
54
Chapter 53 - Kecemasan Adasha
55
Chapter 54 - Pasrah
56
Chapter 55 - Flame Oak Fight (I)
57
Chapter 56 - Flame Oak Fight (II)
58
Chapter 57 - Flame Oak Fight (III)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!